Bab. HannaIjab qabul lantang diucapkan Adipati, mantan suami dari almarhum Kanaya, ibu dari Rayyan. Aku sah menyandang nyonya Bratawijaya, ibu tiri dari pemuda remaja yang mencintaiku.
Ya, aku dicintai dua pria yang terikat satu darah, ayah dan anak. Beruntung, tentu saja tidak. Justru merasa jadi ancaman bagiku. Bagaimana bisa hidup tenang, jika kelak serumah dengan dua pria penyebar virus cinta yang sama.
Adipati Bratawijaya, pria yang menjadi pilihan mendampingi hidup dan matiku. Rayyan, dia sudah sepantasnya mendapat cinta dan sayangku, tetapi sebatas putra meski ditambah embel-embel tiri.
Selesai ijab qabul, kini duduk bersanding di singgana berukir indah dengan lapisan warna emas, hiasan bunga hidup menambah keindahan background resepsi pernikahan kami di hotel bintang lima dalam nuansa putih-hijau.
Menjadi Ratu semalam mendampingi Sang Raja adalah impianku. Sisi kanan-kiriku diapit dua pria yang memiliki fostur tubuh sama-sama gagah. Wajah-wajah tampan bagai pinang dibelah dua. Hanya usia yang membedakan.
Sesekali pandanganku beradu dengan manik kelam milik Rayyan. Ada kemarahan campur luka di sana. Namun, aku tak mampu berbuat apa-apa, karena sadar pilihanku sudah merasa tepat.
Biarlah salah satu dari mereka terluka dari pada kubatalkan yang sudah kutata dan kurangkai sekian lama. Tak sanggup jika harus menyandang lagi gelar jomlo di usia yang tak lagi muda. Terlebih cinta yang kumiliki mutlak kuberikan pada yang pantas bersanding dengan diri ini dalam segala hal.
Cinta Rayyan kuanggap emosi sesaat, rasa yang didominasi kelabilan karena usianya yang masih muda, belum menemukan jati diri yang sesungguhnya, karena itu darah mudanya sangat membara.
Bibir ini melengkung ke atas membentuk sabit kala netra menangkap sosok cantik gadis remaja yang tak lain Dania. Tangan gadis itu melingkar di lengan pemuda tampan yang mengiringi langkahnya dari samping. Entah siapa.
Teman sekolah Rayyan itu terlihat sangat cantik dalam balutan gaun dres warna pink selutut, ujung gaun dan lengannya berukir renda, berbeda sekali dengan penampilannya yang sederhana sewaktu terakhir bertemu di saat Rayyan mengungkap cinta.
Rambut indah tergerai sebahu hanya dihiasi jepit bermanik pink. Anggun dan dewasa kesan Dania malam ini.
"Selamat ya, Om .... Tante." Kusambut uluran jemari lentik Dania yang kukunya dihiasi kutek pink.
"Terima kasih, Sayang." Berangkulan seraya cium pipi kiri dan kanan.
Semoga Dania melupakan ucapan Rayyan waktu itu, meski tak yakin bakal lupa secepat itu, bahkan tak kan mungkin bisa lupa. Ada gundah mengusik di tepian hati tiap mengingatnya.
"Rayyan." Kusikut lengannya yang berdiri kaku. Rayyan terhenyak. Kedua remaja itu terlibat saling pandang.
Kualihkan perhatianku kembali pada tamu undangan yang seakan tak ada surutnya, kemudian lupa akan kelanjutan sikap kedua remaja itu, saking fokus pada suasana bahagia ini.
***
Memasuki kediaman Bratawijaya yang kini akan menjadi persinggahanku pula. Setelah sehari penuh merayakan resepsi di hotel.
Pandanganku membentur tubuh tegap menuruni tangga, tatapan tajam dan dingin menyambut kedatanganku. Rayyan, sikapnya mengundang kegelisahan. Tingkah serba salahku terekspose jelas pastinya oleh pemuda itu.
Jarak kami semakin dekat, sialnya Rayyan sengaja diam di salah satu anak tangga, seperti sengaja memblokade akses jalan satu-satunya menuju kamar yang akan kutempati di lantai atas.
Menoleh sejenak ke arah luar di mana mas Adi belum juga menampakan batang hidungnya. Kulihat dia tadi berbincang dengan pria tetangga sebelah.
Aku mengembuskan napas panjang, lalu memberanikan diri melangkah di anak tangga, yang pastinya bakal berpapasan bahkan lebih parah akan bersentuhan, karena dia berdiri tepat di tengah-tengah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kemelut Cinta
RomansaWanita yang bernama Hanna, dicintai dua pria sedarah. Ayah dan anak.