Keesokan harinya saat aku terbangun Osis tengah mengumpulkan para siswa di halaman depan shelter. Jika mengingat peran Osis sejak kami diteleportasikan ke dunia paralel ini, kurasa hal yang mungkin mengatakan Osis cukup cekatan dan bagus dalam kewenangan mengurusi masalah kami di dunia ini sekarang.
Jadi, setelah melihat para siswa telah berkumpul. Aku segera memutuskan untuk bergabung ke dalam barisan para siswa.
Di hadapan barisan Shibara Sasaki, Shirasaki Nanana dan lima orang lain dari Osis berdiri. Shibara Sasaki mengambil tempat untuk berbicara sebagai pembuka pengarahan.
"Baiklah, para siswa sekalian. Hari ini adalah kedua kita di tempat ini. Jadi, kali ini kita akan melakukan semacam pembicaraan mengenai nasib kita. Apakah kalian menyetujui kita membicarakan hal itu?"
Para siswa mengangguk.
"Seperti yang kita ketahui dalam dunia ini kita memiliki dua tujuan. Untuk tujuan pertama adalah bertahan hidup dengan bekerja sebagai petani dan pemburu. Yah, kurasa pada bagian ini masing-masing siswa telah mengerti secara keseluruhan. Namun, untuk tujuan kedua dengan waktu dua tahun untuk menikah kurasa adalah
hal yang sedikit memberatkan," lanjut Shibara." Mungkin, beberapa pasangan di sekolah kita hal itu menjadi sedikit lebih mudah. Mengingat bahwa mereka telah menjalin hubungan sebelum mereka dikirim kemari. Oleh karena itu, setelah melakukan rapat Osis kemarin malam. Kami akhirnya memutuskan untuk memberikan kelonggaran pada pasangan untuk bermesraan di tempat terbuka di sekitar shelter. Namun, untuk hubungan seksual di luar nikah adalah dilarang," jelas Shibara.
Para siswa mengangguk setuju. Meskipun, ada juga beberapa pria yang terlihat lesu setelah mendengar keputusan Osis.
"Hal lain yang akan disampaikan oleh Shirasaki-san. Silahkan Shirasaki-san."
"Terima kasih ketua Osis. Baiklah hal terakhir yang akan disampaikan adalah penawaran kesepakatan untuk mengelola kebutuhan pangan bagi kita semua. Jadi, setelah berbincang dengan cukup alot. Akhirnya osis menyarankan agar kita mengelola kebutuhan kita secara berkelompok. Ada lebih dari enam ratus orang di dalam shelter. Oleh karena itu, kami berpendapat untuk kebutuhan makan sebaiknya kita peroleh dengan membelinya secara massal. Selain menghemat biaya ini juga sebagai salah satu cara bagi kita untuk bekerja sama mengolah makanan dan kebutuhan kita. Akan dipungut sekitar lima lumi dari masing-masing siswa. Namun, jangan khawatir semua biaya itu telah dihitung untuk membeli peralatan memasak, peralatan makan dan bahan kebutuhan makan lainnya. Sedangkan untuk besok para siswa hanya akan dipungut satu lumi per orangnya."
" Tunggu sebentar. Kenapa kita harus mengumpulkan biaya jika kita bisa membeli secara terpisah masing-masing makanan di toko sekitar desa?" sela seorang siswa pria tahun ketiga.
"Bukankah aku telah menjelaskan sebelumnya itu akan menghemat biaya kebutuhan kita."
"Tetapi, kita bisa memperoleh beberapa potong sandwich dan minuman dengan lima lumi. Kau tahu itu bukan?" seorang wanita dari tahun yang sama juga ikut menyela.
"Ya. Terlebih lagi jika kita memiliki hal semacam jadwal dan lainnya. Siswa yang tidak memiliki kecakapan dalam memasak akan membuat makanan disajikan dengan buruk dan berantakan. Bukankah begitu?" seorang wanita dari tahun pertama ikut menimpal.
"Ya, kau benar."
Yang lain ikut menyahut.
Kurasa apa yang barusan mereka katakan sedikit benar, pikir ku. Aku juga akan keberatan jika uangku dihabiskan untuk makanan yang tidak enak. Kurasa hal yang wajar jika beberapa siswa menolak.
"Itu sebabnya kalian harus mendengarkan perkataanku sampai selesai," potong Shirasaki.
"Osis akan mendata baik pria dan wanita yang memiliki kecakapan memasak. Oleh sebab itu, tidak perlu khawatir soal itu. Ketua Osis juga akan mengkoordinir setiap siswa pria untuk mengumpulkan kayu bakar," lanjutnya.
"Apakah masih ada yang keberatan?" tanya Shirasaki.
Beberapa orang terlihat masih ragu. Orang-orang itu mungkin sama seperti aku, tidak memiliki kemampuan dalam bekerja secara berkelompok.
Namun, semua orang berubah pikiran dan tiba-tiba setuju setelah seorang gadis dari tahun kedua berbicara. Gadis itu adalah Kisaragi Ayumi. Meskipun, dia memiliki nama keluarga yang sama denganku, aku sama sekali bukan kerabat atau keluarga dari Kisaragi Ayumi. Gadis itu adalah salah satu gadis yang dikelompokkan dalam grup gadis yang selalu mendapat surat pengakuan cinta setiap minggu di loker sepatu dalam ruangannya.
"Ku pikir itu bukan ide yang buruk. Dan lagi, jika itu kita memasak dalam satu kuali kurasa para murid perempuan juga pasti akan tertarik untuk belajar. Bukankah begitu semuanya?" Kisaragi Ayumi menatap kepada kelompok wanita.
"Ahhha... jika Kisaragi-san mengatakan demikian," kelompok wanita terlihat menyetujui. Biar bagaimanapun koki yang andal kebanyakan adalah perempuan. Mungkin hanya sedikit dari laki-laki yang memiliki kemampuan memasak.
"Ku rasa itu ada benarnya," sahut yang lain.
Dengan demikian para siswa sepakat menyetujuinya.
Setelah barisan dibubarkan dan pengarahan terakhir dari Osis selesai. Katsuragi dan Asamiya datang menghampiri ku.
"Selamat pagi, Kisaragi-san," sapa Katsuragi.
"Selamat pagi Katsuragi-kun, Asamiya-san juga."
"Selamat pagi," balas Asamiya.
"Apakah kau memiliki rencana hari ini?" tanya Katsuragi.
"Yap, pada hari ini aku berencana pergi ke lahan pertanian yang kemarin telah
kusewa."Katsuragi agak kaget, "Itu cukup cepat untuk Kisaragi-san menyewa sebuah lahan. Kebanyakan para siswa yang tertarik dengan pertanian akan bergerak untuk menyewa lahan sekarang. Kisaragi-san benar-benar sangat cekatan, bagaimanapun."
"Ha ha... ku rasa mengamankan tempat lebih dulu adalah kebijakan yang tidak buruk biar
bagaimanapun.""Lalu, apakah Kisaragi-san memang tidak tertarik untuk bergabung bersama kami ke dalam
pengambilan kelas?" tanya Katsuragi memastikan."Ku pikir untuk sekarang aku sama sekali belum tertarik. Jadi, kurasa tidak."
"Sangat disayangkan," kata Katsuragi.
"Kalau begitu kami akan permisi pergi ke guild sekarang, sampai jumpa Kisaragi-san," lanjut Katsuragi sambil melambaikan tangan.
"Semoga beruntung Katsuragi-kun dan Asamiya-san juga," balas ku.
Katsuragi diikuti Asamiya pergi berangkat menuju guild.
YOU ARE READING
Outworldly Saga
FantasyManis? Entahlah, yang jelas senyum gadis itu setara dengan kebahagiaan seorang pria. Aku tidak dapat berpikir lagi. Tertegun, terpesona dan tersihir akan penampilan gadis di atas podium. Ini adalah rutinitas biasa bagi kami para siswa akademi Ryuin...