Episode.6

1 0 0
                                    


Tepat pada pukul 10.00 a.m. aku segera berangkat ke lahan pertanian yang kusewa kemarin. Setibanya di tempat itu, aku mengeluarkan segala peralatan pertanian dari inventori. Setelah selesai menyiangi rumput di pinggiran lahan dan menyiram tanaman aku segera berjalan ke sungai.

Biar bagaimanapun aktivitas pertanian tidak terlalu sulit. Atau bisa kukatakan tidak terlalu banyak memakan stamina. Entahlah tetapi jika itu aku yang dahulu, aku mungkin akan sedikit kehabisan napas jika itu hanya mencangkul. Mengingat kembali momen saat aku dan adik perempuanku sesekali membantu kakek bekerja di lahan pertanian di Hiroshima.

Beruntungnya lagi, terdapat cukup banyak ikan di aliran sungai itu. Namun, sangat disayangkan aku sama sekali tidak memiliki alat pancing. Setelah menimbang secara matang aku pada akhirnya memutuskan untuk membeli seperangkat peralatan memancing nanti ketika kembali ke desa.

Saat berdiri di tepi sungai sebuah suara percikan air terdengar tak jauh dari posisi ku berdiri. Merasa penasaran dengan sumber suara, kuputuskan untuk berjalan ke arah sumber suara.

Saat menemukan sumber suara, hal yang menarik kudapati. Itu adalah suara yang diciptakan dari seekor rubah berbulu putih yang terlihat sedang berburu ikan masutrout di aliran sungai dengan gigi-giginya yang kecil dan tajam.

Rubah itu memiliki bulu seputih salju pertama. Ukuran tubuhnya sekitar setengah meter dan tingginya sekitar enam puluh sentimeter. Makhluk itu menunjukkan pose menakjubkan saat mengeluarkan ikan dari air dengan moncongnya lancip yang memiliki hidung kecokelatan itu.

"Benar-benar hewan yang cantik," gumam ku kagum.

Makhluk cantik itu segera bergegas berlari menuju semak ranting di seberang sungai
tanpa menyadari aku tengah berdiri mengamatinya.

"Jika aku memiliki peliharaan seperti rubah itu, ku pikir itu akan menarik," gumam ku.

Sekitar pukul 01.00 p.m. aku kembali ke desa, lebih tepatnya toko Hector. Aku mendapati Hector di depan halaman tokonya. Jadi, aku menyempatkan diri menyapa Hector
sebelum masuk ke dalam toko.

"Selamat siang, Hector-san."

"Oh, bukankah ini Shoutarou onisan."

"Apakah kamu menjual alat pancing di toko mu, Hector-san?"

Hector menghela napas kecewa, menunduk lemas.

"Mohon maaf. Toko kami tidak menjualnya di sini. Namun, jika kamu tidak keberatan saya bisa memberitahukan dan meminta putri saya untuk mengantarkan kamu pada salah satu toko yang menjual alat pancing. Apakah kamu tidak keberatan, onisan?"

Sasha 'kah. Ku pikir bukan masalah, pikir ku.

"Aku tidak keberatan Hector-san. Malah aku sangat bersyukur."

" Sasha!" panggil Hector.

Tak berapa lama Sasha keluar dari toko. Dengan mengenakan stelan pakaian kasual dan rok panjang Sasha tersenyum padaku begitu mendapati aku berdiri dan tersenyum padanya di halaman toko.

"Oh, Shoutarou 'kah," kata Sasha, agak sedikit terkejut sebenarnya menyadari Hector-san memanggilnya karena aku.

"Selamat siang, Sasha-san," sapa ku.

"Tidak usah menambahkan honorifik pada namaku. Panggil saja Sasha. Hanya Sasha... jadi, apa yang membuat ayah memanggil aku pada saat Shoutarou ada di sini?" tanya Sasha.

"Oh ya, Sasha. Bisakah kamu menemani Shoutarou onisan ke toko pemancingan Gerald?"

Berpikir sejenak, Sasha balik bertanya padaku," Apakah Shoutarou akan membeli alat pancingan?"

Outworldly SagaWhere stories live. Discover now