Babak awal

1.1K 81 11
                                    

"Jadi enaknya kapan tunangan nak yuki dan rio diadakan?" Tanya om sinyo pada bapak dan mamak ku.

"Di sini terserah bapak bos, kami nurut saja" jawab bapak. Lalu mamak menuangkan lagi teh ke cangkir om simyo dan tante indah.

"Panggil pak saja pak mamad, kita kan mau besanan. Betul kan calon besan?" Tante indah tersenyum pada mamak yang dibalas senyuman balik.

"Lah nak yuki mintanya kapan?" Tanya om sinyo. Aku yang sedari tadi diam menunduk sambil mainan jari mendongak menatapnya.

"Ya secepatnya lah pah" rio menyahuti di sebrang meja yang dihadiahi pelototan oleh tante indah. Rasain.

"Ya sudah berhubung anak saya minta secepatnya, gimana kalo lima hari lagi? Malam senin" cetus om sinya. Diangguki bapak mamak tante indah dan juga rio yang antusias mengangguk.
Apa gunanya tadi nanya kalo diputuskan sendiri? Lah dasar. Kenapa orang tua selalu ingin cepat cepat dan seenaknya ajah nentuin tanpa nanya yang bersangkutan? Kenapa? Why?

"Alhamdulillah anak perempuan mama setelah dua puluh empat tahun hidup bakal tunangan lalu nikah"

Aku yang tengah membereskan cangkir dan jajanan di piring, mendesah. Hampir setiap hari mama mengucapkan kalimat itu setelah aku mengumumkan orang tua rio akan singgah ke rumah.
Jadi setelah pengenalan kami selama lima bulan yang sering terjadi cekcok, karena sumpah rio itu orang yang menyebalkan, kemayu dan sering menindas rakyat miskin seperti ku. Tapi dengan seringnya kami bertemu dan cekcok justru membuat kami jatuh cinta. Terkadang cinta itu mengherankan. Sumpah. Sedikit cerita, dulu sewaktu aku diajak tante indah main ke rumahnya -karena nggak punya anak cewek- terus diajak masak, untungnya aku dibekali mamak ahli masak, kami pun masak berdua seminggu tiga sampai empat kali. Gila nggak tuh, ketemu rio berapa hari dalam sebulan.
Sewaktu itu, kami -aku dan tante indah- masak banyak makanan dan mengajak para tukang makan bersama tentunya bapak ku ikut terus ada salah satu tukang namanya pak agus lupa mencuci tangan, hendak makan makanannya yang sudah disediakan di piring . Tapi.. dengan kurang ajarnya, si kutu kupret rio mencak mencak.

"Hiii jorok ! Kalo mau makan ya cuci tangan dulu. Emang dasar ya orang susah ngga tau etika. Ngga pernah sekolah apa?!" Katanya lalu berdiri

Sumpah mendengar kalimatnya hatiku mendidih, saat itu tanganku sudah mengepal. Hendak berdiri, namun.

"Mas ngga mau makan." Katanya lagi

Aku berdiri "sono nggak usah makan sekalian. Jadi orang kok belagu banget. Pak agus emang salah, tapi situ juga ngga usah bawa bawa status sosial."

Rio melotot, matanya menyipit. Hidungnya kembang kempis. Apa lu !

"Apa?! Yang kaya itu orang tua lu bukan lu. Jadi lu ngga usah sok. Lagian lu ngga liat? Nasi sama lauk udah dibagi ke piring masing masing, masalah kebersihannya pak agus ngga  bakal nular ke lu."

Mungkin sedikit lagi rio bakal meledak. Yok pendekin sumbunya. Hahay

"Ngatain orang ngga sekolah, hahh. Jangan mentang mentang sarjana jadi bisa ngatain orang seenaknya. Atau lu yang emang ngga berpendidikan.? Mangkanya udah lulus tapi masih nganggur." Ku acungkan jempol lalu "cemen" ku balikan jempol ke bawah.

Dia mendengkus keras lalu masuk ke rumah. Setelahnya kembali, om sinyo dan tante indah ngakak. Disusul kami penghuni saung ikut ngakak.
Nah sejak saat itu, om sinyo dan tante indah menjadikanku tameng ketika si anak bungsunya mulai mode merajuk. Yuki gitu. Aselole.

Sebulan setelahnya rio mengalami peningkatan, dia mau makan bareng tukang, bantu bantu tukang dan rada berkurang sikap tercelanya itu (mulai ramah jika nggak ada mama nya)

Dua bulan berikutnya, rio sudah bisa membuat meja kursi dan sedikit sedikit mulai paham pengelolaan usaha bapaknya. Sudah mulai akrab denganku, kadang beli kue basah.

Dua bulan berikutnya lagi, dia sudah bisa membuat lemari. Good job. kami juga sudah akrab, setiap hari minggu -libur kerj- dia membantu aku jualan kue basah. Dan karena itu, jualanku laris manis. Haha
Sempet ada yang bilang sewaktu dia nyanyi dengan suara falesnya.

"Mas kok mirip pembalap yah? Itu lho orang solo. Namanya rio haryanto. Mas nya namanya siapa?" Tanya mbak pembeli yang aku perkirakan berumur 20 tahunan. Dia dempet dempet ke rio. Kampret. Dan kampretnya lagi rio meladeni.

"Masa sh mbak? Duh brati saya pasaran dong yah" ucapnya dengan mimik sedih. Lah apaan ini bocah?

"Beli berapa mbak? Beli apa?" Selaku. Si mbaknya tengah mesam mesem mandangin rio.

"Kamirnya lima ribu mbak" si mbaknya ganjen pisan, ngarahin kamera handphone ke muka dia dan rio. Jret

"Oh ya mas, nama mas siapa?"

"Juki mbak" jawabnya . Setelah si mbaknya pergi, aku tertawa.

"Eh kampret itu plesetan nama gue."

"Bodo. Yang penting nama rio riyanto hanya untuk yuki rahma aini seorang" ucapnya jumawa lalu menyalakan lagi mikrofonenya. Melanjutkan nyanyi lagu dewa 19 -pupus-

Lima hari setelahnya, saat aku mengantar kue kamir ke bapak. Dia berjongkok di depanku, menyodorkan sekotak kue kamir lalu menyatakan perasaannya. Di depan para karyawan bapaknya juga sekaligus di depan bapak ibu dan kakak lelakinya. Aku ulangi. DI DEPAN ! Demi apa.. malu.

"Jawab dong. Malah nutupi muka. Ngga keliatan cantiknya"

Malu

"Yuk.. udah capek ini kaki. Kue kamirnya berat lho. Seberat aku nahan malu nyatain cinta di depan banyak orang" ucapnya lagi. Aku menarik tanganku lalu memandangnya.

"Coba ulangi lagi"

"Yuki rahma aini maukah kamu jadi kekasihku calon makmumku dengan awal sekotak kue kamir?"

Jujur pengen ketawa mendengar kalimatnya yang lucu.

"Terima terima" sorak semuanya terkecuali bapak.
Ku tatap bapak, dia tersenyum lalu mengangguk sebagai tanda dia merestui.

"Nak.. jadilah menantu tante"

Lalu aku mengangguk. Mengambil sekotak kue kamir, lalu menyuapinya dengan kamir. Karena malu untuk berpelukan sebagai akhir dari adegan ala ftv ini.

Hubungan kami berjalan dengan berkelok kelok, namanya juga hidup pasti memiliki hubungan yang tidak mudah. Ada saja rintangan dan percekcokan. Setelah tujuh bulan berpacaran kami memutuskan ke jenjang yang lebih tinggi. Bertunangan.
Dan itu terjadi lima hari lagi, malam senin. Setelah tadi malam rabu kedua orang tua rio berkunjung ke rumah ku.
Mungkin tahun depan kami akan melaksanakan tahap akhir, yaitu pernikahan di umurku dua lima dan dia dua tujuh tahun.











😄😄😄

Kapan Punya Anak ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang