Apa yang menyakitkan?
Berharap pada sesuatu yang tidak mengharapkan.Yuki
"Yang.. gimana?"
Aku menggeleng lemah seraya berlalu menuju kasur, membanting badan tengkurap dan menangis. Sungguh sudah berapa kali adegan seperti ini terjadi tetapi tetap saja hati rasanya perih. Bagaimana bisa sembilan bulan pernikahan, jadwal menstruasiku selalu mundur dan membuat harapan yang selalu berakhir kecewa.
Berbagai cara sudah aku lakukan mulai dari minum susu, senam aerobik, minum jamu bahkan segala tutorial bercinta yang ditayangkan di yutub sudah aku dan rio lakukan.
Apa aku belum layak menjadi seorang ibu?Elusan tangan rio di kepalaku berhenti, berganti dirinya yang berbaring di sampingku "Udah nggak apa apa, belum rejekinya. Kan bisa dicoba lagi" kepalaku terangkat menatap ke arahnya. "Anggap ajah anak itu kayak kita arisan, semakin diharapkan akan semakin lama keluarnya. Allah pasti tau yang terbaik untuk kita, jangan menyerah yah"
Aku bangun terduduk, rio mengikuti langkahku. Tangannya terulur menyusut air mata yang menganak sungai di pipiku. "Aku tau, kita semua sangat menginginkan seorang anak dan cucu. Tapi mau bagaimana lagi? Semua itu Allah yang ngatur, yang terpenting kita tetap usaha dan ikhtiar"
"Tapi aku merasa nggak enak mas, omongan tetangga itu pedas. Dan lagi kedua orang tua kita sudah mengharapkan cucu, kamu nggak tau kan seberapa besar mamih kepengen cucu? Mengharapkan kangmas mu? Untuk menikah saja kangmas mu belum minat." Dengan tangan kosong ku susut ingus yang mulai mengalir dari hidung.
Rio hanya diam. "Kamu juga nggak tau gimana omongan tetangga, banyak yang bilang aku itu perempuan yang gagal" tangisku semakin pecah setelah mengucap kalimat itu. Jujur saja hatiku sakit dengan kalimat itu, kalimat yang terucap dari mulut jahanam para tetangga.
Sekilas kembali ke beberapa bulan yang lalu, terhembus gosip tidak mengenakan tentangku. Mulai dari yang terkecil saat aku mencuci baju di sungai. "Belum ngisi yah yuk?"
"Belum"
"Berarti kamu sama suami kurang jos" ibu jubaidah ikut nimbrung. "Itu si enul yang nikah bareng kamu udah hamil tuh, enam bulan"
"Enam bulan? Padahal usia pernikahanku baru lima bulan bu" jawabku sambil menyikat baju di batu -wadas-
"Masa sh? Berarti tekdung dulu yah. Wah hebat" kini ibu inem yang bersuara "kamu kapan yuk? Buruan dibikin biar ngga kalah kaya enul"
Dikira perlombaan anak? Yakali inem pinem. Ngatain orang dosa nggak sih?
"Hehe bikinnya sih kadang bu, cuma belum rejekinya. Disuruh pacaran dulu kali yah"
"Kayaknya kamu kaya ibu kamu deh yuk, perempuan gagal. Tuh ibu kamu tujuh tahun pernikahan baru punya kamu. Atau nggak dulu kamu sering gonta ganti pasangan mangkanya susah punya anak" suara ibu paijah emang halus, tapi kalimatnya sangat sangat halus sampai bisa menyayat hati. Sabar ya Allah..
"Eh iya yah, kan aku sama ibu siyah nikahnya cuma terpaut seminggu . Aku udah punya cucu" ucap ibu jubaidah sambil membilas baju.
"Eh itu mertua kamu juga kasian, udah tua belum punya cucu juga. Kamu nggak ada niatan gitu kasih dia cucu?"
"Pengen sih bu, ini juga lagi minum susu program hamil" aku juga membilas baju.
"Andai ya dulu bungsunya pak sinyo nikah sama anak aku pasti udah punya anak dia, anaknya cakep pastinya" ucap ibu inem, aksi menyikat baju terhenti dengan melamun mengandai andai. Sabar..
"Kamu jamu ajah yuk, atau ngga pas begituan posisinya kamu nungging. Kalo udah nunggu sampe tiga puluh menit."
"Alah kalo emang dasarnya perempuan gagal pasti mau usaha bagaimanapun bakal susah buntingnya" lagi lagi dengan nada halus ibu paijah menyayat hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Punya Anak ?
RandomTerkadang apa yang kita inginkan belum tentu yang terbaik untuk kita. begitupun kehidupan yuki dan rio yang baru saja mendeklarasikan hubungan mereka dalam sebuah ikatan pernikahan. Berbagai cobaan mereka harus hadapi bersama. Seputar yuki dan rio...