Flashback episode 3

784 80 17
                                    

Pacarku tukang kayu
Pacarku posesif
Pacarku sableng
Ya pacarku.
Masa pacarmu?
Enak saja ! Hahaha

Yuki




"Yang.. ini wa siapa?"
Rio menghadapkan handphone padaku. Aku mengernyit bingung, pasalnya nomer tersebut belum tersimpan di kontak ku.

"Bentar mas" aku memasukan beberapa kamir kedalam kotak "terima kasih mbak, semoga kembali berkunjung" ujarku pada pembeli kemudian mbak pembeli berlalu pergi.

"Yang.." rengeknya.

"Apa sih mas?" Aku menghampiri rio yang duduk di kursi belakang ku.

Jujur sedikit geli memanggilnya mas, karena usia kami hanya terpaut dua tahun. Namun dengan penuturan mamak yang bilang
nak sebagai perempuan apalagi sama yang lebih tua kita harus sopan, masa manggil nak rio cuma nama? Manggil mas nak.

Dan tau reaksi rio setelah ku panggil mas? Dia jingkrak jingkrak lalu mengangkat badanku kemudian dia putar putarkan 'akhirnya ada panggilan sayang juga dari calon istri'
Etdah pusing hayati pala eyke waktu itu.
Tambah pusing sekaligus malu karena banyak yang menyaksikan kejadian itu bukan hanya pelanggan namun juga orang yang berlalu lalang di sekitar mendadak berhenti menyaksikan aksi konyol kami. Bukan tapi aksi konyol rio. Fyuh

"Yang.. ini wa siapa? Kok manggilnya dek? Terus isi pesannya pesek apa kabar?" Dia balikan handphone ku yang sempet dia pinjam. Pengen tau ajah chatan sama siapa, isinya apa. Katanya .

"Aku juga nggak tau mas, nggak ada di kontak juga" aku mengulang membaca pesan yang tadi sempat dibaca rio.

Adek? Pesek.. siapa? Siapa? Ah iya..

"Dia mantan aku mas, aku lupa dia udah ganti nomer" lalu ku simpan nomornya bernama stefan

"Mantan? Namanya siapa? Orang mana?" Dia merebut hp ku. Melihat kontak stefan, meneliti foto profil wa nya. "Bule yang? Beneran?" Dia menaikan satu alisnya.

"Iya sayang.."

Rio merenggut, melengoskan muka "giliran ketauan selingkuh manggil sayang. Sakit tau yang"

"Siapa yang selingkuh? Ada buktinya aku chatan sama dia?"

Rio menggeleng.

"Itu namanya selingkuh?"

Dia menggeleng lagi.

"Madep sini ah"

Dia menggeleng lagi.

"Sayang.. mas rio sayang.." ku pegang tangannya. Berhasil. Dia memandangku "dengerin aku" rio mengangguk.

"Aku itu kalo udah satu cowok juga tetep satu itu. Nggak ada yang lain lagi, kamu yang aku pilih mas. Lagian aku udah dua tiga, di umur segini rawan dibilang perawan tua. Aku pengen nyari yang serius, dan kamu membuktikan layak untuk aku seriusin. Kalo masalah nomer tadi, aku udah lost kontek. Paham?"

Rio mengangguk "dia orang mana? Biar aku peringatin dia"

Ish ish ish posesif syekalih my boy.

"Semarang. Satu tempat kerja, dia bagian hrd. Sedangkan aku bagian packing"

Dia menunduk "susah dong buat aku kasih peringatan" lirinya .

"Kata siapa?"

"Kamir" tiba tiba pembeli sudah di pinggir gerobag "mbak kamirnya sepuluh ribu"

Aku berdiri lalu menyalakan kompor berikut menuangkan sedikit minyak goreng kemudian menuangkan adonan ke cetakan.

"Duduk dulu mbak" si mbaknya duduk. Dekat rio ! Alamak jang.. tempat duduk ada lima lho. Harus banget duduk samping laki ku?

Kapan Punya Anak ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang