Jangan lupa voment!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading guys❤"Kata 'MATI' merupakan kata favoritku. Dan aku harap aku bisa mewujudkannya"
-Veisya Pratama-Veisya PoV
Aku membuka kelopak mataku setelah mendengar teriakan dari luar. Aku berdiri menuju ke kamar mandi sambil menahan sakit di bagian perut dan pipiku. Sejenak aku marasa lebih tenang setelah tubuhku ini terasa lebih rileks, aku memejamkan mataku mencoba menerima segala hal yang sudah terjadi di hidupku.
Terkadang aku berpikir kenapa aku harus dilahirkan jika aku saja tidak dianggap. Keluargaku tidak menganggap aku hanya karena Ibu meninggal setelah melahirkan aku. Yang aku tau aku hanya bisa menerima semuanya dengan lapang dada dan terus berharap kapan aku dipanggil Tuhan. Aku membuka mataku dan mengambil handuk lalu menutupi tubuhku yang dipenuhi lebam dan bekas luka.
Beberapa menit kemudian setelah selesai memakai pakaian aku keluar dari kamar dan aku langsung disambut dengan kata makian tidak lupa tatapan akan kebencian nan jijik padaku. Tapi aku biasa saja karena aku sudah pernah mengalami hal yang lebih dari itu.
Veisya End PoV
"Mau kemana?" Tanya Alan yang merupakan kakak Veisya
"Kerja," ucap Veisya
"Hari ini jangan kerja," tegas Alan
"Tapi Kak_"
"Aku bukan Kakakmu dan aku tidak sudi punya adik pembunuh," ucap Alan dingin
Veisya menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap Alan yang menatapnya dengan dingin.
Seketika Veisya merasa kepalanya sakit dan berdenyut, ternyata Alan menjambak rambut Veisya sangat kuat setelahnya Alan menampar Veisya sebanyak dua kali.
"Akh," ringis Veisya
Veisya merasakan bibirnya pecah dan mengeluarkan cairan merah yang kental di sudut bibirnya.
"Kak...t-tolong lepasin," mohon Veisya
"Apa? Lepasin? Jangan harap," balas Alan
Alan semakin memperkuat jambakannya pada rambut Veisya tidak peduli akan suara Veisya yang mengeluarkan rintihan.
"Alan hentikan"
Alan melepaskan jambakannya dengan terpaksa dan menatap Ayahnya bingung.
"Kenapa Ayah menyuruhku berhenti?" Bingung Alan
"Ayah tidak ingin kamu kejangkit virus sama dia," ucap Ridel Pratama
"Baiklah, kalau gitu aku pergi," pamit Alan dan langsung pergi ke kampus
"Ayah," lirih Veisya
Ridel menatap Veisya dengan datar bahkan dia tidak memiliki niat untuk menolong putri kandungnya sendiri.
"Ayah," panggil Veisya
"Berhenti memanggilku Ayah pembunuh," ucap Ridel tanpa peduli akan perasaan Veisya
Veisya menundukkan kepalanya. Dia menggigit bibir bawahnya untuk tidak menangis.
"Berhentilah membuat ekspresi palsu seperti itu karena itu tidak mempan bagiku," ucap Ridel dan pergi dari ruang tamu
⚰⚰⚰
Hari ini cafe rainbow terlihat lebih ramai daripada hari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Girl (COMPLETED)
Teen FictionKARYA KETIGA🎉 Veisya namanya. Seorang gadis yang berumur 17 tahun harus merasakan kesakitan, kepedihan, penyiksaan, penderitaan, kesedihan semuanya bercampur menjadi satu. Tapi...Veisya selalu memasang wajah dan senyum palsu. Dia selalu bisa menge...