CHAPTER 8 (fake smile)

4.6K 280 15
                                    

"Pasanglah senyum palsumu jika kamu tersakiti"
-Veisya Pratama-


Budayakan voment!

Yuhuuuu.....

Sorry ya baru up

Aku janji double up😄

Ok guysss


Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Veisya menghela napas berat. Pak Rudi tidak mengijinkan dia untuk bekerja di cafe.

Saat ini Veisya berada di rumah Tante Marie. Sebelum pergi ke kerja Veisya memakai kaos tangan panjang untuk menutupi luka-luka yang belum kering tidak lupa memakai bedak untuk menutupi lebam dan luka yang ada di pipi dan di sudut bibirnya.

"Veisya,"

"Ada apa Tante?" Tanya Veisya

"Yuk kita foto," ajak Marie

"Hah?" Kaget Veisya

"Jangan 'hah' doang, ayo kita foto," ajak Marie sembari mengangkat hp-nya ke atas

"Tapi, aku tidak mau," tolak Veisya

"Harus mau!" Tegas Marie

"Baik," pasrah Veisya

Veisya melihat ke arah kamera lalu dia tersenyum palsu. Selama ini dia dia hampir selalu memakai senyum palsu mungkin hanya dengan Bunga saja dia akan tersenyum asli, karena hanya Bunga yang dapat membuat dia tersenyum.

"Senyumnya yang bener dong," keluh Marie

"Senyumku memang seperti ini," ucap Veisya sambil menatap kosong

Marie terdiam. Dia tau bahwa Veisya tersenyum palsu. Dia menghela napas lalu menurunkan hp-nya dia menatap Veisya lembut lalu memeluk Veisya erat.

Hal itu membuat Veisya kaget, seketika dia menangis. Jauh dalam lubuk hati Veisya dia sangat menginginkan pelukan seseorang yang mampu membuat dia menceritakan segala keluh kesahnya.

"Ibuuu," lirih Veisya

"Aku kangen Ibu," lanjut Veisya

Marie menepuk-nepuk punggung Veisya lembut dia terus melakukan itu. Veisya menangis. Dia terus menangis. Dia tidak peduli apa kata Tante Marie padanya, yang pasti dia sangat membutuhkan sandaran.

"Berhentilah memasang senyum palsumu nak," ucap Marie

⚰⚰⚰

Juan mengendarai motornya dengan cepat setelah mendapat telfon dari Neneknya bahwa Veisya sudah bekerja lagi. Juan tidak peduli apa kata Papanya setelah dia bolos dalam ulangan harian matematika dan lebih memilih pulang untuk bertemu dengan Veisya. Menurutnya yang penting adalah Veisya tidak ada yang lain.

Juan langsung membuka pintu dengan kasar setelah sampai di rumah. Dia berteriak sekencang-kencangnya.

"VEISYA"

"LO DIMANA?"

"VEIIIIIIIIIIIIII"

Veisya lari tergopoh-gopoh saat mendengar teriakan Juan padanya. Dia hampir saja terjatuh jika Juan tidak menahannya lebih dulu.

"Juan kenapa disini? Seharusnya Juan sekolah bukan disini," heran Veisya

"Ampun gemes deh liatnya!" Batin Juan

Bagaimana tidak gemas? Ekspresi Veisya yang seperti anak-anak. Matanya menatap Juan seperti meminta permen lalu keningnya yang dikerutkan menambah kesan imut pada wajah Veisya.

Juan menggelengkan kepalanya, dia menatap Veisya lalu menjawab. "gue kangen lo"

"Kangen? Tapi aku gak kangen pada Juan," balas Veisya

Juan melebarkan bola matanya. Baru saja dia mendengar pernyataan bahwa Veisya tidak merindukannya, sungguh itu membuat hati Juan sakit.

"Bisa gak lo tu panggil pake kata 'gue' gak usah pake nama gue," ketus Juan

"Gak bisa. Aku gak biasa panggil itu gak apa-apa kan aku panggil Juan aja?" Ucap Veisya

"Iya gak apa-apa," jawab Juan

⚰⚰⚰

"Tante aku pulang dulu ya," pamit Veisya

"Kamu pulang naik apa?" Tanya Marie

"Biasanya naik taksi Tante tapi aku pulangnya bareng Bunga soalnya Bunga udah didepan," jelas Veisya

"Dia bawa mobil?" Tanya Marie

"Bawa motor Tante," ucap Veisya

"Yaudah, hati-hati kalau gitu," ucap Marie

"Iya," ucap Veisya

"Gak pamitan sama Juan?" Tanya Marie

"Udah kok," balas Veisya

Veisya pergi dari rumah Tante Marie menuju ke rumahnya.

"Nah sampai," ucap Bunga

Veisya turun dari motor metic tidak lupa melepas helm lalu kasih ke Bunga.

"Makasih Bunga," ucap Veisya tulus

"Masama my Veisya," balas Bunga

"Berhentilah memasang senyum palsumu itu," ucap Bunga membuat Veisya tertegun

"Kamu pikir aku gak tau ya? Kita berdua kan udah sahabatan dari lama, berhentilah tersenyum seperti itu dan cobalah untuk tersenyum tulus," ucap Bunga

"Iya akan kucoba," patuh Veisya

Bunga tersenyum manis. "nah gitu dong! kalo gitu aku pergi"

Veisya melihat Bunga yang semakin menjauh. Dia masuk di rumahnya yang sepi. Veisya melihat ada secarik kertas yang bertuliskan 'kami akan kembali besok'. Veisya meletakkan kembali kertas itu di meja ruang tamu lalu mulai menaiki tangga satu persatu.

Veisya mengganti bajunya dengan baju tidur. Dia menaiki ranjang lalu mematikan lampu. Veisya mengingat perkataan Juan sebelum dia pamit pulang pada Juan dan Tante Marie.

"Jika udah sampe rumah jangan lupa mimpiin gue ya"

Tanpa sadar Veisya tersenyum lebar. Bukan tersenyum palsu, kali ini adalah senyuman yang berasal dari hatinya. Veisya dapat merasakan bahwa jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.

"A-apa ini yang dinamakan cinta?" Tanya Veisya pada dirinya sendiri

To Be Continued

Follow ig: @lyviaemma- @viaaa_chan

Guys....

Rencananya aku mau buat sequel dari Broken Girl ini

Aku belum buat ceritanya tapi udah ada ide-ide gitu mau buat sequelnya kayak gimana😊

Setelah aku publis chapter ini aku bakal publis lagi chapter yang selanjutnya

See youuuuuuuu❤

Broken Girl (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang