Sweet Sinner | 1.2

11K 496 7
                                    

Toronto, Ontario. Kanada

Di sebuah provinsi di negara Kanada mobil sport dengan mesin super buatan Italia berhasil menempuh perjalanan tak lebih dari satu kilometer dari bandara. Roda super car milik orang terpandang di kota itu berputar lamban ketika pintu gerbang terbuka, dan yang menjadikan mobil bertenaga ribuan kuda berwarna silver metalik itu nampak stylish saat pemiliknya keluar dengan mengenakan baju serba putih. Pria dengan tinggi 7,6 kaki itu melepas kacamata kemudian ia berlalu sambil menyuruh anak buahnya untuk segera melakukan tugas.

Robert melangkah tanpa beban ketika memasuki pintu utama rumah mewahnya. Lalu pria berkumis tipis itu segera tersenyum lebar saat menoleh kearah dimana istrinya, Persia telah berada di atas sofa tidur dan masih terlelap dengan wajah cantiknya. Robert nampak terkesan dengan wanita Indonesia yang nyatanya sudah menjadi bagian dari dirinya, tapi Robert segera menangkis pikiran tersebut. Robert tak ingin mengenal kembali apa itu sebuah hubungan, terutama sebuah kasih sayang yang pasti akan membawanya terbengkalai seperti satu hari lalu.

Langkah pertama Robert disambut oleh wanita paruh baya yang menjadi orang kepercayaan untuk memenuhi kebutuhan Persia selama di Amerika. Wajah pucat khas orang Inggris itu tersenyum,

"Saya sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk Nyonya!" Shandy Jackson berujar. "Termasuk gaun pengantin dan..."

"Sepuluh menit lagi dia bangun! Nanti aku beritahu apa lagi yang harus kau lakukan!" Sergap Robert memotong pembicaraan.

"Baik tuan!" Shandy mengiyakan kemudian berlalu.

Ketika tiba-tiba tubuh Persia menggeliat, Robert urung berpaling dan terus memperhatikan gelagat dari wajah cantik tanpa polesan make up. Meski kecantikan Persia tidak membutuhkan waktu lama untuk memikat hati Robert tapi pria yang saat itu menyeringai tak peduli. Nama Hilda selalu terngiang terutama ketika wajah almarhum istrinya meregang untuk melawan takdir, tapi tak mampu bertahan karena hantaman mobil Persia berhasil membunuh Hilda dalam hitungan menit. 'Berengsek!' Batin Robert mengecam sekaligus mengulang kesaksian yang pilu.

Karena wajah Persia terlalu menyiksa dan menyita waktu Robert untuk menyiapkan pesta pernikahan, ia pun berlalu tanpa melepas pandangan meski wajah Persia semakin jauh. Robert kemudian menarik paksa ponsel yang tersembunyi di balik saku celana, Robert mencari jumlah digit angka nomor ponsel ibunya lalu dengan wajah berseri Robert menanti sebuah jawaban.

Sebuah sambutan ringan telah berhasil meredam emosi Robert terhadap Persia. Ia telah mendengar suara lembut sosok Evelyn Luxembourg, "hai nak apa kabar hm? Oh... Dua hari seperti dua dekade ibu tidak mendengar suaramu, kau sudah sampai? Oh, ibu sudah bersiap-siap untuk terbang ke Kanada dan... Kira-kira apa ibu akan mendapat sambutan dari menantu ibu yang pasti sangat cantik itu huh?!"

Selalu saja seperti itu. Robert menyukai bagian Evelyn sangat peduli terhadapnya, "ibu, kau akan tersedak udara jika kau terus bertanya!"

"Dasar anak nakal! Kau itu tidak tahu ibu sudah lama menunggu panggilan darimu Rob!" Begitu Evelyn merasa bahagia karena sebentar lagi putra kesayangannya akan memiliki keluarga.

"40 jam ibu, itu waktu yang sangat sebentar!" Robert mencela kemudian kembali tersenyum saat Evelyn terus memaki.

Jarak New York dan Kanada tentu sangat jauh bagi Robert untuk tetap berada di sisi ibunya. Dan beberapa hari lalu Robert berkunjung ke Indonesia untuk menuntaskan niat menikahi Hilda, tapi entah malapetaka besar telah singgah di hidup Robert tentang kematian wanita yang baru satu jam menjadi istrinya.

Robert masih menikmati perbincangan hangat bersama Evelyn sembari sesekali menoleh kearah Persia. Ia takkan mampu memberi tahu bahwa dirinya telah kehilangan sang pengantin sebenarnya, dan Robert tetap memutuskan untuk memperkenalkan Persia kepada ibu tercinta,

𝐒𝐰𝐞𝐞𝐭 𝐒𝐢𝐧𝐧𝐞𝐫 [ROMANCE 21+] TERSEDIA VERSI BUKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang