"Ada berita gila." David yang baru saja masuk kelas setelah terlebih dahulu di jemur di lapangan langusng menghampiri Aldi yang sedang sibuk bermain game online di ponselnya.
"Ah gila ni anak!" kata Aldi cuek campur kesal karena diganggu.
"Serius, ini berita bener-bener gila." Kata David. "Lo bisa gila beneran kalau denger berita ini."
Aldi masih cuek. Ia tetap sibuk dengan game di ponselnya.
"Ini soal Reka." Kata David dengan nada yang lebih rendah agar tidak ada yang mendengar apa yang akan mereka bicarakan.
Mendengar nama Reka disebutkan, Aldi langsung meletakkan ponselnya di atas meja lalu menatap wajah David. "Reka kenapa?"
David tersenyum puas karena reaksi Aldi tepat seperti yang sudah ia duga setelah menyebut nama Reka. Lelaki itu lantas duduk di kursi depan David dan memasang tampang serius.
"Reka ternyata suka sama Juna." Kata Aldi setengah berbisik.
"Siapa Juna?" Belum-belum Aldi sudah merasa tidak terima. Baginya tentu tidak ada lelaki yang lebih oke dari pada dirinya sendiri di sekolah ini. "Punya apa dia?"
"Itu lho, anak yang tinggi banget dan hobinya cengengesan." Kata David karena tidak tahu kalimat yang lebih bagus untuk menggambarkan seorang Juna dalam bayangannya. "Seangkatan sama Reka." Kata David lagi.
"Siapa sih? Gue nggak tahu anak-anak yang nggak terkenal."
"Ah, dia nggak main sosmed lagi." David menggaruk kepalanya, kehabisan ide untuk menjelaskan sosok Juna pada David.
"Gini deh, lebih keren mana sama gue?" Aldi berbicara dengan penuh percaya diri. Ia tentu percaya bahwa tidak ada lelaki yang lebih keren dibanding dirinya di seantero sekolah.
David bisa saja menjawab bahwa temannya itu lebih keren, karena memang begitu faktanya. Namun, melihat ekspresi penuh percaya diri dari Aldi, David merasa terlalu menjijikkan saja untuk memuji sahabatnya itu.
"Nggak tahu sih, yang jelas Reka maunya sama Juna bukan sama lho."
*****
"Reka!" Aldi berteriak di pintu kelas Reka tanpa peduli bahwa kegiatan pembelajaran di kelas tersebutg belum usai.
Gadis yang dipanggil namanya itu melotot melihat sosok yang mencarinya di ambang pintu kelas. Siswa lain di kelas juga hanya bisa diam melihat lelaki yang entah untuk alasan apa berteriak di kelasnya saat guru belum juga keluar.
"Kamu ngapain di sini?" terdengar nada sinis dari Bu Dona, guru bahasa inggris yang masih merapikan bukunya sebelum kembali ke ruang guru.
Sial. Reka menutup wajahnya dengan buku pelajaran agar tidak terlihat oleh teman-teman sekelas. Aldi memang gila dan bisa-bisanya Reka berurusan dengan lelaki gila macam itu.
"Cari Reka, Bu." Jawabnya tanpa peduli bahwa apa yang ia lakukan cukup tidak sopan.
"Kamu liat kan saya masih di dalam kelas?" Bu Dona terdengar emosi.
"Tapi kan sudah bel istirahat." Aldi sepertinya tidak berniat mengalah dan tidak berpikir bahwa apa yang ia lakukan jelas salah. "Jadi saya nggak salah dong Bu." katanya dengan enteng. Sama sekali tidak merasa bersalah atas sikapnya.
"Reka, mana Reka!" teriak Bu Dona.
Siswa lain di kelas itu serempak memandang Reka sedangkan gadis yang sedang ditatap satu kelas itu masih terus menutup wajahnya dengan buku. Berharap dengan begitu ia bisa bersembunyi dari pandangan.
"Reka!" teriak bu Dona lebih keras.
Ratih, siswi yang duduk di depan Reka mengetuk-ngetuk meja gadis itu kalau-kalau benar Reka tidak sadar bahwa dirinya yang dipanggil.
"Saya Bu." kata Reka menyerah. Ia turunkan buku yang dari tadi ia gunakan untuk menyembunyikan wajahnya. Lalu berjalan lemas ke depan. "Saya nggak ada urusan sama dia Bu." katanya lagi.
"Saya nggak peduli. Kalian berdua keluar sekarang." kata Bu Dona lalu kembali merapikan buku-bukunya.
Memang sih, sudah masuk jam istirahat dan Reka memang berniat keluar kelas. Tapi bukan begini caranya. Tanpa berpikir panjang, Reka berjalan mengikuti Aldi yang juga berjalan keluar. Sepanjang jalan, siswa lain yang sudah duluan keluar kelas memperhatikan dua pasangan fenomenal tersebut.
Reka berhenti berjalan, baru sadar bahwa ia tidak punya alasan untuk mengikuti langkah lelaki sialan di depannya.
"Kenapa?"
"Nggak ada." Jawab Reka singkat lalu berbalik badan.
Namun, pergelangan tangannya ditarik untuk mengikuti langkah Aldi tepat ketika Reka berbalik.
"Lepas." kata Reka. Pergelangannya sakit dan ia merasa tidak seharusnya ditarik-tarik seperti ini. Namun Aldi sama sekali tidak peduli, ia tetap menarik pergelangan tangan Reka dan membuat gadis itu mengikuti langkahnya.
"Lepas!" Reka berteriak.
Aldi masih tetap sama, tidak peduli bahkan jika Reka berteriak, ia tetap menarik pergelangan gadis itu.
"Lepas bangsat!" Reka berteriak lebih keras dan melepaskan tangannya dengan paksa. Gadis itu kaget oleh teriakannya sendiri, ia menutup mulutnya dengan tangan lalu melihat ke sekitar. Bagaimana mungkin gadis cantik sepertinya malah berkata kasar sambil teriak begitu. Sialan. Orang-orang pasti akan berpikir buruk tentang dirinya.
Teriakan Reka membuat siswa-siswa yang ada di sekitar sana penasaran dan sekali lagi menjadikan keduanya pusat perhatian. Awalnya Reka gentar setelah menyadari berapa banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya, namun Aldi sudah keterlaluan. Ia harus menyelesaikan masalah dan apapun itu yang berhubungan dengan lelaki ini. Lagi pula kabur hanya akan membuat dirinya tampak lebih konyol.
"Apa lo bilang?" dibandingkan marah, Aldi tampak shock setelah sadar apa yang dikatakan oleh Reka. Terlebih lagi kata-kata itu dilontarkan di depan umum. "Bangsat?" katanya. Mengulangi kata-kata yang membuatnya kaget.
"Gue nggak ngerti masalah hidup lo apa. Tapi please berhenti ganggu gue." Reka mundur dua langkah. "Kita nggak saling kenal dan lo nggak punya alasan apapun buat ngusik gue."
"Siapa cowok itu?" tanya Aldi lantang. Terdengar bisik-bisik dari siswa yang tambah penasaran.
"Pertama, gue nggak ada kewajiban buat jawab apapun. Kedua, ini peringatan terakhir buat lo, berhenti ganggu gue atau lo bakal nyesel."
Aldi tersenyum meremehkan. Lelaki itu maju tiga langkah lalu menahan pundak Reka agar gadis itu tidak kabur. Aldi kemudian menundukkan kepala di dekat telinga Reka.
"Lo yang bakalan nyesel karena bagaimanapun caranya lo bakal gue bikin cinta sama gue." Aldi berbisik.
Lelaki itu melepaskan tangannya di Pundak Reka lalu menepuk-nepuk kepala gadis itu sebelum Reka mendorong jauh lelaki itu dan pergi menjauh.
*****
YOU ARE READING
Beauty Outside
Romance[DIUPDATE SETIAP JUMAT DAN SELASA] "Cermin, cermin ajaib. Siapa cewek paling cantik di dunia?" Sang putri bertanya sambil memperhatikan pantulan wajahnya di cermin. Ia rapikan rambut hitam panjangnya yang halus. Lalu dengan bibir tipis merahnya, ia...