"Jadi, rencana lo setelah ini gimana?", Tanya Dimas.
"Masih nunggu kabar dari bonyok" jawabnya menunduk.
Dimas, Farhan, Biru, dan Wisnu kini sedang berada di kamar Wisnu. Ya, sepulang sekolah tadi mereka sudah merencanakan akan ke rumah Wisnu, karena mereka akan bermain PS.
Wisnu dan Biru yang sedang fokus dengan stik PS-nya, Dimas sedang membaringkan tubuhnya di sofa kamar Wisnu, dan Farhan sedang duduk di samping ranjang milik Wisnu.
Setelah tadi Farhan bilang kalau dia dan Shena sepupuan, teman-temannya tidak percaya sampai Farhan menjelaskan nama lengkapnya dan juga nama lengkap milik Shena, yang sama-sama berakhir dengan nama 'Hamzah' yaitu nama dari keluarga besarnya, lebih tepatnya adalah nama kakeknya.
Farhan juga menceritakan permasalahan yang menimpa keluarganya. Awalnya dia ragu mau bercerita tetapi ia juga butuh bantuan dari teman-temannya ini untuk mencari orang tuannya. Farhan sudah menganggap teman-temannya ini sebagai keluarganya juga, jadi dia rela melakukan apa pun untuk mereka, begitu pula mereka untuk Farhan.
"Mereka gak kabarin lo?" Kini Wisnu yang bertanya.
"Gue udah coba hubungin mereka tapi gak ada balasan dari mereka" pandangannya lurus kedepan. "Gue udah hampir putus asa, tapi karena Shena gue kuat" kakinya ia tekuk dan tangannya memeluk kakinya.
"Gue akan bantu lo!" Ucap Biru.
Biru ini tidak banyak bicara dan terlihat sekali kalau dia yang paling cuek, tapi dibalik itu semua dia lah yang paling peduli terhadap sesama.
Wisnu meletakkan stik PS-nya dan mendekat kearah Farhan. Tangannya ia ulurkan untuk mengelus lengan Farhan untuk memberinya ketenangan.
~~~
Hari ini Shena, Pratiwi, dan Renata sengaja bolos jam pelajaran terakhir dan kabur ke toilet yang jauh dari kelasnya, dan toilet itu udah jarang digunakan karena kotor. Tapi, setelah dibersihkan oleh Dara dan Dona, tempat itu menjadi bersih lagi dan menjadi tempat mereka untuk bolos jam pelajaran.
Ngomong-ngomong soal bolos, sebenarnya mereka hanya sering bolos jam pelajaran saja tapi kalau bolos sekolah tidak pernah, kecuali Shena. Shena sering sekali bolos sekolah kalau ujian semester telah selesai, karena menurutnya pelajaran sudah selesai kan sudah ujian kemarin.
Sebenarnya mereka ini siswi yang rajin dan tergolong aktif di sekolah, tapi ya karna gurunya yang kurang asik dan terlalu banyak memberi tugas, jadinya mereka selalu mencuri waktu untuk bersantai.
Berangkat petang, pulang petang. Tugas banyak dan menyita waktu istirahat. Bagaimana tidak? Tugas numpuk dan harus dikerjakan sepulang sekolah yang menghabiskan waktu sampai tengah malam bahkan sampai dini hari. Akibatnya, waktu tidur siswa terbatas. Padahal dalam ilmu pengetahuan, remaja membutuhkan tidur kurang lebih 7-8 jam perhari, tapi kalau seperti ini bagaimana? Remaja menjadi kurang tidur dan mengakibatkan turunnya kualitas generasi muda yang unggul.
Kalau dipikir-pikir, guru itu seperti Tuhan di sekolah. Selalu benar dan tidak terbantahkan, padahal guru maupun siswa sama-sama manusia yang tempatnya salah. Siswa juga punya hak asasi untuk menyuarakan keluhannya yang diperlakukan layaknya robot. Kau pikir kami tak butuh istirahat? Tak butuh tidur? Tak butuh makan dan minum? Mak bapak kami saja tidak pernah memperbudak kami, kok malah anda yang tidak ada ikatan darah malah memperbudak kami?
Ah, sudalah. Biacara masalah hak asasi dalam sekolah itu tidak berguna. Sebenar-benarnya murid masih salah di mata guru.
"Tumben bolosnya disini sih?" Tanya Renata.
"Mau lo dimana?"
"Di kantin kek, bisa sekalian makan"
"Makan mulu lo" cibir Pratiwi.