15. Pantai

177 30 8
                                    

Pedal sepeda dikayuh Ara untuk membantu sang dara menuju sekolah. Sudah kurang lebih satu minggu ia menggunakannya untuk memudahkan mencapai sekolah.

Di perjalanan suara bel sepeda memecah hening. Menoleh, Ara melihat Soobin sedang melambaikan tangannya pada Ara. Ara balas melambai.

Pergi berangkat sekolah lebih menyenangkan setiap ada Soobin. Soobin melaju duluan dan Ara membiarkan dirinya mengekor di belakang. Jalanan di desa memang sepi jadi menyenangkan untuk bersepeda.

Sebuah pikiran tiba-tiba terpintas di kepala Ara. Ara membunyikan belnya. Soobin menoleh.

"Bolos yuk." Ara menyamakan laju sepedanya berpinggiran dengan Soobin.

"Serius?" Soobin meyakinkan. Ara mengangguk.

"Kemana?"

"Ke pantai!"

Soobin mengerem sepedanya.

"Kalau ke pantai harus ke kota sebelah" Soobin meyakinkan lagi.

"Iya, kita simpan sepeda di stasiun lalu kita berangkat naik kereta api!" Ara sumringah. Soobin masih nampak ragu.

"Ayo lah, Sekali lagi saja! Musim panas sebentar lagi selesai!" Ara membujuk Soobin. Soobin menghembuskan nafas berat tapi di sisi lain tidak enak untuk menolak.

"Ya sudah, tapi sudahnya lapor ke nenek ya? Aku tidak mau kita membolos begitu saja."

"Yess!!" Ara mengepal tangannya.

Keduanya membelokkan sepeda mereka menuju stasiun. Sesampainya mereka pergi ke loket tiket dan setelah satu jam menunggu kereta api pun datang.

***

Mereka masuk ke sebuah gerbong lama yang tidak terlalu penuh penumpang karena merupakan hari kerja. Suasana kereta yang jadul namun hal itu yang membuatnya terkesan artistik.

Keduanya masih memakai seragam sekolah musim panas sehingga beberapa orang menoleh. Keduanya duduk di kursi berhadapan.

"Wahh" Ara nampak takjub dengan pemandangan alam yang asri dan hijau yang dilihatnya dari balik jendela.

"Aku harus mengabadikan ini!" Ara mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah kamera jadul berwarna hitam. Ara mengarahkan lensa kameranya ke arah Soobin yang sedang melamun melihat ke arah jendela.

Ara tertawa kecil sambil Soobin menoleh ke arah Ara yang sedang memotret dirinya.

"Apa itu?" Tanya Soobin penasaran.

"Kamera film. Aku mengambilnya dari gudang. Kau harus mencuci filmnya sebelum hendak mencetak. Keren 'kan harta karun yang kutemukan!" Ara menjelaskan.

Seorang gadis kecil sekitar tujuh tahunan datang menghampiri mereka berdua.Rambutnya dikuncit ke belakang dengan kepangan.

"Itu apa?" Tanyanya penasaran menghampiri Ara.

"Yeseul! Jangan mengganggu!" Ujar sang Ibu yang duduk berseberangan dengan Ara.

"Ah, tidak apa-apa kok!" Ujar Ara memastikan dirinya tak masalah.

"Ini kamera zaman dahulu yang tidak langsung jadi harus dicuci dulu filmnya." Ara menjelaskan lagi.

" Di cuci? Di cuci pakai mesin cuci?" Tanya gadis kecil itu lagi.

Ara pun sebenarnya tidak terlalu mengerti. Soobin mengambil alih menjelaskan dengan rinci seserta proses kimia yang Ara sendiri tidak mengerti. Ia menjelaskannya dengan bahasa sederhana.

Soobin yang bertubuh tegap menundukkan dirinya sedikit untuk menyamai gadis kecil itu sambik melihat ke matanya dengan sumringah.

"Tuh kau tahu!" Komentar Ara. Soobin pun tertawa kecil.

Remember me? || Choi Soobin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang