"aAAAAAK SAKIT WOI PELAN-PELAN ANJING! Niat nggak sih lo ngobatinnya?!"
"Alay lo anjir. Tadi aja sok-sokan nggak apa-apa, nggak mau diobatin." Sunwoo mendengus, masih menutul-nutulkan kapas berisi obat merah itu di sudut bibir Chanhee yang sedari tadi tak berhenti menggerutu.
"Lo kalo nggak niat ngobatin mending nggak usah, deh. Daripada malah makin parah luka gue—" Chanhee mengulurkan tangan, hendak merebut kapas itu dari Sunwoo, namun yang lebih muda dengan gampang berkelit.
"Yang tenang coba, lo geliat-geliut nggak jelas gini gimana mau gue obatin. Cerewet banget dah kayak cewek." Pemuda itu dengan sengaja menekan luka Chanhee agak kuat, yang direspon seketika dengan pukulan di bahunya. "Katanya preman, ngakunya garang, diobatin gini doang ngaduh-aduh nggak jelas."
"Lo jadi manusia bacot banget gila." Chanhee mendecih pelan, separuh alasannya agar tak didengar pemuda di hadapannya, juga separuhnya lagi karena sudut bibirnya masih terasa berdenyut untuk dibuat berbicara banyak-banyak.
Sunwoo seketika mengatupkan bibir. Emang bener gue bacot? Tapi gue biasa jarang bacot. Ada apa sih sama orang ini sebenarnya?
"Udah belom sih? Lama amat." Gerutuan yang lebih tua menarik Sunwoo kembali dari lamunannya.
"Eh—" Sunwoo berjengit. "Bentar." Pemuda itu mencari-cari ke dalam kotak P3K, menemukan plester luka dan kemudian dengan hati-hati menempelkannya pada sudut bibir Chanhee. "Oke, selesai."
Chanhee mengendikkan bahu. "Thanks."
"Wait," Sunwoo menghentikannya yang hendak turun dari ranjang UKS.
"Apaan lagi?"
Yang lebih muda tersenyum miring, menundukkan tubuh sedikit dan kemudian mendaratkan kecupan di sudut bibir Chanhee, tepat di atas plester lukanya.
"Cepet sembuh, kak."
ⒶⓅⓅⓇⒾⓋⓄⒾⓈⒺ
"Sunwoo kenapa tuh." Younghoon menyenggol Juyeon dengan siku, mengendik pada sang ketua mereka yang berbaring di atas meja dengan tatapan menerawang. "Dari tadi masuk kelas cuma gitu doang kerjaannya."
Yang ditanya mengendikkan bahu. "Gue nggak dihukum bareng dia, jadi nggak tau deh kenapa. Kesurupan jin lapangan Utara, kali."
"Sembarangan Juyeon kalau ngomong." Yang paling waras dan normal di antara mereka, Sangyeon, memberanikan diri mendekat pada Sunwoo. "Oi, kenapa?"
"Kenapa tadi gue lakuin itu..."
Kelima pemuda lain yang ada di sana mengangkat alis dan saling berpandangan saat pertanyaan Sangyeon malah dibalas racauan tidak jelas sang ketua.
"Woi! Ngefly lo? Udah gila bocah, berani makai begituan di sekolah." Hyunjae menggoyang-goyangkan meja yang ditiduri Sunwoo.
"Apaan sih anjing, kak Hyunjae bacot." Sunwoo mendecih, memandangnya kesal. "Gue nggak pernah makai begituan ya bangsat, kalaupun pakai gue punya otak lah buat nggak gunain di sekolah."
Hyunjae cengar-cengir. "Ya abis, lo ditanya apaan jawabnya apa, kayak lagi nggak sadar gitu."
"Gue lagi—menyesali hidup."
"Haaah?"
"Gue tadi nyium orang."
"Ya terus?" Younghoon mulai sewot. Sunwoo jadi disorientasi seperti orang mabuk begitu hanya karena mencium orang, apa spesialnya? "Lo kan udah biasa begitu, bahkan sampai nidurin cewek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apprivoise +Sunnew
FanfictionAku, kamu, kita. Menyusun cerita kecil yang berharga. Dibingkai dalam indahnya masa SMA. Siap menjelajahinya? [Collab w/ @Ifii1485-L]