BAB 9

3.2K 158 12
                                    

   Semua orang segera keluar, mereka tak berani untuk membantah dan tetap mengulur waktu. Meninggalkan ruang takhta secepat mungkin adalah pilihan yang sangat baik. Kekuatan Raja Ace menekan semua orang, membuat mereka yang tersisa menatap ke arahnya.

   "Suamiku, ada apa ini?" tanya Ratu Shizuku.

   "Demigod, maaf telah membuat pertemuan pertama kita menjadi kacau." Raja Ace berdiri, ia segera melangkah dan menuruni anak tangga. Pria itu menatap Felica yang tersenyum, ia segera membungkuk hormat.

   "Raja Ace, tak ku sangka kau mengetahui tentang Ras Demigod." Felica menyeringai, wanita itu melirik Ratu Shizuku yang terlihat kaget.

   "Suamiku, a-apa maksudmu?" tanya Ratu Shizuku.

   Raja Ace menatap sang ratu, ia tersenyum kecil. Pria itu kembali menatap Felica, "Maaf, apa para pangeran melakukan kesalahan? Tidak mungkin Anda bisa bersama mereka ke tempat ini jika bukan karena sebuah sebab."

   Kesembilan pangeran terlihat pucat, mereka saling melirik dan menelan ludah kasar. Matilah mereka jika raja tahu kelakuan mereka diluar sana, matilah mereka jika Felica menginginkan kematian mereka.

   "A-ayahanda, ka-kami menolongnya dari beruang salju." Pangeran Vicente tersenyum lebar, ia berharap sang raja percaya dan tidak menanyakan hal itu lagi.

   Raja Ace kembali membungkuk, "Maafkan kebohongan Pangeran Kedelapan. Saya akan mengajarinya lebih baik," ujar sang raja.

   "Ayahanda, kami benar-benar menolongnya." Pangeran Lauye menghampiri Raja Ace, ia menatap sang ayah dan melebarkan senyumnya.

   "Pangeran Kesepuluh, siapa yang mengajarimu berbohong?" tanya Raja Ace.

   "Ta-," ucapan Pangeran Lauye terhenti, pria itu merasa takut saat Raja Ace menatapnya tajam.

   "Kakak Kesembilan yang mengajariku," ujar Pangeran Lauye.

   Pangeran Cancri menatap adiknya, sekarang ia malah menjadi tameng sang adik. Pria itu melirik saudaranya yang lain, namun sungguh sial saat semuanya menunjuk ke arahnya.

   "Pangeran Kesembilan, bukankah kau adalah pangeran yang paling mengerti tentang tata krama kerajaan?" tanya Raja Ace.

   "Ayahanda, kenapa ak-," ucapan sang pangeran terhenti.

   "Pergi ke ruang bawah tanah, baca semua buku di perpustakaan dan jangan pernah keluar sebelum aku memanggilmu." Raja Ace menatap penuh kecewa. Pria itu melirik tak percaya kepada putranya, ia sungguh tak menyangka jika Pangeran Cancri telah berubah. Baru satu kali ia melepaskan putranya keluar dari istana, dan putranya sudah menjadi seorang pembohong.

   "Ibunda, aku tidak bersalah. Kenapa Ayahanda begitu jahat?" tanya sang pangeran.

   "Pangeran Kesembilan, jangan membantah ucapan Ayahanda-mu!" tegas Putri Chaeri.

   "Tapi ak-," ucapan itu terhenti kembali. Tatapan mata Putri Chaeri membuatnya bungkam. Pangeran Cancri menghela napasnya pelan, "baiklah." Pangeran Cancri segera membungkuk, ia keluar dari ruang takhta dan menghilang di balik pintu besar.

   Setelah kepergian Pangeran Cancri, semua orang kembali terfokus kepada Felica. Raja Ace menarik napasnya panjang, melirik anak-anaknya yang masih berdiri di sudut ruangan. Sang raja mengalihkan perhatiannya secara penuh, "Demigod, bagaimana kalian bisa kembali lagi?" tanya Raja Ace.

   Felica tersenyum, "Karena menunggu kebangkitan Ratu. Raja telah menunggunya selama lima ratus tahun, apa itu menjadi masalah?" tanya Felica.

   Raja Ace terpaku, benar ... legenda itu tetaplah ada. Pria itu tersenyum kecil, "Kapan dia akan menjemput Ratu-nya?" tanya Raja Ace.

   "Entahlah," sahut Felica. Ia melirik Putri Chaeri yang kini sedang bercanda dengan kesembilan orang pangeran. Wanita itu kemudian menatap Ratu Shizuku yang terlihat memandangnya penuh tanda tanya.

   "Sejak kejadian itu, dia tidak pernah keluar dari tingkat keempat kediaman kami." Felica jelas masih ingat bagaimana kakaknya hancur, pria itu selalu menyalahkan diri sendiri dan tak pernah keluar dari persembunyiannya. Felica hanya mengunjungi kakaknya sebulan sekali, itu juga dengan alasan yang logis dan tepat.

   Raja Ace dan Ratu Shizuku masih berdiam diri, mereka mengamati Felica yang melamun dan menunggu wanita itu bereaksi.

   "Dia masih menyalahkan dirinya sendiri, belum terbebas dari masa lalu dan terus menangis. Air yang memenuhi danau di kediamannya adalah air mata," Felica juga sama, ia merasa bersalah. Seandainya Ratu Ular tidak memberikan mereka tempat bersembunyi, seandainya sang ratu tidak membantu mereka saat perang, mungkin wanita itu masih hidup sampai detik ini. Sejak kematian sang ratu, semua siluman ular memutuskan untuk mati. Mereka menemani sang ratu ke alam baka, menyerahkan kerajaan Golden Snake kepada Ras Witch.

   "Demigod, berapa dari kalian semua yang tersisa?" tanya Raja Ace.

   "Hanya aku dan Kakakku. Raja Ace, peperangan lima ratus tahun lalu menelan banyak korban. Aku tak tahu harus memulai dari mana, tetapi aku berterima kasih kepada Ras Witch yang tidak terlibat saat itu."

   "Ras kami memiliki hubungan yang baik dengan Ratu Ular, dan leluhur kami juga terkejut saat para siluman ular datang, menyerahkan tanah Roulette kepada kami." Ratu Shizuku tersenyum, ia menatap Felica.

   "Panggil aku Felica, rasanya sangat tak nyaman saat kalian memanggilku dengan nama ras." Felica tersenyum, "mengenai permintaan para pangeran, aku ingin menikahi Pangeran Cancri." Lanjut Felica.

   Semua orang menatap Felica, kesembilan orang pangeran juga sama kagetnya. Kenapa hanya menikahi Pangeran Cancri? Kenapa mereka tidak?"

   "Lalu bagaimana dengan kami?" tanya Pangeran Sam.

   "Benar, apa kau melupakan kami?" tanya Pangeran Xavier.

   Felica menggerlingkan mata, ia bahkan tersenyum. Wanita itu bersedekap, "Pangeran Cancri sudah melakukan hubungan intim denganku, dan aku menyukainya." Felica memasang wajah tanpa dosa.

   "Baiklah, maafkan Pangeran Kesembilan. Aku akan menyiapkan acara pernikahan kalian. Dia pasti akan bertanggung jawab, perbuatannya tidak terpuji dan dia tidak bisa menghindari ini." Raja Ace menatap istrinya, "anak itu benar-benar membuatku gila, dia yang paling pendiam, tetapi dia yang menjadi bajingan di atas para bajingan tengik itu." Raja Ace menunjuk ke arah sembilan orang putranya, ia mengembuskan napasnya dengan kasar.

   "Ayahanda, kami juga memperkosanya, Adik Kedua bahkan tidak menyentuhnya sama sekali." Pangeran Draco tak menerima keputusan ayahnya begitu saja. Ia segera menatap Felica, merasa wanita itu sengaja mengungkapkan kebohongan.

   "Pangeran Ketujuh, berhenti melawan Raja. Sebaiknya kalian segera kembali ke kediaman kalian masing-masing!" tegas Putri Chaeri.

   Pangeran Draco terbungkam, pria itu hanya bisa berjalan cepat menuju pintu keluar.

   "Apa kalian juga ingin melawan perintah Raja?" tanya Putri Chaeri. Ditatapnya kedelapan orang orang pangeran yang masih tersisa. Ia terkekeh saat semuanya menggeleng dan menundukkan kepala.

   "Bagus," ujar Ratu Shizuku. Wanita itu tersenyum hangat, "Nona Felica, apa kau tidak merasa keberatan dengan jarak usia kalian berdua yang sangat jauh?" tanya sang ratu.

   "Tidak, aku akan mencintai Pangeran Cancri dengan segenap hatiku." Felica sedang berada di atas angin, ia sekarang mengibarkan bendera perang kepada para pangeran.

T B C

Maaf jarang update, bener2 awal tahun ini melelahkan 😭

TEN PRINCES AND THE THIEVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang