BAB 12

2.9K 130 0
                                    

   Raja Ace mengangguk, ia kemudian menatap para pengawal dan meminta semua orang asing dan tidak berkepentingan segera pergi. Masalah Putri Chaeri masih terus diselidiki dan dia bisa merasa lebih tenang. Seratus orang penyihir ia kerahkan, bahkan ia meminta bantuan Klan Werewolf untuk membantu menemukan adik iparnya itu.  

   Setelah ruangan itu sepi, Felica kembali menatap ke arah sang raja. Ia kemudian melirik Pangeran Cancri dan menggandeng tangan pria tersebut, "Mereka semua memperkosaku secara bergilir, dan itu terjadi di kediamanku!"

  Raja Ace memalingkan tatapannya, ia menatap satu per satu anaknya yang kini menunduk. Ada rasa kecewa yang begitu dalam, rasa marahnya begitu besar dan meletup-letup. Pria tua itu memejamkan matanya sejenak, "Kalian!" ujarnya pelan namun cukup membuat orang-orang bergidik ngeri. Pria itu menarik napasnya panjang, ia melirik Pangeran Cancri yang sudah memucat.

   "Ayahanda, i-ni … ini bukan seperti yang Ayahanda kira." Pria itu merasakan genggaman tangan Felica kian mengerat, ia melirik Felica yang sudah memasang senyum mengerikan.

   "Pangeran Cancri, apa Ayahanda mengajarkanmu melindungi orang yang bersalah?" tanya Raja Ace.

   "Ti-tidak," sahut Pangeran Cancri.

   "Lalu, kenapa kau melindungi mereka?" tanya pria itu lagi.

   Pangeran Cancri membungkuk, "Maafkan Pangeran ini, Ayahanda."

   Pria asing itu mulai bosan, ia melirik Raja Ace.

   'Kakak, sebaiknya kita segera pergi.' Felica melirik kakaknya, ia juga menyuarakan permintaan dengan jelas.

   'Hei, Felica. Kenapa kau masih menggenggam tangan Pangeran Cancri?' tanya pria itu.

   'Dia akan ikut bersama kita, aku memilihnya.' Felica menyandarkan kepalanya di bahu sang pangeran, ia menatap Raja Ace dengan raut wajah malas. 

   Tak berapa lama tubuh Felica, Pangeran Cancri, dan pria asing itu segera menghilang. Raja Ace terkejut dan mengedipkan mata beberapa kali.

   "Ayahanda … Felica pergi," ujar Pangeran Rayzer. Ia menatap nanar ke tempat Felica berdiri tadi, rasanya begitu hampa dan ia terluka.

   Raja Ace yang mendengar penuturan putranya hanya mengembuskan napas, ia kembali ke singgasana-nya dan duduk di samping Ratu Shizuku. Pria itu menatap Pangeran Sam yang baru terbebas dari sihir pria asing tadi, ada raut kecewa di wajahnya.

   Ratu Shizuku berdiri, sebagai seorang istri ia tahu suaminya sudah tak sanggup bicara. Wanita itu tersenyum kecil, "Pangeran Sam, sebagai kakak tertua kau begitu buruk. Bagaimana bisa kau tidak menasehati semua adikmu? Seharusnya kau juga bisa mengendalikan nafsu birahimu sendiri, benar-benar membuat malu kerajaan!" tegas wanita itu sengit.

   Pangeran Sam tak sanggup bicara, kali ini ia dan saudara-saudaranya memang bersalah. Selain memperkosa Felica, mereka bahkan mendorong Pangeran Cancri untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Pria itu juga mencemari nama baik adiknya sendiri, dan itu dilakukan bersama saudaranya yang lain. Meskipun ia tidak menyukai Pangeran Cancri yang sejak dulu selalu unggul dalam memenangkan hati sang raja, tetapi ia juga tidak pantas melakukan hal serendah itu untuk melindungi dirinya.

   "Pangeran Raphael, Ibunda sangat kecewa padamu. Kau salah satu pangeran yang sangat terpelajar, tingkah lakumu begitu baik dan menjadi contoh bagi banyak orang di luar sana. Tetapi kau juga sama saja seperti kakakmu! Apa kalian semua tidak merasa bersalah? Memperkosa seorang gadis, mendorong saudara kalian sebagai tersangka, merusak nama baiknya demi melindungi diri sendiri. Aku tidak pernah mengajarkan hal itu kepada kalian!" tegas sang ratu.

TEN PRINCES AND THE THIEVESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang