Bagian 52

624 20 0
                                    

Api di Bukit Menoreh

Buku 052 (Seri I Jilid 52)

admin

9 tahun yang lalu

Iklan

Kiai Gringsing termenung sejenak. Namun kemudian ia menjawab, "Terima kasih, Tuan."

Maka Kiai Gringsing yang dikenal bernama Truna Podang itu pun meninggalkan gardu pengawas itu bersama kedua muridnya. Ketika mereka sudah berada beberapa langkah dari gardu, Kiai Gringsiug pun bergumam, "Sayang. Ketika hantu-hantu itu lewat kita berada di dalam gardu pengawas."

"Sebenarnya aku masih sempat meloncat," sahut Swandaru.

"Berbahaya."

"Tetapi, apakah Guru percaya bahwa hantu-hantu itu dapat mengalahkan manusia."

"Bukan. Bukan hantu-hantu itu yang aku maksudkan, meskipun barangkali mereka berbahaya juga. Tetapi yang aku maksudkan adalah para pengawas itu. Mereka akan menganggap kita sombong. Sehingga mereka tidak akan senang lagi kepada kita. Bahkan mungkin kita akan mereka usir dari daerah ini. Apalagi seandainya terjadi bencana oleh sebab apa pun. Mereka pasti akan segera menuduh kita, bahwa kita telah membuat hantu-hantu itu menjadi marah."

Swandaru mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia mengerti maksud gurunya. Para petugas itu tidak kalah berbahaya bagi mereka, apabila mereka tidak mau tunduk pada perintahnya.

"Lalu sekarang?" tiba-tiba Agung Sedayu bertanya.

Kiai Gringsing termenung sejenak. Dan Swandaru menyahut, "Apakah maksud Guru, kita mencoba mencari hantu-hantu itu."

"Mereka telah pergi."

"Kita kehilangan kesempatan."

"Tetapi kesempatan yang bakal datang masih cukup banyak."

"Apakah hantu-hantu itu setiap malam datang kemari?" bertanya Agung Sedayu.

"Menurut pembicaraan orang-orang yang terdahulu tinggal di sini tidak setiap malam. Hanya kadang-kadang saja."

"Pada suatu saat Raden Sutawijaya pasti akan datang kemari."

Kiai Gringsing mengangguk-anggukkan kepalanya, "Kalau laporan itu kelak sampai pada Mas Ngabehi Loring Pasar, ia pasti akan datang kemari. Ia ingin sekali pada suatu saat bertemu dengan hantu-hantu itu. Ia selalu membawa pusakanya, tombak Kiai Pasir Sewukir. Bahkan mungkin ia membawa pula keris Kiai Naga Kemala."

Kedua murid-muridnya menganggukkan kepalanya. Dan tiba-tiba Swandaru bertanya, "Sekarang kita ke mana?"

"Kembali ke barak itu dan tidur."

Api di Bukit menoreh Seri PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang