001

4.4K 418 39
                                    

Membenarkan jaket merah yang menutupi seragam putih abu-abunya, Taehyung Langkit Arkasa membasahi bawah bibirnya yang kering sebelum ia memutuskan untuk duduk diatas motor scoppy—yang terparkir didepan pagar sekolah yang sudah terkunci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membenarkan jaket merah yang menutupi seragam putih abu-abunya, Taehyung Langkit Arkasa membasahi bawah bibirnya yang kering sebelum ia memutuskan untuk duduk diatas motor scoppy—yang terparkir didepan pagar sekolah yang sudah terkunci.

Pemuda yang biasa dipanggil Arkasa itu melirik pada layar ponselnya, jari-jarinya menekan pada kotak pesan, memutuskan kembali membaca pesan yang dikirim sejak dua jam yang lalu.

Dia mendengus sebal begitu menyadari jika dia sudah menunggu selama itu, hampir merengut ketika melirik pada jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam lewat lima belas menit. Dan seluruh kelas sudah dibubarkan sejak dua jam yang lalu.

"Arkasa."

Arkasa tersentak—hampir jatuh dari atas scoppy ketika mendengar seseorang memanggilnya secara tiba-tiba.

Dan butuh seperkian detik bagi Arkasa untuk menyadari siapa yang tengah memanggilnya.

Adalah Abimanyu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adalah Abimanyu.

—Yoongi Badha Abimanyu.

Tersangka sialan yang mengiriminya pesan sejak dua jam yang lalu.

Mata almond Arkasa bergerak mengamati mobil yang terparkir agak jauh dibelakang pemuda itu. Yang membuatnya mendengus untuk kesekian kali.

Seorang Abimanyu memang jago dalam kemunculannya yang tiba-tiba.

"Berapa kali gue harus bilang kalau nama panggilan gue itu Langkit?" Dia memprotes, tak suka jika yang tua memanggil nama yang tidak dia hendaki.

Sedangkan yang lebih tua yang biasa dipanggil dengan nama Abimanyu tengah memperbaiki posisi seragam putih abu-abunya, memastikan itu rapi setelah seharian mengikuti rapat dengan para guru, mata arangnya ganti memandang Arkasa dengan pandangan meneliti.

"Arkasa nama lo juga kan?" balas yang tua, dia kemudian menyandarkan punggungnya pada pagar sekolah, tepat disamping Arkasa yang masih terduduk diatas motor scoppynya.

Yang muda mendengus sebal. Selalu dan selalu panggilan namanya yang selalu menjadi perdebatan jika berbicara dengan yang lebih tua.

"Terserahlah..."

Pada akhirnya, Arkasa akan selalu menjadi orang yang kalah, dan Abimanyu akan selalu menjadi orang yang menang.

Suasana disekitaran mereka tiba-tiba ramai, para pedagang kaki lima sudah berdatangan untuk membuat tenda dipinggir-pinggir jalan—yang letaknya hanya terpisah dengan jalan raya dari tempat mereka saat ini.

Beberapa menit kemudian keheningan itu kembali menyapa diantara keduanya, hingga yang tua kembali memulai pembicaraan.

"Jadi,"

"Semua udah jelas kan?" tanya Abimanyu langsung, tanpa basa-basi siswa kelas 3 jurusan IPA itu tak memperdulikan jika yang muda diam-diam menyumpahinya dengan serapah.

Bangsat.

Abimanyu bangsat.

"Udah."

Dan entah sejak kapan seorang Abimanyu sudah mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku celana abu-abunya, saat ini, sebatang rokok sudah berada diantara jari-jarinya, menyulutnya dengan pemantik kemudian menghirupnya perlahan.

"Bagus," Suara yang tua berubah menjadi lebih berat dari sebelumnya. "Berarti kita udah resmi putus."

Seorang Abimanyu memang tak akan pernah mengubah keputusannya.

Dan sumpah serapah menguap entah kemana, itu seperti kata ajaib, ketika Abimanyu memutuskan hubungan mereka, Arkasa akan menjadi orang yang putus asa. "T-tapi-"

"Lo inget-inget lagi perjanjiannya, Arkasa," Potong Abimanyu cepat, dia membuang rokoknya sembarangan, "Hubungan kita harus berakhir pas gue lulus."

Mata almond Arkasa kembali bergerak-gerak gelisah, dia tidak siap untuk ini, dan terlalu putus asa. "Kak,"

"Kalau butuh pacar lagi,"

—Arkasa memang sudah sinting.

"Aku mau jadi pacar kakak lagi."

Dan Abimanyu hanya balas tersenyum mengejek seperti biasa, "Lo tau gue gak bisa,"

"Selamat tinggal Arkasa, senang bisa kenal sama lo."

.

tbc.


.

[05/01/20]

afeksi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang