002

2.6K 362 56
                                    

Jin Gusti Halim melirik pada mahasiswa baru yang tengah menyulut rokok ditengah-tengah orasi para mahasiswa senior di ruang auditorium

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jin Gusti Halim melirik pada mahasiswa baru yang tengah menyulut rokok ditengah-tengah orasi para mahasiswa senior di ruang auditorium.

Almamater UGM sewarna karung goni miliknya mencolok di atas panggung. Iritasi mendadak menghampiri matanya, dan kedutan disetiap sudut kepalanya membuatnya ingin segera menaikkan volume dari pengeras suara di tangan.

"Lo yang ngerokok, mending keluar dari auditorium," Katanya dengan tegas.

Dan tersangka yang dibicarakan dengan wajah polos mendongak, menatap langsung pada senior di atas panggung, dia menghembuskan asap rokoknya perlahan—sebelum membalas, "Gak ada tanda larangan ngerokok diruangan ini,"

"Jadi gak ada alasan buat gue keluar dari sini." Jawabannya membuat mahasiswa baru lain disekitarnya mulai berbisik.

Menerka-nerka siapa yang berani membantah senior dihari pertama mereka menjadi mahasiswa baru di universitas ternama di Yogyakarta ini.

"Ssshhh... Kak Halim, udah. Kak Pramana udah ngurus tuh anak, kakak terusin aja orasinya." pemuda yang biasa dipanggil Halim itu mengangguk ke arah perempuan kuncir dua yang tadi berbisik disampingnya, meski masih kesal, pada akhirnya Halim meneruskan orasinya begitu melihat Pramana menyuruh mahasiawa baru yang merokok untuk mengikutinya masuk keruang rapat anggota BEM.

Halim menghela napas berat, dia akan mengurus anak itu nanti.

.

[...]

.

Lagu yummy yang dinyanyikan oleh Justin Bieber dipelankan ketika mahasiswa baru yang menjadi pelaku pelanggar peraturan masuk ke dalam ruang rapat anggota BEM.

Mahasiswa baru itu melirik pada senior yang baru saja merampas rokok dari bibirnya, juga sebungkus rokok dari saku celananya.

Dia mendengus begitu melihat senior itu menarik kursi dan duduk dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia mendengus begitu melihat senior itu menarik kursi dan duduk dihadapannya. "Nama lo siapa?" Pramana mengambil sebuah buku dari dalam laci, dan si mahasiswa baru tak ambil pusing itu buku apa dan untuk apa.

Mahasiswa baru malas-malasan menyahut, tidak sopan. "Balikin rokok gue."

Pramana mendengus, "Gak akan, beritahu nama lo dulu." dia mengulanginya lagi. Dan si mahasiswa baru hanya balas mendengus kemudian membuang muka, diam menjadi pilihan.

"Gue gak akan bebasin lo sebelum lo ngasih tau nama lo." seorang Hoseok Dhirga Pramana yang terkenal sabar pada akhirnya mencapai batas kesabaran, biarlah nanti dia diceramahi oleh Halim—lantaran melepaskan orang yang membuatnya marah ditengah orasi tadi.

Mahasiswa baru itu menimang sebentar, tapi tak lama kemudian dia berdiri dari duduknya, "Nama gue Arkasa,"

Mahasiswa baru itu menimang sebentar, tapi tak lama kemudian dia berdiri dari duduknya, "Nama gue Arkasa,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah kan?" tanyanya. Tanpa menunggu respon dari Pramana, Arkasa mengambil sebungkus rokok miliknya yang berada diatas meja, kemudian melenggang pergi tanpa berpamitan.

Pramana hanya menggelengkan kepala, dia memandang kepergian bocah itu, kemudian menelusuri nama si mahasiswa baru di buku absen.

.

[...]

.

"Gusti."

Halim mendengus, kacamata hitam ia lepas ketika melihat pria berkulit pucat keluar dari pintu bandara Adisutjipto, Yogyakarta, memanggilnya dengan nama tengah diikuti ejekan penuh.

"Jangan bikin mood gue tambah hancur deh dha,"

Badha atau yang biasa dikenal sebagai Abimanyu mengernyit heran, "Kenapa lo?"

Halim tak menjawab dia memilih mengambil koper dari tangan Abimanyu dan mulai berjalan menuju tempat parkir dengan Abimanyu mengikuti disampingnya.

"Ngomong-ngomong si Kala gak ikut? Biasanya ngintil sama lo kemana-mana." dengan sangat halus Halim mengalihkan pembicaraan.

Abimanyu memutar topi hitamnya kebelakang, "Dia lagi pedekate sama nyokap, lo tau gue gak akan lanjut kalo nyokap gue gak setuju."

Halim mengendikkan bahu, dia membuka bagasi mobil begitu sampai di tempat parkir—tempat dimana mobilnya berada, dia memasukkan koper milik Abimanyu ke dalam sana. "Syukur deh, ribet bawa cewek ke asrama putra, lagian kamar asrama lo lagi diberesin sama Pramana."

Abimanyu mengangguk, dia tersenyum gummy, "Hadiahnya buat Pramana aja kalo gitu, kasian dia dijadiin babu terus sama lo."

Halim menutup bagasi mobil dengan keras, mendengus melihat Abimanyu sudah membuka pintu mobil, "Kasih aja, gue bisa pergi ke jepang sendiri nanti."

"Oh gue lupa lo anak sultan, Gusti Halim si anak keraton jogja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh gue lupa lo anak sultan, Gusti Halim si anak keraton jogja." Abimanyu tak memperdulikan Halim yang menepuk bahunya keras karena mengucapkan hal itu, dia membuka jendela mobil, kemudian mengeluarkan sebatang rokok, dan menyulutnya perlahan.

"Tiga tahun di jepang, dan lo masih aja ngerokok?" tanya Halim, yang hanya dibalas dengan hembusan rokok oleh Abimanyu.

"Bahas ngerokok, gue jadi inget sama mahasiswa baru tadi, berani-beraninya ngerokok di tengah orasi gue."

"Jadi itu yang ngebuat lo bad mood?"

Halim mengangguk, "Mungkin kalo lo mau balik jadi ketua BEM, tu anak bakalan langsung pindah kampus begitu lo tegur."

Abimanyu mengendikkan bahu tidak peduli. Dia menghirup rokoknya pelan, dan menghembuskannya keluar lewat jendela mobil yang terbuka.

"Kata Pramana, namanya Arkasa."

.

[13/01/20]

afeksi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang