Chapter 14 - "Jadi, lo kapan mau putusin Aurel?"

17 2 0
                                    

Happy reading✨
Boleh kok ditandai kalo nemu kesalahan 😉

•••••••

Bagian empat belas
- Aku suka kamu, kamu suka yang lain -

•••••••

"Dim," panggil Rafi setelah pesanan minuman mereka datang.

Dimas menyeruput secangkir Americano. "Apa?"

"Hubungan lo sama Aurel? Kelihatannya enjoy aja ya,"

Rafi berujar lagi. "Ujian semester udah mau deket. Dan gue rasa hubungan lo sama dia udah terlalu lama. Dim, lo gak lupa kan sama perjanjian kita waktu itu?" Dimas diam menunggu pertanyaan selanjutnya. Ia harap ia sudah siap jika Rafi menanyainya sewaktu-waktu. Dan ia rasa waktunya sekarang.

Ryan dan Zaki saling pandang. Mereka berdua tidak yakin dengan pertanyaan Rafi selanjutnya.

"Jadi, lo kapan mau putusin Aurel?"

"Secepatnya."

Rafi menampilkan senyum smirknya, "selesai ujian semester ya?"

Dimas berdehem. Ia menghabiskan Americanonya cepat. Lalu ia memakai jaket yang sebelumnya ia lepas. "Gue duluan."

"Eh Dim, mau kemana lo?" Zaki berteriak. Percuma saja, Dimas tidak akan mendengarnya. Cowok itu sudah keluar cafe tergesa-gesa tadi.

"Sibuk amat kayaknya tuh orang,"

Rafi semakin menampilkan senyum smirknya. "Gue akui, lo laki-laki gentle bro." Kini Rafi berteriak.

"Diliatin orang goblok." Ryan memaki.

"Dasar sinting." Zaki melempar kentang goreng yang ada didepannya ke muka Rafi. Beruntungnya, Rafi berhasil menangkap kentang goreng itu. Ia pun melahapnya, "thanks Zak."

"Aish," Zaki ingin sekali mengumpat.

Ryan tidak peduli dengan dua cowok didepannya ini. Yang ia pedulikan hanyalah kondisi uangnya. Meskipun Dimas sahabatnya tapi tetap saja Ryan sedikit tidak rela. Memang, diantara mereka berempat hanya Ryan yang uang sakunya rata-rata. Tidak buruk sih, tapi masalahnya keperluan cowok itu banyak. "Ah, duit gue."

💸💸💸💸💸

Dimas duduk dibangku teras rumahnya menghadap ke pagar hitam.

"Lama banget tuh orang. Kemana aja si dia?" Dimas berdecak kesal.

Senyumnya terbit ketika pagar hitam itu dibuka. Motor sport berhenti. Pengemudi turun setelah memarkirkan motor tersebut.

"Dari mana lo?"

Daniel yang masih memegang helm ditangan kirinya enggan menoleh. "Jalan sama Aurel."

"Lo lupa status gue? Atau perlu gue perjelas lagi?"

Daniel menghela nafas kasar. Dengan enggan dia menoleh. Menghadapi sodara laki-lakinya itu dengan rasa malas. "Mau lo apa sih?"

Faded CheerfulnesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang