Waktu terus berjalan, semester per semester terlewati tanpa aku sadari.
Surah Ar-Rahman yang pernah aku dengarkan telah selesai aku hafalkan.
Dulu aku tak kenal namanya hingga akhirnya sekarang kami saling menyapa dan bercanda bersama.
Dia sering menelpon ku walaupun sekedar nanya "besok ada tugas? Atau tugas kita apa? Atau kita makalahnya kelompok berapa? Atau berbagai pertanyaan klise yang akhirnya berujung pada "kamu udah sholat dan makan? hingga tertawa gembira"
Tak terasa aku telah menjadi secret admirer Oka dari semester 1 sampai sekarang semester akhir. Dan kian hari rasa kagum itu kian memupuk dan tertumpuk.
Ku buka Instagram dan ku liat feed IG nya Oka, dan terlihat sebuah foto kelompok kami ketika melakukan pengabdian masyarakat dulu.
"hmmmm.. Dia yang sopan dan beriman membuatnya tampak menawan. Dia yang sederhana dan ceria membuatnya kian mempesona. Dia yang pekerja keras dan cerdas, membuatnya makin berkelas." gumamku dalam hati. Dan tak disengaja aku tertekan tombol "hati" pada postingan yang telah diupload 5bulan yang lalu.
"aduh. Aduhh.. Gawatt" panik ku dalam kamar. Rasanya ingin aku kejepang buat cari doraemon dan minjem mesin waktu buat memutar waktu ke beberapa detik yang lalu. Tapi aku sadar bahwa aku tak punya uang dan doraemon itu gak nyata. Jadi aku terpaksa hanya panik-panik dan mondar mandir sendiri di kamar.
Setelah aku tau tak ada respon apa-apa dari Oka. Aku berbaring di kasur ku dan aku menyadari bahwa rasa yang selama ini aku simpan bukanlah kagum. Kagum itu hanyalah sebuah alasan klasik ku karena takut mengungkapkan bahwa sebenarnya aku telah cinta.
Namun, dari sepanjang perjalanan kisah dimasa kuliah ini tak kulihat Oka berbuat dan menganggap ku lebih dari sekedar teman.
Mungkin Oka tidak tau bahwa aku adalah stalker sosial media nya.
Dan bahkan aku adalah pengamat pribadinya di dunia nyata.Atau mungkin saja. Dia hanya pura-pura tidak tau dan Aku yang tak peka bahwa ia tak pernah menganggap keberadaan ku ada.
Beberapa hari setelah kejadian itu, tak terjadi apa-apa. Oka tak menunjukan ketertarikan pada foto yang sudah aku sukai di IG nya.
Sore hari setelah aku melakukan aktivitas bersih-bersih seperti biasanya, aku duduk dikamar ku. Kulihat keluar jendela kamar, terlihat awan hitam berkumpul di langit, dan menutupi terangnya matahari ke bumi.
Ku potret pemandangan mendungnya langit biru dan aku bagikan kesosial media pribadi ku dengan bertuliskan caption:
Awan kian berganti, langit telah berubah hitam dan tak biru lagi.
Tapi..
Hati tetap tak bisa mengerti bahwa rasa ini tak pernah di ingini.
Lalu?
Haruskah aku segera berhenti?
Agar ia tak kian menumpuk tinggi.Aku tekan tombol bagikan.
Sejenak aku berfikir, selama ini aku tak pernah membuka hati untuk orang lain. Tak tertarik dengan orang lain. Tak membalas perasaan orang lain. Dan hanya sibuk menyebutkan Oka pada setiap doa.
Apakah ini cinta? Atau hanya keegoisanku?
Lamunan ku buyar seketika karena suara notif masuk ke handphone ku.
Terlihat dilayar "Ahmad Oka Prayoga mengomentari postingan anda"
Hah? Ya Ampun. Oka?
To be continued..!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian yang pasti
Short StoryKisah seorang wanita yang menanti pelipur lara. Dihiasi oleh perjuangan dan rasa kekhawatiran. Lantas, apakah kisah tersebut akan berujung ke KUA atau hanya sekedar menjadi pelengkap doa?