5

3.2K 435 65
                                    

"Apa kau pernah mendengar cerita tentang Pulau Siren di lautan tak bernama?"

Baekhyun yang sedang menghapal lirik lagu untuk comeback-nya, menoleh ke arah Jingga yang sedang berenang ke sana kemari di dalam akuarium.

"Hah?" dahinya berkerut.

"Nenekku selalu mendongeng tentang itu. Konon katanya, dulu ada seorang siren yang bisa berubah menjadi manusia selama-lamanya."

"Bagaimana bisa?" Baekhyun menatapnya dengan tatapan antara penasaran dan bingung.

"Dia mengambil jantung orang yang dicintainya, lalu memakannya."

Baekhyun mengernyitkan dahi dan hidungnya, menunjukkan ekspresi jijik.

"Ewh, agak barbar, ya?" komentarnya.

"Ya, kau tahu sendiri, saudara jauh kalian itu memang tidak ramah sama sekali," sahut Jingga.

Baekhyun hanya tersenyum kikuk.

Dia tahu betul bagaimana sifat para saudara jauhnya itu. Bagaimanapun juga, siren dan duyung adalah makhluk dari spesies yang sama.
Sama halnya ikan paus dan lumba-lumba yang dikenal manusia dengan sebutan mamalia.

Hanya saja sifat siren—seperti yang dikatakan Jingga tadi—agak tidak ramah.

Dari segi penampilan, duyung jauh lebih menarik. Sebagian besar duyung memiliki warna sirip yang indah. Wajah mereka juga jauh lebih cantik dibanding Siren.

Siren memiliki sirip berwarna gelap dan juga berduri. Wajah mereka juga tidak memancarkan aura baik. Mereka mempunyai cakar di jari mereka serta taring yang digunakan untuk menyerang mangsa.
Bola mata mereka hitam dengan pupil kuning menyala.

Hanya saja, dalam hal suara, nyanyian siren jauh lebih merdu dibanding duyung. Mereka menggunakan suara mereka untuk hal-hal tak baik. Seperti menyesatkan para nelayan dan pelaut, agar mereka tidak tahu jalan pulang sebelum akhirnya menyerang mereka. Ya, mereka memakan daging manusia. 

Saudara jauh ibu Baekhyun adalah setengah siren, dan Baekhyun tidak pernah mau berurusan dengan bibinya yang satu itu.
Dia selalu menatap Baekhyun dengan tatapan menghakimi, seolah Baekhyun baru saja melakukan kesalahan besar.

Siren jarang sekali berenang di kawasan tempat tinggal para duyung. Begitu pula dengan duyung.

Hubungan mereka memang tidak terlalu bagus.

"Kau benar-benar harus kembali ke lautan untuk mendiskusikan ini dengan Pak Tua. Aku khawatir ada seseorang yang memang ingin menyelakaimu di pesta kemarin," kata Jingga.

"Yah, aku juga berpikir seperti itu. Tapi apakah aku harus kembali ke lautan sekarang? Jadwalku benar-benar padat sekarang," kata Baekhyun.

"Chanyeol tidak akan mengecek keberadaanmu setiap menit. Apakah tenggorokanmu baik-baik saja? Apa suaramu masih normal?" Jingga menatapnya dengan wajah cemas.

Baekhyun berdehem, mengecek apakah suaranya masih sama atau sudah berubah jadi suara kodok.

"Semua baik-baik saja. Tenang saja."

"Kalau begitu kembalikan aku ke lautan, biar aku bertanya sendiri pada Pak Tua," kata Jingga.

"Apa? Kau meninggalkanku di sini sendirian?" Baekhyun menatapnya kaget.

"Aku hanya penasaran. Siapa yang sengaja membuatmu berubah ke bentuk asli di depan banyak orang seperti itu? Apa kau tidak mencurigai seseorang di sana? Pelayan itu mungkin," kata Jingga, penuh selidik.

"Aku tidak tahu. Chanyeol sudah menanyai pelayan itu setelah kami keluar dari kamar itu. Tapi dia bilang dia tidak memasukkan apapun. Dan setelah dicek memang tidak ada apapun di wine itu," jelas Baekhyun panjang lebar.

Sound of the Sea (CHANBAEK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang