🐝

559 65 63
                                    

Hingga detik ini, Hangyul masih merasa belum siap untuk mengabari Dohyon tentang sebuah berita besar.

Tidak, lebih tepatnya, ia hanya takut bahwa putranya yang berusia lima tahun itu tidak siap dengan kehadiran seorang adik. Jadi Hangyul tetap merahasiakannya, entah sampai kapan, hingga ia berhenti memikirkannya.

Suatu hari bocah itu menyadari bentuk perut ibunya yang membulat, dan ukurannya yang membesar.

Jadi dengan khawatir ia mengusapi perut ibunya dan berkata, "Eomma, kenapa perut eomma bengkak? Apakah ada lebah yang menyengatmu?"

Hangyul tidak bisa menjawab karena ia malah terbahak dengan pertanyaan polos anaknya.

Dan kalimat Dohyon sepertinya tidak sepenuhnya salah? Karena kenyataannya, memang ada seekor lebah jantan nakal yang telah menyengat ibunya.

Masih dengan perasaan dan raut khawatir, bocah itu meniupi perut Hangyul selagi tak henti mengusapinya. Hangyul ingat ia selalu meniupi bagian tubuh Dohyon yang terluka dan mengatakan bahwa ia akan segera sembuh dengan itu.

Anak cerdas. Ia bisa menangkap segalanya dengan baik.

"Aku pulang!"

Nah itu dia lebahnya datang.

"Selamat datang."

"Appa!"

Teriakan Dohyon melengking ketika dengan riangnya ia berlari ke arah Seungyoun.

"Appa! Gendong!"

"Appa sangat lelah, sayang."

Dohyon menangis atas penolakan itu. Tidakkah Seungyoun tahu betapa putranya itu merindukannya setelah ditinggalkan seharian?

"Astaga, apa yang harus kulakukan?" Bingung Seungyoun.

Hangyul berjalan menghampiri Dohyon dan mengangkat tubuh bocah gemuk itu, menggendongnya.

"Ini yang harus kau lakukan," ujar Hangyul setengah kesal.

"Hehe, kalau begitu kau saja yang lakukan ya? Tuh, dia berhenti menangis."

Tidak menjawab, Hangyul hanya mendelik.

Seungyoun pikir Hangyul juga tidak kelelahan setelah seluruh aktivitas yang dilakukannya seharian ini?

"Huh, lelahnya. Berendam di air hangat sepertinya enak?" Seungyoun memberi kode.

"Ya Tuhan, aku lupa menyiapkan air mandi untukmu!"

"Aish! Lee Hangyul, kenapa kau bisa lupa? Lagi lagi kau seperti ini. Apa saja yang kau lakukan seharian ini sampai melupakan kebutuhan suamimu hah?"

"Aku akan menyiapkannya sekarang. Kau bisa bersabar kan?"

"Hmmm." Seungyoun menanggapi dengan gumaman malas karena merasa kesal.

Hangyul menurunkan Dohyon, dan anak itu kembali menangis.

"Sayang, eomma mau mengisi bak mandi dulu," ujar Hangyul yang hanya ditanggapi dengan tangisan yang semakin kencang. "Seungyoun, gendong dia."

"Mengisi bak mandi tidak sesulit itu kan? Kau bisa membawanya ke sana."

"Aku sedang hamil kalau kau lupa. Kau tidak kasihan padaku?"

Seungyoun sempat tersenyum manis sejenak sebelum mengatakan, "Tidak."

Malas berdebat lebih jauh, Hangyul kembali menggendong Dohyon dan membawanya ke kamar mandi.

"Cih, suruh siapa hamil? Aku ingin melampiaskan nafsu seksualku bukan berarti aku ingin anak kan? Salah sendiri kenapa bisa lupa minum pil kontrasepsi?" Seungyoun bermonolog. "Ini tidak seperti yang kuharapkan. Pelayanan Lee Hangyul masih kurang bagus. Kalau aku menikah lagi dengan seseorang yang lebih baik, Hangyul akan keberatan tidak ya?"

Ia pikir, ia akan mengatakan hal ini pada Hangyul setelah ini.

Lagipula Hangyul kan kuat, dia pasti bersedia.

A Blessing in Disguise 🗑 Seungyul [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang