5. KETUA KANSAS.

50 17 0
                                    

"BERANI ngusik kami? Siap-siap lo semua rata sama kami."

--Kansas, dibawah pimpinan Genta

🍁 GENNAYA 🍁

NAYA berjalan memasuki area sekolah keesokan paginya. Satu tangannya menyelipkan sejumput rambut panjangnya ke belakang daun telinga lalu memperbaiki letak bandana merah muda polkadot yang dikenakannya. Ketika melewati pos satpam serta tempat parkir sekolah yang luas, Naya mendengar godaan untuk Venny, Freya, Alea, dan Zita. Keempat sahabatnya juga baru saja datang dan memarkirkan mobilnya di dekat Emon dan Petir yang sedang duduk di sepeda motor mereka.

“Ehhhh, Nweng Venny. Tumben dateng jam segini. Gimana pagi hari ini? Sejernih wajah Abwang kah?”tanya Emon jenaka. Cowok Ambon berambut kribo itu langsung mendapat pelototan garang dari Venny yang menoleh dan membuka pintu mobilnya.

“Jernih-jernih! Adanya langsung butek baru lihat muka lo!” Venny membanting pintu mobilnya dengan jengkel.

Petir tertawa disebelah Emon. “Makan tuh, Mon! Lo sih sok gans banget! Muka dibawah pas-pasan ae pake nyepik si Venny!”

Emon pun ikut tertawa lalu terkekeh sambil mengusap wajahnya. Ia masih duduk di motor Scoopy-nya. “Emangnya sebutek itu wajah gue, Ven?”

“Lo rendungin aja sendiri!”

“Udahlah, Mon. Jangan godain Venny. Galak dia kayak Anjing Herder. Mending Zita. Iya enggak, Zit?’ ucap Petir kepada Zita yang mengerling malas kepadanya. Zita, Alea, dan Freya sudah keluar dari mobil dan berdiri di samping Venny. “Cantikan Zita lah daripada Venny!”

“Enggak usah bawa-bawa gue!” balas Zita ketus.

“Ebusssssettt! Galak amat! Kalau sama Septian sih mana mungkin galak kayak gitu, yang ada dia berubah lembut selembut sutra,” ucapan Petir terdengar sangat menyebalkan di telinga Zita.

“Apaan sih lo, Petir!”

“Yaudah kalau gitu Alea aja.”

“Wei, Tir! Tuh Bapaknya Alea Ustadz! Kau godain anaknya bisa-bisa kau di siraman rohani sama bapaknya. Oh enggak, masih mending di siraman rohaniin, kalau kau di ruqiah gimana? Kau mau? Beta sih ogah!” kata Emon, baru teringat bahwa Ayahnya Alea adalah seorang Ustadz.

“Oh iya-iya. Baru inget gue, Yaudah enggak jadi. Mending godain Freya aja.”

“Udah ada gandengannya tuh, Bre. Apalagi gandengannya temen kita! Beta enggak mau ambil punya temenlaahh.” Emon mengingatkan Petir.

“Oh iya! Freya punya si badan bongsor itu. Mana tuh bocah? Enggak dateng-dateng juga bareng si Bos.” Petir menoleh ke gerbang sekolah, tetapi yang ia lihat hanya murid-murid lain yang baru datang. Tidak ada satupun dari temannya yang datang.

“Pacar lo mana, Frey?” tanya Petir.

“Enggak tahu.” Freya hanya menanggapinya dengan singkat. Ia semakin sebal ketika ditanya tentang Fari, pacarnya.

”Diliat dari aura Freya,  kayaknya ada yang lagi berantem, nih,” cengir Emon. “Kau berantem lagi dengan Fari. Frey?”

“Emangnya penting buat lo?!” Freya menyahut galak.

“NAYA!” teriakan Zita membuat Naya melambaikan tangan sambil menghampiri mereka.

“Eh, Nweng Naya. Waduh, manis amat, sih. Abwang jadi diabetes lihatnya.” Emon berusaha menggoda Naya, tetapi Naya bersikap biasa saja karena laki-laki itu sering melakukan hal seperti itu kepadanya. Bisa jadi bukan kepadanya saja melainkan juga kepada semua murid perempuan di sekolah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GENNAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang