3. MENGEMBALIKAN TOPI.

47 18 8
                                    

MEMANG BENAR, kesalahan laki-laki ada pada matanya. Buktinya dia langsung banyak diam setelah melihat sesuatu tanpa mau mencari kebenarannya. Dia salah paham dan dia cemburu.

--Keana Anindhya.

🍁GENNAYA 🍁

BEL pertanda istirahat berdering nyaring ditiap-tiap speaker yang tertempel di pojok atas ruang kelas. Hampir semua murid di dalam kelas menyambutnya bahagia kerena waktu bebas mereka telah datang. Waktu bebas seperti inilah yang ditunggu-tunggu seluruh murid sejak jam pertama proses belajar mereka dimulai. Begitupun dengan kelas XII Bahasa 3.

Pak Irsyad, guru Sastra Indonesia yang sedang mengajar kelas XII Bahasa 3 menutup pelajaran dengan salam pamit dan langsung keluar dari ruang kelas. Murid-murid yang ada di dalam kelas lantas menghela napas lega.

Zita meletakkan pulpen yang tadi ia pegang di atas meja kemudian berdiri.

“Ayo ke kantin!”ajak Zita kepada Freya, Naya, Venny, dan Alea.

“Ayo. Tapi Zit, lo temenin gue dulu ke toilet. Gue kebelet pipis nih,” ujar Freya yang duduk di sebelah Zita.

“Ih, gue ikut! Gue juga kebelet pipis,” ujar Alea seraya membereskan cepat peralatan tulis yang ada di atas meja dan memasukkannya ke dalam laci meja.

“Yaudah lo berdua gue temenin ke toilet. Tapi jangan lama-lama. Perut gue udah keroncongan.” Zita memperingatkan. “Dan buat lo Naya sama Venny. Kalian langsung ke kantin aja. Cari tempat terus pesenin kita makanan. Biar istirahatnya cepet,” ucap Zita kepada Venny dan Naya yang masih duduk di bangku mereka masing-masing. Tempat duduk Naya dan Venny berada tepat di depan mejanya bersama Freya. Sementara Alea duduk dibelakang bersama siswi lain.

“Oke siap, Madam!” ujar Venny semangat.
Setelah itu, Freya, Zita dan Alea pergi meninggalkan kelas menuju toilet siswi yang terletak di bagian utara sekolah, tepat di lantai 2.

“Ayo, Nay.” Venny berdiri dan hendak keluar dari tempat kursinya namun terurung ketika Naya memegang lengan kanan cewek itu. Venny pun menoleh ke arah Naya. “Kenapa, Nay?”

“Ven, temenin gue yuk,” pinta Naya.

“Temenin ke mana?” tanya Venny.

Naya tidak langsung menjawab, melainkan Naya merogoh laci meja miliknya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. “Temenin gue ngasih topi ini ke orang.”

“Orang?” Venny mengerutkan kening. “Siapa?”

“Ada orang,” jawab Naya tanpa ada niat memberitahu nama seseorang pemilik topi yang ia pinjam ini.

Venny mengerutkan keningnya dalam dan juga menyipitkan mata. Cewek itu merasa aneh dengan perilaku Naya yang kini begitu aneh, seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Venny kembali duduk di kursinya yang berada di sebelah Naya dan semakin dekat dengan Naya. Lalu Venny dengan tiba-tiba merampas topi yang sedang Naya pegang membuat Naya terkejut.

“Eh ngapain lo ambil!”

Venny tidak mengindahkan teriakan Naya, melainkan justru menjauhkan topi itu dari jangkauan tangan Naya yang berusaha merebut. Venny mengamati topi yang sedang ia pegang kemudian kedua matanya membulat besar begitu membaca nama Kansas disisi topi tersebut.

“HAH? KANSAS?!” teriak Venny membuat Naya melotot dan menggerutu. Karena suara Venny yang lumayan besar itu sanggup membuat murid-murid yang masih ada dikelas menoleh ke arah mereka. Untung saja hanya ada enam siswi termasuk Naya dan Venny yang masih ada di dalam kelas ini.

GENNAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang