10. Mimpi Terindah

14 5 0
                                    

Nick menghilang sore itu, gue ngelamun di bawah pohon palem itu sambil memandang langit senja.

Rasanya baru kemarin kami baru bertemu, berkelahi dan bercanda bersama.

Gue enggak tahu lagi harus bagaimana sekarang, hingga Awan berada di hadapan gue.

"Nia...," ucapnya lirih. Gue nengok ke atas dan wajah Awan tepat di atas gue.

"Awan..., lu masih hidup!" Gue nangis dan meluk dia erat.

"Aduh.. duh sesak nih,"

"Wan..., gue takut lu bakal hilang lagi sama seperti Bokap dan kakak gue..., gue enggak mau kehilangan lu lagi enggak bakal mau!" Ucap gue di sela-sela tangisan.

"Gue juga janji bakal selalu nemenin lu!" Gue menangis dengan keras dan tak ingin melepaskannya.

"Iya Nia gue tahu itu, dan ada kabar bagus lainnya." Awan ngelus kepala gue dan ngajak gue duduk.

"Apa??"

"Bokap sama Kakak lu hidup lagi, semua lukanya mendadak hilang dan untung saja mereka berhasil selamat dari kematian yang ke dua kali."

"Apa..., lu enggak bohongkan Wan?"

"Enggak, dari tadi bokap sama kakak lu nyariin lu, tapi Hp lu enggak di bawa, yah jadi gitu kita semua nyariin lu."

"Terus lu tahu kalau gue di sini dari siapa??"

"Soal itu..., saat gue pergi ninggalin jasad gue, Nick datang dan nyuruh gue kembali, dia bilang lu butuh gue untuk tetap hidup, dia juga nyuruh gue buat bikin lu selalu bahagia," ucap Awan sambil tersenyum manis.

"Wan, Nick sudah pergi..."

"Gue tahu dia gunain kemampuan khususnya untuk nolongin gue dan bokap, kakak lu."

"Wan, sekarang kita balik ke rumah yah..., semua pasti cemas." Gue mengusap wajah dan tersenyum.

Saat sampai di rumah seluruh keluarga nyambut gue, gue kaget banget. Selama ini mereka enggak pernah peduli dan sekarang mereka tersenyum ke gue.

Masing-masing dari mereka meminta maaf ke gue terutama bokap sama kakak gue.

"Kak Bim!!" Gue meluk dia kencang, Kak Bim tertawa dan memeluk gue balik.

***

Pagi ini gue enggak percaya apa yang ada di depan mata gue. Seluruh keluarga gue bokap,nyokap dan Kak Bim berkumpul depan meja makan.

Nyokap ngolesin selai coklat kesukaan gue di roti tawar, Kak Bim lagi minum susu dan ayah makan roti.

Gue ngucek mata gue berkali-kali mencoba menyadarkan diri bahwa ini bukanlah mimpi.

Kalau ini pun mimpi gue enggak bakal mau bangun selamanya.
Mimpi ini terlalu nyata buat gue!

"Nia, ngapain lu di situ? Sini duduk sarapan Kak Bim mau cepat-cepat berangkat nih!" Ucap kakak gue sambil ngambil ngambil tas dan menggit rotinya.

"Lah, ini bukan mimpi?" Gue bengong di dekat tangga.

"Bukan bego, ayo berangkat!" Kak Bima muter bola matanya malas.

"Iya Nia bawa bekal ini ke sekolah yah, makannya pas di dalam mobil aja." Nyokap masukin kotak makan di tas gue.

"Eh, Iya Bu," jawab gue sambik ditarik Kak Bima menjauhi ruang makan.

"Kak, Nia lagi mimpi yah?"
Kak Bim yang sedang menyetir mobil menarik pipi gue gemas.

"Enggak Nia ini nyata!"

"Loh kok mereka bisa ngumpul gitu sih?" Tanya gue sambil melahap roti buatan nyokap tadi.

"Iya nyokap berhenti kerja, dan mempercayakan semua urusan bisnisnya pada bibi," ucap Kak Bima santai.

"Tapi bokap masih tetap kerja, walau enggak sering-sering banget sih," lanjutnya sambil menepikan mobil dekat gerbang sekolah gue.

"Oh begitu, ya udah Nia masuk dulu yah Kak, hati-hati," ucap gue sambil naruh kotak bekal yang kosong di bangku belakang.

"Loh kok enggak lu bawa??"

"Udah habis kak, kotaknya buat kakak aja yah," jawab gue sambil berlari kecil menuju gerbang sekolah.

Selama beberapa saat keadaan mulai membaik. Langit jadi sering main ke kelas gue sedangkan Putri hingga saat ini belum kelihatan wujudnya.

"Hoi Nia, tumben lu telat? Mana Awan??" Tanya Langit ke gue yang lagi mau jalan ke kelas.

"Lah, gue aja belum masuk kelas. Mana gue tahu. Lu jangan-jangan sama Awan BL ya?" Jawab gue sambil natap wajahnya yang tertutup kepala gue, maklum Langit orangnya tinggi.

"Najis mughaladoh, gue mah orangnya lurus kagak nyimpang Nia!" Langit jitak kepala gue, kemudian merusak kunciran rambut gue.

Di depan kita Awan berdiri jelas dengan badan bertumpang pada pintu kelas gue.

"Lu apain, Bocil gue!" Ucap Awan sambil narik tangan gue masuk kelas.

"Lah, Wan tunggu gue perlu ngomong sama lu!" Langit menarik tangan Awan yang satunya.

"Lepasin ah, jijik gue," ucap Awan sambil mengusap tangannya yang habis dipegang Langit.

"Ya elah, segitunya, gue duduk duluan yah kalian ngobrol mesra aja di depan kelas. Jangan ngerusak mata gue," cetus gue sambil nyelonong ngelewatin Awan.

"Eh, Nia tunggu dulu!" Ucap Awan yang ditarik Langit ke luar kelas.

Gue duduk diam di bangku gue yang paling pojok. Gue masih enggak bisa ngusir Nick dari kepala gue.

Setiap nada suaranya terdengar halus di kepala gue.

Gue kangen banget sama lu Nick, dan ungkapan lu yang waktu itu, yang bilang bahwa lu suka sama gue. Gue baru tahu sekarang jawabannya. Gue juga suka sama lu Nick. Tapi semua sudah terlambat.

Keluh gue dalam hati. Selama beberapa saat gue diam dan akhirnya Awan masuk kelas dan ngehampirin gue.

"Nia? Lu mau ikut gue ke kantin enggak? Gue teraktir yok! Mumpung lagi jamkos."

"Enggak," jawab gue singkat.

"Oh iya, lu tahu enggak kenapa kita jamkos?"

"Enggak, dan bodoamat," jawab gue ketus.

"Sekarang ada murid pindahan, dia sudah lama koma jadi guru-guru sibuk nyambut dia. Dan dia juga anak pemilik sekolah kita."

"Cowok, cewek?" Tanya gue mulai penasaran.

"Cowok, dia ternyata kakaknya Putri, gue kaget dengernya dari dia tadi. Oh iya untung aja Putri enggak nyariin gue," ucap Awan sambil melirik ke gue. Gue rasa dia mau buat gue cemburu.

"Syukur kalau Putri nyariin lu, Wan. Gue jadi enggak ada demit yang nempelin."

Awan menggelembungkan kedua pipinya, dan pergi ninggalin gue di kelas.

Kondisi kelas saat ini sangat sepi enggak ada murid lain di kelas kecuali gue. Semua anak kelas gue pada jajan di kantin.

Karena bosan gue akhirnya cabut dan menuju markas gue. Di sana gue dengerin musik pakai earphone dan membaca novel genre horor.

Selama beberapa saat gue merinding sampai tiba-tiba ada seseorang yang nemuin gue. Padahal tempat inikan tersembunyi banget.

"Permisi...," gue noleh dan kaget melihat siapa yang datang.

Novel gue jatuh ke lantai, lembarannya terbuka sekilas hingga akhirnya tertutup sempurna.

"Lu kan...,"

☘☘Holaaa jangan lupa vomentnya( kalau baca_-) yah😉 karena tulisan ini jauh dari kesan baik

Self Talk [TAMAT/BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang