Assalamualaikum wr wb
Hai gaess^^
Aku hadir lagi nih sama story ku balerina, Alhamdulillah nih aku bisa update tpat waktu. Lupa deng aku mau tanya sama kalian?
Gimana bab sebelumnya? Baper kan kalian. Pasti baper dehh:v
Ayo kita lanjut membaca storyku, mari kita sama sama baper dalam satu cerita. Tapi setelah membaca nanti jangan lupa vote and coment cerita ini yaa.
Biar kalian nggak ketinggalan cerita, terus pantengin balerina setiap hari minggu yaa. Jangan salah, hari minggu.
Selamat membaca dan semoga suka.
*****
Rissa duduk dengan kesal, selain kesal karena udara yang dingin dan hujan yang tak kunjung berhenti. Rissa juga kesal karena Vino.
Tak jauh dari halte bis yang Rissa duduki, Vino menunggunya didalam mobil. Banyak alasan yang membuat Rissa semakin kesal.
Rissa menahan udara dingin ini sendirian, sementara di sana Vino duduk dengan hangat di dalam mobil. Rissa terus memandangi mobil Vino dengan kesal.
Sebenarnya Rissa bisa saja pulang menggunakan taksi online tapi karena ponselnya lowbat, ia jadi tak bisa berbuat apa apa selain menunggu hujan ini reda.
"Dua jam lebih sepuluh menit," ucap Rissa sambil menatap arloji yang melingkar di tangannya. Sudah dua jam lebih hujan tak kunjung berhenti juga.
Tak lama dari itu Vino keluar dari mobilnya, ia membuka payungnya. Kemudian ia berjalan mendekati Rissa.
"Nihh, pakai aja," ucap Vino sambil mengulurkan jaket miliknya.
"Nggak, gue nggak butuh. Pakek aja sendiri," solot Rissa sambil memalingkan wajahnya.
"Terserah mau dipakai atau enggak, tapi kalo lo kedinginan nanti pakai aja," Vino menunduk dan meletakkan jaket miliknya di samping Rissa.
"Oh iya kata kata lo terlalu kasar, nggak pantes cewek cantik ngomong kasar," ucap Vino.
Setelah itu Vino berbalik dan berjalan kembali ke mobilnya.
"Kenapa sih?" ucap Rissa menghentikan langkah Vino. Vino berbalik lalu menatap Rissa yang tengah menatapnya.
"Maksud lo? Gue nggak ngerti," ucap Vino sambil mengambil selangkah lebih dekat dengan Rissa.
"Kenapa lo masih di sini? apa untungnya? Bukannya lebih baik lo pulang aja. Di sana lo bisa santai kan, dari pada di sini kedinginan," terang Rissa.
"Gue nggak masalah kedinginan asal sama lo," gumam Vino.
"Apa?"
"Kalo bukan karena janji gue juga nggak mau ada di sini."
"Janji? Janji apa? Lo janji sama siapa?" Tanya Rissa bertubi-tubi.
Vino melangkah lebih dekat pada Rissa, ia duduk di samping Rissa. Ia mengambil jaket yang ia berikan pada Rissa tadi, lalu ia memakaikan jaketnya pada Rissa.
"Om Karyo," balas Vino.
"Apaa? Papa, tapii..." Baru saja Rissa ingin bertanya kenapa, tapi ia kembali mengingat kejadian dimana Papanya meminta izin untuk memberikan Rissa seorang body guard.
"Ohh jadi karena itu."
"Hmmm."
"Terus lo mau nungguin gue sampai pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
BALERINA [PROSES REVISI]
RomanceBALERINA [Menari Bersama Pena Kebencian] "Kau tahu itu Rissa..." "Aku rasa kau datang padaku membawa sebuah badai yang akan menghancurkan hidupku, lalu...kau pergi meninggalkanku dengan kehancuranku sendiri." "Kau tak tahu itu kan? tapi aku tahu?" "...