Bab Dua

122 2 0
                                    

"Maaf, Lu, aku lupa," ucap Gama dengan nada menyesal tapi Luna sama sekali tidak bereaksi selain menatap Gama dengan padangan lurus. Mau tidak mau Gama yang merasa malu sekaligus bersalah juga ikut menatap Luna yang raut wajahnya berubah menjadi pucat. "Luna, are you ok?" Tubuh gadis itu melemas dan Gama dengan sigap menangkap tubuh Luna yang hampir rubuh ke tanah.

"Luna!" pekikan kaget Gama berbah menjadi teriakan panik. Ia mengerang ringan sambil berusaha berdiri sebelum berlari untuk membopong Luna ke UKS.

Seorang gadis cantik bernama Brigitte yang bertugas sebagai sie kesehatan bergegas menghampiri sisi ranjang. "Sini!" Ujar Brigitte pada Gama yang direspon pemuda itu dengan langsung membaringkan Luna di ranjang UKS yang berwarna putih.

Gama terengah. "Ini kenapa?" Tanya Brigitte.

"Tiba-tiba pingsan di dekat tribun," ujar Gama. Brigitte berbalik untuk segera mengambil minyak kayu putih di kotak P3K namun Gama berujar cepat, "Dia punya haphaephobia."

Brigitte terperangah. "Kamu sentuh dia ya? Atau jangan-jangan kamu malah...," perkataan Brigette terhenti. Cerocosannya tak sampai mengungkapkan prasangka buruknya yang paling dalam karena jemari Gama meremas ringan bibir tipis Brigitte sehingga gadis itu malah memekik ringan.

"Sshh, aku nggak macem-macem ke dia, cuma tadi sempat gak sengaja pegang tangannya." Gama melepas bibir Brigitte.

"Ha..., sudah kuduga. Ngapain kamu pegang tangan dia, mau meluk dia atau...," Gama membungkam Brigitte lagi dengan tangannya.

"Sstt, cerewet banget kamu, Git, aku gak nglakuin apa-apa, Cuma nggak sengaja nyentuh tangannya," ujar Gama semakin lirih. Brigette menyipitkan mata sambil memandang Gama dengan penuh selidik. "Lebih tepatnya pegang tangannya sih," tambah Gama dengan nada ragu yang terdengar lirih.

"Ha!" Cetus Brigitte.

"Berisik banget sih kamu, Git!" Potong Gama dengan sedikit membentak Brigitte, namun gadis itu tidak kenal menyerah dalam menyuarakan kecerewetannya.

Brigitte terus nerocos. Debat kusir mereka yang gaje terhenti karena Luna yang duduk secara tiba-tiba. Tubuhnya berkeringat dan ia terengah-engah seperti habis dikejar sesuatu. Gama dan Brigitte yang semua tertegun karena kaget mulai beraksi ketika mendapat raut bertanya-tanya yang ditunjukkan oleh Luna.

"Hai, aku Brigitte yang bertugas sebagai sie kesehatan hari ini." Brigitte memberi reaksi duluan. Gadis itu mengulurkan tangannya yang tidak segera disambut oleh Luna.

Gama hanya menatap Luna dengan rasa bersalah. Terlintas di benaknya perkenalannya dengan Luna beberapa saat yang lalu. Sama seperti itu, Luna tidak menjabat tangan Brigitte yang telah terulur.

Tangan Luna bergerak perlahan dan ragu-ragu. Sepersekian detik kemudian ketika Brigitte ingat perkataan Gama barusan kalau gadis itu punya Hephaephobia, gadis itu langsung mengurungkan maksudnya untuk berjabat tangan. Akhirnya mereka tidak jadi bersalaman.

"Aku Luna," kata Luna dengan tangan terkepal di depan dada. Nada suaranya nampak ragu dan kikuk.

Sebelum Luna sempat menanyakan apa yang terjadi padanya, Brigitte berkata dengan cepat. "Kau tadi pingsan."

"Oh ya?" Luna tersenyum garing, nada tanya yang digunakannya sangat tidak pas hanya menunjukkan kecanggungan yang dirasakannya.

"Kalau kau sudah merasa sehat, aku akan mengantarmu kembali," ujar Gama pada Luna.

Brigitte menyahut cepat. "Mana mungkin bisa sembuh secepat itu?"

Gama dan Brigitte saling bersitegang. Masing-masing dari mereka tidak tampak akan terlihat mengalah. "Uhm," Luna berdeham, namun mereka berdua tidak mengalihkan pandangan padanya. "Gama, uhm, maksudku Kak Gama dan Kak Brigitte, aku sudah merasa kuat. Terima kasih sudah menolongku." Luna beranjak dari ranjangnya.

Brigitte berusaha mencegahnya namun tidak tahu harus bersikap bagaimana karena ia juga takut kalau Luna tak sadarkan diri karenanya jika ia menyentuh Luna sedikit saja. Luna menghela nafas panjang sebelum berkata, "Kak Brigitte boleh aku minta tolong pegang tanganku. Aku masih agak pusing."

Brigitte dengan sigap memegangi Luna, namun ia tak dapat menahan celotehannya, "Kubilang juga apa, istirahatlah sejenak disini. Gama yang akan mengabarkan kepada rombonganmu kalau kau berada disini dan merasa kurang sehat." Ia membiarkan Luna berdiri dan memasangkan sepatunya.

"Brigitte, hentikan ocehanmu itu," perkataan Gama terdengar agak kasar bagi Luna, namun Brigitte menyergah perkataan Gama.

"Kau tidak dengar kalau Luna masih agak pusing, apa kau mau mengambil risiko kalau Luna pingsan lagi gara-gara kamu pegang dia?" Tentang Brigitte, namun tak lama kemudian ia menutup bibirnya dengan kedua tangannya. Ia baru sadar kalau memanggil Gama dengan 'kau' sehingga kedengaran mirip apa yang dia ucapkan saat tampil di panggung teater. Brigitte merasa malu karenanya. Namun pikirannya segera teralihkan kembali pada kehadiran Luna.

Luna tersenyum lemah, sorot matanya sendu. "Aku udah baik-baik aja kok. Aku ...,"

Brigitte memotong. "Jadilah gadis yang penurut. Aku akan menjagamu disini dan Gama akan menghubungi ketua rombonganmu," ujar Brigitte lembut sambil mendudukkan luna di pinggir ranjang. "Nah apa yang kau tunggu, segera kabarkan kondisi Luna pada ketua rombongannya," lagi-lagi Brigitte menggunakan 'kau' pada Gama. Memang terdengar agak aneh, tapi sudah terlanjur terucap.

"Baiklah," Gama memelorotkan pundak tegapnya sehingga terlihat agak lesu.

"Kenapa jadi tidak semangat?" Tanya Brigitte.

"Memangnya aku harus bagaimana? Mengeluh atau meringis lebar seperti ini?" Gama melebarkan senyumnya yang dibuat-buat. Gama dan Brigitte hendak berdebat lagi, namun tawa Luna memecah ketegangan di antara mereka. Mereka menatap Luna dengan heran.

"Ada apa?" Tanya Gama.

"Kalian lucu," kata gadis itu tersenyum.

Kini tawa Brigitte yang pecah. "Kami memang saling berdebat, itu karena kami teman baik, bukan begitu, Gama?" pandangan Brigitte tertuju pada Gama, gadis itu tersenyum manis sekali namun Gama justru bergidik. "Kok gitu?" protes Brigitte saat melihat ekspresi Gama yang berlebihan.

"Habisnya kamu bikin merinding." Kata Gama.

Pipi Brigitte bersemu, ia mengepalkan tangan dengan jengkel. "Udah sana pergi!" Brigitte berniat mengusir Gama dengan pukulan di punggung Gama, tapi pemuda itu dengan gesit berhasil menghindar dan pergi keluar. "Sana pergi cepetan!" Brigitte masih mengacungkan tinjunya berteriak dengan nada galak pada Gama. Gadis itu berdiri di depan pintu lalu secepat kilat berbalik masuk dan menutup pintu.

"Fuih," Brigitte menghela nafas lega ketika berhenti sejenak di dekat pintu. Lalu mendekati Luna seraya berkata, "Marah sama Gama yang usil bin jahil itu emang ngehabisin tenaga," baru saja Brigitte lengah.

Gama sudah menerobos pintu UKS sambil menjulurkan lidah untuk mengejek Brigitte. "Yeay nggak kena." Sebelum Brigitte sempat mengejarnya, Gama menutup pintu UKS kembali dan membuat Brigitte mengomel sendiri.

Hephaephobia=Phobia disentuh

To be continued...

Maaf kalau banyak typo dan dan semoga suka sama ceritanya.

Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang