Bab Enam

42 2 0
                                    

"Gagal," adalah kata yang tepat untuk mengakhiri pencarian Gama dan Evan akan eksistensi Luna."Gagal," adalah kata yang tepat untuk mengakhiri pencarian Gama dan Evan akan eksistensi Luna.

Sementara hari berubah menjadi Senin, dan Luna pergi sekolah seperti anak SMP kebanyakan. Di kelas 7D tidak terlalu rami karena hari masih menunjukkan wajah pukul 6.30. Luna duduk di bangkunya sambil menyangga dagunya dengan kedua tangan. sementara kedua matanya melirik buku yang menjadi tumpuan kedua sikunya. Guardian of the Ga'hoole kaya Kathryn Laski, buku kedua. Luna merekahkan senyumnya karna akhir-akhir ini ia sering bermimpi bisa terbang alias menjadi Soren si burung hantu.

Tak lama kemudian Dini datang. "Selamat pagi, Luna," sapa Dini sambil tersenyum ramah yang dibalas Luna dengan senyum yang sama. "Apa yang akan kau lakukan pagi ini? Menemukan harta karun di bawah WC, huh?" Tanya Dini sambil becanda dan Luna menggeleng sebagai reaksi.

"Aku menemukan dunia lain yang dipenuhi kupu-kupu dan pegunungan yang membentang hijau," Luna berucap dengan mata menerawang.

Dini memutar bola matanya tanda jengah. ia tak bisa memikirkan apa yang sedang diimajinasikan Luna d dalam pikiran ajaibnya tersebut. Astaga, Dini mulai berpikir ia salah menanayakan hal tersebut pada Luna.

Tak berselang lama kemudian hampir semua anggota kelas sudah datang, kelas mulai ramai. Luna duduk di bangku depan dengan buku yang masih setia bertengger di tangannya, ia tak mengalihkan fokusnya barang sedikitpun.

Jam pertama dimulai, waktunya aljabar yang sangat disukai Luna meski ia membayangkannya sebagai buah apel dan jeruk untuk tiap-tiap variabel, atau kalau ia sedang kreatif ia akan membayangkan tartlet dan juga pasta. Jam pelajaran selanjutnya adalah Sejarah dimana mereka mempelajari Megantropus Paleojavanicus , Abris sous roche, dan Kjokkenmondinger. Luna dibuat mengantuk olehnya karena istilah-istilah ini cukup asing. Well, setelah ulangan mendadak nilai Luna tidak terlalu bagus.

Jam istirahat yang ditunggu akhirnya muncul juga. para siswa berbondong-bondong pergi ke kafetaria. Luna sendiri memilih bergabung bersama teman-temannya yang duduk sambil mengamati pengunjung kafetaria, sedangkan Luna mengamati interaksi dan percakapan teman-temannya. Akhirnya Luna merasa bosan, dan gadis itu memutuskan pergi berjalan-jalan menjelajahi sekolahnya, karena ia masih berada pada tahap junior jadi ia tidak mau mengambil risiko untuk masuk ke wilayah senior tanpa tujuan.

Luna memang menjadi siswi yang cukup populer meski bukan dalam artian populer yang diidolakan. Hampir semua warga sekolah mengenalnya meski Luna dikategorikan anak pendiam, ia tidak cukup naif.

"Lulu, temenin aku ke koperasi dong buat beli bolpoin," ajak Mia yang meringsak merangkul pundak Luna. Gadis itu menghindar secara otomatis, ia tak ingin jantungnya bermasalah karena kontak dengan Mia. Luna mengangguk singkat sebagai tanda persetujuannya akan ajakan Mia.

"Kenapa sih, Mi, kok teman-teman kalau ke koperasi nggak berani?"

"Soalnya takut, malu sih lebih tepatnya," jawab Mia sambil nyengir.

Luna manggut-manggut sebagai tanda mengerti alasan Mia. Rasa tidak percaya diri memang selalu ada. Luna tersenyum menyadari fakta bahwa bukan ia saja yang tidak merasa percaya diri berada di lingkungan senior tapi teman sebayanya juga mengalami hal yang sama.

Koperasi seperti halnya kafetaria juga dipenuhi oleh para siswa yang sekadar ingin membeli makanan ringan atau alat tulis yang diperlukan. Luna yang memiliki tubuh agak jangkung dengan mudah mengambil makanan ringan rasa coklat kacang yang diinginkannya.

Lalu Luna dengan sedikit upaya untuk menerobos kerumunan siswa yang sepertinya memekik secara acak, ia sampai tepat di depan etalase dan menyebutkan keperluannya. Setelah mendapatkan dua buah bolpoin gel dan membayarnya, Luna mengupayakan untuk keluar dari kerumunan siswa yang mendesaknya untuk maju.

Luna selesai dan ia harus menunggu Mia yang masih berjuang diantara kerumunan para siswa. Bel tanda berakhirnya watu istirahat berbunyi. Mia keluar dari koperasi dengan terengah. Mendadak suasana jadi sepi karena para siswa menghambur ke kelas masing-masing, begitupun dengan Luna dan Mia yang berlari menuju kelas mereka yang jaraknya cukup jauh. Mereka harus menuruni beberapa undakan. Beruntung bagi Luna yang terlihat rapuh namun memiliki fisik yang cukup kuat ia juga gesit dan bisa berlari sangat cepat. Sementara Mia agak tertinggal. Untungnya bagi mereka tiba di kelas beberapa saat lebih cepat dari guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan-beliau memang terlihat sangar tapi aslinya baik hati­.

Pelajaran menjelang siang ini mengenai demokrasi. Luna tidak terlalu antusias terhadap konsep demokrasi, baginya demokrasi terlihat seperti alibi. Mengapa sih kaum Sparta dituduh bar-bar?

Luna cemberut memikirkan bagaimana buku yang dibacanya setengah mengunggulkan rakyat Athena. Apalagi di buku itu banyak terdapat nama asing seperti Aristoteles-yang apabila dipenggal dalam bahasa Jawa jadi bermakna agak lucu-. Otak Luna semakin pusing ketika ia mendapati nama Selo Soemardjan, ia mengetahui nama yang mirip bahkan hampir sama-Soemitro Djojohadikusumo- padahal kedua nama itu sangat berbeda baik tokoh maupun spesialisasinya.

Megantropus Paleojavanicus = Manusia purba dari jawa

Abris sous roche = Gua tempat tinggal manusia purba

Kjokkenmondinger =Sampah dapur berupa tumpukan kerang

Luna (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang