"Nyebelin banget si Gama itu!" omel Brigitte yang terdengar sebagai gerutuan.
"Kalian sahabat deket ya?" Luna memberanikan diri untuk bertanya.
Brigitte tersenyum sumringah, lalu mengangguk cepat lalu mulai bercerita tentang Gama, "Yah dia itu baik dan sopan, nakal sih kadang nyebelin juga tapi nggak nakal-nakal banget bahkan cenderung jinak kalau dibandingin cowok yang lain, pinter lagi," Brigitte menjeda ceritanya dengan tertawa mengingat tingkah laku Gama yang telah menjadi sahabatnya sejak mereka SMP.
---
Gama kembali ke UKS bersama ketua kelompok Luna dan salah seorang gadis yang merupakan teman Luna yang tadi duduk di sampingnya sewaktu di tribun, Mia nama gadis itu. Tak lama kemudian Rendi yang masih bermandi keringat juga tiba di UKS dan langsung menghampiri Luna.
"Luna?" katanya dengan suara tegas.
"Kak Rendi?" Mia tersentak kaget, namun reaksinya hanyalah berupa gumaman lirih. Kok bisa sih Kak Rendi di sini, terus dia kenal Luna?
"I'm ok. Don't touch me!"Ujar Luna sambil mengangkat sebelah tangannya sejajar dengan bahu untuk menghentikan Rendi.
Luna sukses membuat Rendi berhenti di tempat. Pemuda itu menurunkan tangannya yang tadi hendak terulur kepada Luna. "Syukurlah," gumamnya pelan.
Ketua rombongan sekaligus guru olahraga yaitu Pak Maryono yang hafal dengan kecemasan Luna sejak semester lalu hanya bisa diam. Ia tak akan bereaksi sebelum Luna meminta bantuannya. Gadis itu memiliki sikap yang terlalu dingin kepada siapapun dan seolah tidak tersentuh. Pak Maryono tentu saja tidak repot-repot mengambil sikap kepada Luna, karena gadis itu akan mengatakan apa saja kebutuhannya jika memang diperlukan. "Pak Maryono, saya sudah cukup sehat. Apa saya bisa langsung menuju bis?"
"Yah, sebentar lagi kita pulang karena pertandingan sudah usai. Mia, kamu temani Luna ke bis ya!" Pinta Pak Maryono yang dibalas dengan anggukan oleh Mia. Di kepala Mia sudah terbesit banyak pertanyaan untuk Luna tentang Rendi yang terlihat cemas saat tahu kalau Luna mengalami insiden.
Sebelum berpegang pada Mia untuk beberapa detik, Luna seolah menyiapkan dirinya. "Aku gapapa, Mi. Makasih ya." Luna melepas pegangannya dan Mia tidak berusaha mencegah karena sentuhan yang mendadak bisa berakibat fatal pada Mia. "Hati-hati," ujar Mia lirih. Sejenak ia berdiri diam seolah sedang mengumpulkan kekuatannya.
Sebelum pergi, Luna berpamitan pada Gama dan Brigitte serta mengucapkan terima kasih karena sudah menolongnya. "Maafin aku, Lu," bisik Gama lirih dengan penyesalan yang amat dalam karena sudah membuat Luna sakit.
"Gapapa," ujar Luna dengan nada yang tak kalah lirih sambil tersenyum. Gama mencuri satu bisikan lagi yang membuat mata Luna membelalak sejenak sebelum tatapan mereka bertemu untuk beberapa waktu hingga Luna memutuskan untuk berpaling.
"Hati-hati, Luna," Brigitte tersenyum cerah pada Luna. Gadis itu selalu tahu bagaimana menampakkan keceriannya di saat mendung sekalipun, "Sampai jumpa lagi," sambungnya yang dibalas Luna dengan sama bersahabatnya tak kurang senyum yang tak kalah manis meski senyumnya terlihat lemah.
---
Pertandingan Basket Regional dimenangkan oleh SMA dari distrik 13. Namun, hal itu tak lantas membuat Rendi --salah satu anggota tim basket-- merasa senang. Ia segera berlari ke UKS SMA St. Maria begitu tahu sebuah insiden menimpa Luna. Ia merasa khawatir pada gadis itu, terutama setelah tahu apa yang menyebabkan Luna sakit. "Sialan kamu!" Umpat Rendi pada udara kosong di depannya sembari mengepalkan tangannya kuat-kuat, matanya berkilat marah. Ia berjalan cepat-cepat namun masih memperhatikan petunjuk arah supaya ia tidak tersesat di tempat yang masih asing baginya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna (Selesai)
Teen FictionCerita remaja biasa yang beberapa mungkin kamu alami di SMA. Selamat membaca dan semoga suka.