🌞2🌞

57 3 1
                                    

"Setiap manusia punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, lo hanya perlu bersyukur atas apa yang Tuhan kasih buat lo." -L.A.B

°
°
°

Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama akibat kemacetan di jalan raya, akhirnya Senja dan Laras sampai di Bandung dengan selamat. Senja senang karena akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan neneknya, dia juga bisa bersama-sama lagi dengan kakaknya--Surya, dan yang paling membuat Senja bahagia adalah ... dia bisa berkunjung ke makam Bimo, ayahnya kapanpun dia mau. Yup, alm. Ayah Senja dimakamkan di Bandung, itu semua karena permintaan Ajeng--nenek Senja. Tapi yang membuat Senja sedih adalah dia harus jauh dari bundanya, itu semua karena pekerjaan bundanya.

"Assalamu'alaikum!" ucap Laras dan Senja bersamaan saat memasuki kawasan rumah keluarga Aditya. Sebenarnya Aditya adalah nama kakek Senja, yang kemudian diambil ke nama alm. Ayah senja 'Bimo Aditya' dan kemudian diterapkan ke nama Senja dan kakaknya--Surya.

"Wa'alaikumussalam," jawab seorang wanita paruh baya yang diketahui adalah neneknya Senja. "Cucu enin!" lanjut Ajeng yang kemudian memeluk Senja. Senja pun membalas pelukan neneknya.

Setelah memeluk Senja, Ajeng langsung memeluk Laras. "Laras ... Apa kabar nak?" tanya Ajeng sembari memeluk Laras. "Alhamdulillah baik bu," balas Laras.

"Ayo masuk kita ngobrol didalam ya!" ajak Ajeng yang kemudian dituntun oleh Senja dan diikuti oleh laras yang membawa koper yang mereka bawa. Wajar saja Senja menuntun Ajeng, karena beliau ini sudah tua. Sudah berusia sekitar 65 tahunan.

"Enin, bang Surya kemana?" tanya Senja yang menyadari jika kakaknya tidak ada di rumah.

"Tadi sih bilangnya mau ke rumah temennya, tapi sebentar lagi juga pulang ko, neng," balas Ajeng. Dan kebetulan saja saat itu juga suara deruman motor terdengar di halaman rumah neneknya. "Nah itu dia pulang," lanjut Ajeng.

"Assalamu'alaikum!" ucap seseorang yang baru saja memarkirkan motornya dan memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam," jawab Senja, Laras, dan Ajeng bersamaan. "Abaaaang!" lanjut Senja yang kemudian langsung menghampiri Surya dan memeluk kakaknya itu. Surya pun membalas pelukan Senja.

"Ade abang. Ga tinggi tinggi ya kamu." Ledek Surya sembari mengacak-acak rambut Senja. Senja yang mendengar ejekan Surya hanya memanyunkan bibirnya. "Becanda. Masih manja aja dari dulu," lanjut Surya kembali meledek Senja sambil mencubit hidung Senja.

"Kata bunda kalo aku ga manja nanti ga ada yang bisa dimanjain." Senja membela diri. Surya yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala dan kembali mengacak-acak rambut Senja.

"Yaudah kalian berdua mandi dulu gih terus shalat udah maghrib! Bunda nyiapin dulu makanannya nanti kita makan sama-sama ya!" perintah Laras kepada anak-anaknya.

"Bunda ga cape? Bunda baru dateng kan? Nanti biar Surya aja yang nyiapin makanannya." Pinta Surya yang tidak tega karena bundanya baru saja sampai.

Tetapi Laras tidak yakin jika puteranya itu bisa memasak. "Emang kamu bisa masak?" tanya Laras.

Surya terkekeh mendengar pertanyaan bundanya. "Hehee kalo masak telur, mie, sama air bisa bun."

"Yeh kalo gitu mah anak SD juga jago bang," ledek Senja. Surya cengengesan mendengarnya kemudian sebuah jitakan mendarat di kepala Senja.

Mereka berdua jika sudah bertemu pasti seperti Tom & Jerry atau Squidward & Spongebob. Tidak pernah akur. Akibat kejahilan kakaknya, mood Senja jadi tidak karuan.

"Udah udah sana mandi atau mau enin mandiin pakai selang di depan itu?!" Ajeng pun angkat bicara. Karena jika dibiarkan pertengkaran kakak beradik itu pasti tidak akan berakhir.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang