Pria itu, Deng Lun menyipitkan matanya. Dia menatap Luhan intens tanpa sejangkal pun tertinggal. Dia tersenyum dengan tatapan menjijikkan, sang empu yang ditatap seperti itu sudah menganggap orang di depan bukanlah babanya.
"Sebelum menjadi mafia. Aku pernah memerkosa gadis cantik sepertimu" Deng Lun menopang dagu Luhan yang kini berkeringat. Nafasnya menderu. Deng Lun yang kini tidak tau posisi bahwa yang sedang didepannya adalah anaknya.
Ravi? Dia dipojok dengan tali terikat kencang. Tanpa disadari anak malang itu sudah pingsan sejak sepuluh menit.
"Bangunkan dia" Perintah Deng Lun pada anak buahnya yang kebetulan mendapat tugas menyelesaikan Ravi.
Dua orang suruhan itu menampar kuat pipi Ravi dan meninjunya sampai Ravi terbangun dari mimpi buruk itu. Sadisnya ketika ia terbangun pun dihujam pukulan. Tanpa berpikir, ia mencoba melepaskan diri. Dilihatnya Luhan yang setengah sadar dan Deng Lun yang membinasa.
"PAMAN JANGAN SENTUH LUHAN!" Teriak Ravi. Nihil teriakan itu hanya dianggap omong kosong.
"POLISI AKAN DATANG MENJEMPUTMU" Teriak Ravi lagi membuat Deng Lun tertarik akibat ucapannya.
Deng Lun pun membenarkan posisi dan beralih ke Ravi. Mati sudah nasib Ravi.
Deng Lun mencengkram rahang Ravi. "Sebelum polisi itu menangkapku, aku akan bermain dengan kalian dulu, menarik kan?" Ujar Deng Lun tertawa.
"L-luhan anakmu paman" Ravi memundurkan badannya mendapati sedikit celah demi tidak terlihatnya tatapan membunuh dari Deng Lun.
Deng Lun beranjak pada Luhan yang mengalirkan banyak air mata. Deng Lun tersenyum puas.
Dia menggendong Luhan ke kasurnya. Mengikat kedua tangan dan kaki Luhan dengan sudut tempat tidur sebagai pengikat tali. Luhan meronta namun tak ada yang bisa ia lakukan.
"Aku akan bercerita dulu, Luhan" Deng Lun membuka satu kancing baju Luhan sambil berbisik di telinganya. Sensasi jijik dan geli didapatkan oleh Luhan. "Saat itu kau menghancurkan semua impianku tentang mempunyai anak kandung, kau anak dari tepi sungai, Luhan. Saat umurmu 2 tahun Yang Zi sibodoh itu mengambilmu sayang" Deng Lun menarik rambut Luhan.
"PAMAN SADAR! DIA ANAKMU! KAU KEJI KAU JAHAT DASAR AYAH BURUK! TAMPAR AKU PUKUL AKU TAPI JANGAN PERNAH SENTUH LUHANKU" Teriak Ravi semakin membuat Deng Lun naik darah.
"JAGA MULUTMU TUAN WONSIK" Deng Lun melihatkan urat kepalanya yang menimbul tanda amarah. "INI AKU SIAPKAN HADIAH UNTUKMU" Deng Lun membuka semua kancing baju Luhan beralih ke rok yang dipakai Luhan. Pakaiannya kusut akibat tangan besar Deng Lun si gila itu. Luhan meronta sambil menangis. Beberapa kali dia menggeleng takut menatap babanya. Namun tak digubris barang sekali.
Deng Lun kembali menjamah ceruk Luhan dan berbisik. "Hukumanmu hanya ini kok, jangan takut oke?" Deng Lun tersenyum menampilkan smirk. Luhan menggeleng terisak.
Deng Lun memperhatikan lekuk tubuh Luhan sebelum kemeja itu terbuka sepenuhnya.
Srett
Kemeja yang dikenakan itu terbuka menampilkan tubuh Luhan yang tertutupi bra. Deng Lun menaikkan rok Luhan sampai atas pinggang.
Kini tubuhnya sudah diperlihatkan pada pria yang gilanya pria itu adalah babanya. Ravi yang sudah tak habis pikir. Wajahnya memerah meredam marah dan meronta dengan sangat cekatan membuat tali yang menyangkal tubuhnya kini terlepas. Ia berlari ke arah Deng Lun.
"BAJINGAN KAU! KEPARAT" Ravi berusaha untuk tidak melihat tubuh polos itu. Perkelahian itu terjadi di saat itu juga.
Selama sepuluh menit perkelahian itu semakin membuat Luhan muak dan hancur. Dia mencoba menutupi tubuhnya namun tali menghalanginya. Andai. Andai saja dia mendengarkan mamanya, pasti kejadian ini tidak akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Experience (HunHan GS)
Storie d'amoreGadis malang berparas dewi bernama Lu Han, murid baru dan pertama yang memiliki kekurangan. Sebut saja Seoul High School Luhan mengalami depresi selama dua tahun di rumah sakit ternama Beijing. Babanya yang tidak menerima kenyataan anaknya, hanya ma...