::::::::::::::::::::::::::::: HAPPY READING :::::::::::::::::::::::::::::
Tepat di pertigaan perumahan, gadis kecil yang ditemukan Ron dari Bus Ksatria meminta untuk diturunkan dari gendongannya. Ia mengatakan ia tidak suka digendong.
"Kau yakin?" tawar Ron lagi.
"Ya, aku sudah kuat. Aku mau jalan saja," kata si gadis kecil melanjutkan perjalanannya bersama Ron.
Sesampainya di rumah, Ron ragu untuk masuk. Apalagi membawa serta anak kecil itu bersamanya. Lantas mengatakan pada Hermione bahwa ia ingin merawat sementara anak itu di rumahnya. "Bukankah itu artinya aku menjilat ludahku yang sudah kubuang?" batin Ron. Ia memang tak pandai dalam berpepatah.
"Ini rumahmu, sir?" tanya si gadis.
"Ya, kita masuk, yuk!"
Ron memutar gagang pintunya dan terbuka. Lampu ruang tamu belum dimatikan, berarti Hermione belum tidur. Mata si gadis kecil tidak bisa diam mengamati seluruh area ruang tamu Ron. Senyumnya mekar seiring perintah Ron untuk ia menunggu di sofa depan. "Kau duduklah dulu, aku ambilkan minum."
Tiba-tiba, dari arah ruang kerja, Hermione muncul dengan wajah sayu kelelahan. Matanya bengkak bekas menagis beberapa menit lalu. Si gadis kecil terpaku melihat sosok Hermione yang juga sama menatapnya.
Gadis itu kembali menangis.
"Hei, siapa kau, nak? Jangan menangis, aku tak marah. Dengan siapa kau ke sini?"
"Aku yang membawanya."
Ron menghampiri keduanya dengan ekspresi biasa-biasa. Tangannya menggenggam segelas air putih untuk diberikannya pada si gadis kecil. "Minumlah!" Ron menyerahkan gelas yang dibawanya.
"Di-dia?"
"Aku menemukannya dimaki-maki oleh kondektur Bus Ksatria karena dia tidak membawa uang untuk membayar ongkosnya. Dia sedang mencari ayahnya," tutur Ron.
Hermione kembali mengamati sosok anak kecil di hadapannya. Seperti sedang melihat bunga terindah di dunia, Hermione begitu gembira dengan kehadiran anak perempuan kecil itu di hadapannya.
Terlalu bahagianya, Hermione sampai tak sadar dengan penjelasan Ron tentang dari mana anak itu hingga bisa ikut. "Bus Ksatria? Anak ini penyihir?" otak Hermione memang cerdas.
"Penyihir? Aku baru sadar itu—" kata Ron pelan. Ia lantas duduk di sofa depan si gadis kecil. "Jadi, kau penyihir?" ulang Ron.
"Benar, seperti Anda juga, kan?"
Ron mendelik, "darimana kau tahu?"
"Hanya penyihir yang bisa melihat Bus Ksatria. Itu artinya Anda juga penyihir, sir," kata si gadis dengan lugu.
Ron tertawa pelan, merutuki kebodohannya sendiri. "Dia pintar juga," kata Ron pelan.
"Kau yang kurang pintar, Ron. Jadi—" Hermione duduk di sisi gadis kecil itu lantas mengelus rambutnya lembut. "Kau penyihir dan kau tersesat? Siapa namamu, nak?" tanyanya pelan-pelan.
"Walaupun kalian juga penyihir, aku tidak mau mengatakan identitasku. Kata Dad, penyihir juga ada yang jahat," kata si gadis selesai menyesap air di gelasnya.
Di sofanya, Ron bersandar lemas. Ia sudah bertanya tentang itu pada si gadis kecil saat ia pertama kali ingin mengajaknya pulang bersama. Percuma juga menanyakan hal yang sama. Anak itu terlalu merahasiakan jati dirinya.
"Sepeti buron."
"Shtttt!! Jangan begitu, Ron. Baiklah, kalau begitu, berapa umurmu?"
"10 tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Something We Need (Romione - HP Fanfic)
Fanfiction[Cerita lama yang sudah sempat aku publish di FFN. Publish ulang di Wattpad dengan perbaikan dan penambahan hal-hal kecil] Berturut-turut, Hermione seperti sedang dipermalukan oleh sang pencipta. Dua tahun lebih pernikahannya dengan Ron, tidak ada t...