7. Conversation

611 72 2
                                    

::::::::::::::::::::::::::::: HAPPY READING :::::::::::::::::::::::::::::

Setiap harinya, selain bekerja sebagai Auror, Ron juga bekerja 24 jam menjadi penjaga Hermione. Tidak di rumah, tidak juga di Kementerian. Untung Hermione satu tempat kerja dengannya.

"Mr. Weasley! Anda paham dengan yang saya jelaskan," teriak Mr. Robards mengerasakan suaranya. "Mr. Potter, tolong peringatkan Mr. Weasley agar tetap fokus."

Harry mengangguk, "baik, Sir."

Ron melamun saat rapat. Harry sudah beberapa kali mengalihkan perhatiannya dari rapat Auror pagi hanya untuk sekadar menyenggol bahu Ron agar tetap terjaga konsentrasinya. "Kita butuh bicara di luar, Ron!" pinta Harry terkesan mengancam.

Di luar, Ron dan Harry benar-benar duduk berdua untuk membicarakan masalah kelakuan Ron yang tampak ogah-ogahan bekerja. Ron menurut saat Harry memintanya untuk duduk di bangku sudut Markas Besar Auror.

"Kau ini sudah pantas jadi kepala Auror, Harry. Cepatlah dilantik. Aku sebal dengan Mr. Robards itu. Kerjanya menegur orang saja," gerutu Ron tanpa dosa.

Harry mendelik tak percaya. Kenapa Ron bisa marah-marah pada orang lain padahal itu kesalahannya juga? "Ron, ada apa, sih? Sejak rapat tadi kau susah sekali konsentrasi?"

"Ahh—"

"Hermione?" Potong Harry. Ia yakin, tebakannya kali ini akan benar.

"Yah, aku takut terjadi sesuatu pada Hermione, Harry."

Beberapa anggota Auror yang lain satu persatu meninggalkan markas. Harry dan Ron ikut menyapa salam perpisahan rekan-rekannya yang akan pulang. Sudah saatnya untuk pulang. Tapi Harry menahan Ron agar bercerita lebih dulu padanya. Tentu saja tentang masalah Ron sering melamun.

Tangan Ron merogoh sesuatu dari dalam saku seragam coklat Aurornya. "Menurutmu ini noda apa, Harry?" tunjukknya pada sebuah saputangan berbekas titik-titik merah kecoklatan di atasnya.

"Aku lebih ingin menyebut itu noda coklat daripada darah. Walaupun hati kecilku ingin mengatakan itu seperti noda darah. Darah siapa itu?" tanya Harry.

"Aku takut itu darah Hermione,"

"Hermione? Dia pendarahan?"

Harry makin mendekatkan kursinya pada Ron. Di ruangan itu masih ada anggota Auror lain yang belum pulang. Harry harus hati-hati dengan suaranya.

"Aku tak tahu, tapi ini saputangan Hermione. Dan, saat beberapa hari lalu, aku pernah melihat Hermione merintih kesakitan ditengah malam. Tapi saat aku ingin bangun, dia malah diam saja. Pura-pura tidur kembali. Aku jadi takut, Harry."

Saputangan itu kecil. Ada sedikit noda bintik-bintik seperti terciprat sesuatu yang mereka yakini bukan motif asli saputangan. Dari teksturnya, Harry juga mengira itu berasal dari sebuah cairan yang kering.

"Nodanya keras, seperti darah yang sudah mengering."

Ron menunduk kembali melamun seperti saat rapat. "Aku takut kalau itu memang noda darah Hermione. Kau ingat, kan, kalau kondisi kandungan Hermione itu lemah. Ada beberapa masalah tidak sembarangan pada rahimnya," suara Ron pelan.

"Yah, aku tahu. Tapi belum tentu juga. Bisa saja itu noda darah Hermione dari tangannya yang terluka atau mungkin darahnya Angeline. Ahh jadi ingat sesuatu."

Harry berdiri dari tempat duduknya. Ia menghampiri meja kerjanya sebentar dan kembali membawa sesuatu. "Ini—" ia menyerahkan beberapa lembar draft nama penyihir yang hilang. File dari Divisi Auror sendiri.

"Buron?"

"Bukan. Hilang, dan dicari. Coba kau amati wajah-wajah orang itu."

Berjajar foto laki-laki dan perempuan yang cukup banyak. Mereka memakai pakaian aneh-aneh layaknya penyihir pada umumnya. Telunjuk Harry menunjuk pada satu foto pria.

Something We Need (Romione - HP Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang