6. || Telat

21 2 0
                                    

Senja berlari setelah turun dari angkot menuju sekolahannya. Dia terlambat akibat bangun kesiangan. Ini semua gara-gara abangnya, yang meninggalkannya menuju kampus tanpa membangunkannya. Senja mengumpat jelek abangnya berkali-kali.

"Gimana coba, nanti citra gue didepan guru pasa luntur nih... Dasar abang laknat, awas aja nanti pulang sekolah, gue hancurin tuh muka, " umpat Senja sambil berlarian menuju sekolahannya.

"Shit..."umpatnya, ketika melihat gerbang sekolahannya tertutup rapat, sama sekali tidak ada OSIS ataupun Pak Jono- Satpam SMAnya.

"Kok sepi sihh... Terus gimana coba kalo gini! Ck.." ucap Senja sambil mengedor-gedor gerbang dengan muka kesal, sebel, takut, bercampur aduk.

"Apa, gue tunggu disini sampai pak jono datang lalu bukain pintu!?" Senja berjalan kearah bangku depan sekolahannya.

Bangku itu dibuat untuk siswa-siswi menunggu jemputan, supaya tidak kelelahan. Senja duduk di atas bangku itu sambil menghelai nafas berat. Lalu mengukur jidatnya yang tidak gatal.

"Duh.. Kok lama sihh" lirih Senja, rasanya dia ingin pulang lalu menonjok wajah abangnya.

"Sambil baca novel aja ya..." pikirnya, lalu mengambil novel yang ada didalam tas-nya.

Sudah 15 menit dia menunggu gerbang dibuka, sambil membaca novel. Namun tak kunjung-kunjung ada yang membuka gerbang. Padahal sudah waktunya pelajaran pertama dimulai. Senja berdecak kesal, tiba-tiba ada yang bicara di sampingnya.

"Ck... Anak paling teladan, lo telat!?" kata suara berat itu.

Senja menengok kesamping, dia melihat seseorang yang akhir-akhir ini selalu scara tak disengaja bertemu.ragam sangat brantakan, tas yang selalu ditaruh di lengan kanan, dan tak lupa wajah lebam yang masih ada hansaplas yang ditempel oleh Senja disudut matanya.

Leleki itu memandang Senja, sambil tertawa sinis. Lalu geleng-geleng kepala. Senja yang ditatappun menampakkan wajahnya yang kesal dan malasnya. Benar kata pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula.

"Upil, gue bicara sama elo" ucap Langit lagi, namun Senja mengalihkan pandangannya kedepan.

"Lo enggak punya telinga ya?.." tanya Langit setengah meledek.

"Ish... Satu nama gue bukan upil tapi Senja Ayunda, dan gue punya telinga kali lo gak liat atau emang mata lo bermasalah!? Ketiga gue sedang malas buat ngladenin elo!?" kata Senja sambil berdecak kesal. Langit terkekeh geli.

"Dasar cewek aneh, kenapa elo enggak masuk?" tanya Langit, dengan tatapan menghangatkan.

Bukannya senja tertegun, malah dia tambah sebal. Karena tingkah Langit yang sok perhatian. "Lo liat enggak sih tuh gerbang! Udah ketutup, kalo gue masuk lewat mana. Emang gue bisa masuk lewat celah-celah, sori dori ya gue bukan tikus" Senja berkacak pinggang.

Tawa Langit pecah seketika. Langit tertawa sambil mengacak-acak rambutnya Senja. Senja tertegun dengan sikap Langit kepadanya, mengapa saat bersama Senja langit selalu tertawa, hangat, dan nyebelin. Padahal sama orang lain katanya selalu dingin. Senja langsung menepis pikiran nya.

"Kenapa lo tertawa huh! gak ada yang lucu, dan yang sedang nglucu!?" bentak Senja, membuat Langit semakin geli.

"Kenapa enggak lewat belakang sekolah atau manjat tuh gerbang"kata Langit setengah tertawa. Senja mengetuk kepalanya, iya kenapa enggak kepikiran.

"Enggak usah diketuk, tuh kepala emang enggak ada isinya!?" ledek Langit, sambil tertawa.

"Kenapa sih elo selalu saja ngejek gue? Males tau enggak sih" Senja berdecak kesal lalu kembali duduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang