malam.

345 94 2
                                    

cw // horror , liminal spaces

'Tolong.'

'Tolong.'

'Tolong.'

Pemuda kurus itu berjengit, sekilas dia merasakan hawa dingin yang melewati tengkuknya, "Kenapa suasananya horor sekali."

Ya, pemuda itu bernama Okkotsu Yuuta. Berstatus mahasiswa semester dua yang kini sedang tergesa-gesa berjalan memasuki lantai dasar apartemennya setelah keluar sebentar untuk mengerjakan tugas kelompok. Yuuta menyalakan tombol kunci pada smartphone nya untuk mengecek pukul berapa sekarang.

'Astaga, jam 12 malam'. Yuuta menghela napas pelan, lalu mulai menatap sekeliling. Dia masih berada di area parkir kendaraan roda empat. Sendirian. Hal ini membuatnya sedikit merasa pusing dan mual. Mungkin kebiasaan marathon film horornya perlu sedikit dikurangi. Jadi dia tidak perlu bersusah-payah mengkhayal adegan apa yang akan terjadi selanjutnya kalau dalam keadaan seperti ini.

Baiklah, Yuuta mulai melangkah. Dia melirik mobilnya sekali lagi, sudah terparkir dengan benar. Lalu dia menoleh, menatap pintu masuk apartemen mewah itu. Hanya dua meter, seharusnya sangat mudah, easy peasy.

Sangat dekat, batinnya ikut berucap meyakinkan.

Yuuta pun melangkah dengan pasti.

'Tolong.'

"ANJING!"

Yuuta segera berlari secepat kilat, mengabaikan rintihan aneh tersebut. Sejenak pintu masuk terasa sangat jauh darinya.

Setelah akhirnya sampai, Yuuta buru-buru memasuki lobby dan mengambil oksigen sebanyak yang ia bisa. Yuuta memastikan pintu masuk kembali tertutup dan mulai berjalan pelan di lobby yang lengang.

"Kenapa mas? Kok kayak habis lari?"

Hendak terjungkal, Yuuta buru-buru menyeimbangkan badannya, badannya refleks berputar kearah meja resepsionis. Seorang security menatapnya bingung, Yuuta menggeleng pelan, "Gak ada apa-apa kok, Mas. Permisi ya."

Security itu mengangguk, mempersilahkan Yuuta masuk kedalam lift.

Yuuta memencet tombol 26. Itu lantai apartemennya, dia sudah sangat lega akhirnya tidak lama lagi dia bisa tidur.

Tapi sesaat, dia merasa ada yang janggal.

"Perasaan, gue masuk tadi di meja resepsionis gak ada orang."

Anonim.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang