psycho.

254 85 1
                                    

cw // gore (maybe) , creepy story

Nobara menguap, siang ini mata kuliah Biopsikologi kosong. Dosen pengajar tiba-tiba izin dan mengganti jadwal di hari Sabtu. Nobara merasa hal itu menguntungkan baginya karna dia sangat mengantuk. Semalaman dirinya begadang bermain Genshin hingga kelabakan ketika jam sudah menunjukkan jam lima pagi. Salah sendiri, kalau kata ibunya.

Setelah meregangkan badannya, Nobara berdiri dan merebahkan dirinya di lantai belakang kelas, bersama dengan beberapa orang lainnya yang ingin tidur.

Tapi semua itu gagal saat Yuuji tiba-tiba datang dengan heboh lalu sengaja menendang kakinya. Nobara bersungut lalu mendongakkan kepala menatapnya, "Ha?"

Yuuji cengengesan, rupanya dibelakang Yuuji sudah ada komplotan kurang kerjaan yang suka merumpi hal-hal unfaedah ketika jam kosong, kalau itu sebenarnya Nobara juga termasuk sih.

Nobara beranjak duduk dengan malas, diikuti Yuuji dan yang lain.

"Jadi kali ini, apa?" Tanya Nobara,

"Gini, gue ada cerita guys." Todo menyamankan posisi duduknya, "Ini cerita antimainstream."

"Kalo lu cerita soal oshi lu di JKT48 lagi, ini jus buah Miwa gue siram ke kepala lu." Kokichi menyahut, semua orang meliriknya sambil terkekeh,

"Lu semua gak bakal nyesel, I swear." Yakin Todo, yang lain pun mengangguk enggan,

"Tetangga gue, dia kayaknya psikopat deh. Sampai gue kemarin kepikiran mau pindah rumah."

Yuuta mengerutkan dahi, "Lah lu kok tau? Terus gimana?"

"Jadi kemarin...."

Aoi Todo turun dari motornya sambil melepas helm, si Takada-chan (motornya) sudah terparkir rapi di garasi rumah. Dia menatap sekeliling, sore itu suasana tampak sejuk dan dingin setelah diguyur hujan lebat.

Todo menatap halaman rumah tetangga barunya, sudah sekitar tiga bulan rumah itu berpenghuni. Tapi, sampai hari ini Todo masih belum tahu batang hidung si penghuni baru. Todo yakin bahwa tidak pernah sekalipun tetangganya bersosialisasi dengan dirinya dan keluarganya, atau warga kompleks yang lain. Yang Todo ketahui belakangan ini, tiap sore hari tetangganya -yang katanya berkelamin perempuan, itu saja yang ia tahu- selalu menaruh kantong hitam besar di halaman rumah.

Bukan Todo suka mencampuri urusan orang lain, tapi sudah tiga bulan rasanya dia merasa waswas dan takut tanpa alasan jelas dengan rumah disampingnya itu.

Maka di sore ini, sore yang dingin ini, akan menjadi saksi dimana Todo dengan refleks berjalan kearah rumah tetangganya. Dengan niat sekedar basa-basi menyapa sebagai tetangga. Dia sedikit merasa bersyukur karna sebelum perjalanan pulang dia mampir untuk membeli martabak telur, jadi itu akan menguatkan alasan Todo berkunjung.

Todo mengetuk pintu, menatap sisi lain halaman rumah yang terdapat beberapa kantong hitam yang dikerumuni lalat. Todo bisa mencium bau agak busuk dari sana, "Mungkin itu sampah." Pikirnya.

Rumah itu bisa dibilang rumah dengan desain standar perumahan pada umumnya, tanpa ada renovasi yang mencolok. Bahkan semak belukar yang berada di sekitar halaman rumah masih belum dibersihkan. Cat yang sedikit mengelupas juga diabaikan begitu saja.

Mungkin belum sempat membersihkan, pikir Todo.

Pintu itu terbuka. Seorang gadis berambut pendek berkulit pucat keluar menatap kedatangan Todo, lalu dia tersenyum tipis, "Ada perlu apa?"

Todo merasakan hawa aneh disekitarnya, dia refleks mengusap tengkuknya pelan, lalu berkata canggung, "Saya Aoi Todo. Anak dari keluarga yang tinggal di rumah sebelah, mau membawakan ini, martabak telur. Sekalian menyapa tetangga baru."

Gadis itu tersenyum sedikit lebih lebar, "Wah makasih, kebetulan saya belum makan. Saya Uraume, ayo masuk."

Todo menggeleng, "Oh, tidak perlu. Saya belum ke rumah soalnya, tadi sepulang kuliah langsung mampir kesini."

"Oh, oke. Kalau begitu terimakasih."

"Sama-sama."

"Lah aneh darimananya?" Tanya Kokichi, Todo mengusap tengkuknya pelan, "Bentar dulu, belum klimaks."

"Trus kan udah tuh, gue baru mau balik badan. Eh si Mbak Uraume itu langsung nutup pintunya, trus gue cepet-cepet pulang kerumah. Lu tau gak? Tangannya, lehernya, bahkan sekilas di kakinya, semuanya ada bekas sayatan besar yang belum kering. Terus nih, gue lihat tangannya yang lain megang gunting, ada darahnya. Astaga... Sampe gak bisa makan gue, ngeri bro."

Nobara merasakan kantuknya hilang, dia merinding. "Cepetan pindah lu."

"Masalahnya, hari ini, Uraume meninggal bro. Dan lu tau kantong hitam yang dia buang itu isinya apa? Itu bangkai keluarganya."

"HAH?"

Anonim.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang