2. His Laugh

8.2K 1.5K 158
                                    

Tawanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tawanya.

Oh, selain senyumnya, tawanya pun sama mempesonanya.

Tawa seorang Huang Renjun begitu memikat, membuat Jaemin harus extra menahan jantungnya yang seperti akan melompat.

Jaemin mendapati tawa itu untuk pertama kali saat club melukis dimulai dihari pertama.

Oh yeah, dia berhasil lolos dalam club ini. Entah harus bersyukur ataupun tidak, karena dia menyadari bahwa dirinya tak ada bakat sedikit pun disana.

Tak ada kegiatan yang signifikan yang terjadi dihari pertama, mereka hanya memperkenalkan diri dan mengobrol dengan seru, menceritakan semua hal yang berhubungan dengan lukis dan seni.

Saat gilirannya untuk memperkenalkan diri, Jaemin merasakan gugup yang luar biasa bahkan melebihi saat dia mendapat panggilan dari guru karena memecahkan jendela kelas karena lemparan bola.

Dia berdiri menghadap semua anggota baru dengan Renjun yang berada disampingnya, menyender pada meja, memperhatikannya dengan tangan yang tersilang didepan dada.

Oh, sial!

"Na-namaku Na Jaemin, ke-kelas 10C, se-senang bertemu kalian." Suaranya terdengar sangat payah, Jaemin merutuki dirinya. Dia menunduk, namun suara lembut menyambut pendengarannya.

"Kau gugup?" Pertanyaan retoris, namun dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan Renjun, melirik lelaki itu dari ekor mata.

Lelaki itu tersenyum. Senyuman yang Jaemin sukai. Renjun menghampiri dirinya dan menepuk bahunya dengan lembut. "Kau gugup karena berdiri didepan teman-teman barumu? Tidak apa-apa, kau harus terbiasa dengan hal ini." Perkataan itu disertai senyuman membuat detak jantung Jaemin lagi-lagi meningkat.

Namun ada sesuatu hal yang salah disini, Jaemin mengerjap, menatap Renjun polos.

"Sunbae, aku gugup karena kau berada disampingku dan memperhatikanku."

Dan itu lelaki itu tertawa, karena dirinya.

Lelaki itu agak mendongak dengan tawa yang mengudara, memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan membuat kedua mata itu menyipit.

Suara tawanya renyah, membuat telinganya seperti terberkati. Tawa yang indah dan cantik, menyejukan mata dan telinga. Dan sial, tawa itu memiliki efek besar pada jantung dan juga perasaannya.

Jika boleh jujur, itu adalah tawa terindah yang pernah Jaemin lihat, melumpuhkan kinerja otaknya sesaat. Oh bahkan dia seolah tak mendengar sorakan anggota club karena perkataannya, matanya hanya terpaku pada kedua sisi bibir itu yang melengkung indah.

Oh sial! Detak jantungnya meningkat lebih cepat!

"Jadi," Renjun terlihat mencoba menghentikan tawanya, lelaki itu memegang lengan Jaemin hingga si empunya menegang. "Apa aku harus menjauh dan tak memperhatikanmu?"

"U-uh tidak juga."

Tangan menggaruk tengkuk yang tak gatal, Jaemin semakin menunduk dengan wajah yang memanas karena lelaki itu tersenyum manis padanya.

Renjun terkekeh, menggelengkan kepala, menepuk lengannya dua kali sebelum menjauh. "Nah kalo begitu, sekarang giliranmu untuk menceritakan sebuah pengalaman yang bersangkutan dengan seni apapun itu yang memiliki kesan tersendiri untukmu."

Oh?

Bagaimana Jaemin bisa berpikir jika Renjun berada disampingnya dengan senyuman lembut itu?! Otaknya tak akan mampu bekerja dengan maksimal, yang ada dia hanya akan mempermalukan dirinya lebih jauh dari ini.

"Dan aku akan sedikit menjauh agar kau tak gugup. Bagiamana?"

Itu ide yang buruk.

Namun belum sempat Jaemin menjawab, suara bel berbunyi nyaring membuat mereka mendesah kecewa. Renjun terlihat bersalah, menatap padanya.

"Ah, bel pulang sudah berbunyi. Kau tak sempat menceritakan kisahmu."

Jaemin tersenyum kecil, "tak apa-apa, itu bisa dilakukan lain kali."

Renjun mengangguk, tersenyum lembut. "Jika begitu kembalilah ke mejamu dan bersiap-siap untuk pulang."

Jaemin berdehem, mengangguk pelan, dua langkah diambil dengan ragu. Dia menghentikan langkahnya yang ketiga dan berbalik menatap pada Renjun yang mengangkat sebelah alisnya dengan bingung.

"Uh, bi-bisakah aku mendapat tawamu lagi?"

Sorakan dan tawa anggota club langsung mengudara memenuhi ruangan begitupun dengan tawa Renjun dihadapannya.

Ah, Jaemin mendapatkannya.

Tawa indah yang memiliki dampak besar pada jantung dan juga perasaannya.

Selain senyuman, Jaemin juga menyukai tawa itu. Tawa yang ia harapkan untuk selalu terbit pada wajah manis kakak kelasnya, Huang Renjun.

 Tawa yang ia harapkan untuk selalu terbit pada wajah manis kakak kelasnya, Huang Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buceeeen(ノ゚0゚)ノ~

Bogor, 11 Januari 2020

ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang