4. His Eyes

5.7K 1.2K 184
                                    

Matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya.

Setelah Jaemin perhatikan lebih teliti, kedua bola mata Renjun selalu berbinar seolah terdapat bintang-bintang disana.

Dan entah mengapa itu terlihat sangat indah dan cantik.

Sangat indah hingga dimana itu membuat Jaemin ingin menangis karena keindahannya.

Jaemin menyadari itu saat dia sering diam-diam memperhatikan kakak kelasnya. Mata Renjun akan selalu berbinar saat dia bersuara di depan ruangan, saat dia tersenyum pun bahkan saat dia diam.

Binaran itu anehnya memiliki dampak yang sama seperti senyumannya, membuat detak jantungnya meningkat.

"Apa kau memperhatikanku berbicara, Jaemin?"

Suara yang ia sukai itu menyadarkan Jaemin dari kekagumannya akan bola mata yang berbinar. Ah, bahkan saat kesal pun bola mata itu tetap berbinar seperti diselimuti bintang.

Jaemin gelagapan, menggaruk pipinya. "Y-ya Sunbae?

Renjun terlihat menghela napas panjang, wajah itu terlihat lelah. Lelaki itu mengambil sebuah kursi dan meletakkannya disebelahnya, duduk disana membuat Jaemin menahan kegugupan.

"Mengapa belum pulang? Ini sudah sore hari."

"Aku sedang mendapat ide untuk melukis," Jaemin meringis. "Daripada ide itu menghilang, aku ingin cepat-cepat menggambarkannya."

Perkataan Jaemin membuat Renjun melirik pada kanvas yang sudah hampir jadi seluruhnya. Lukisan sebuah wajah yang tak terlalu asing. Renjun menatap lukisan itu baik-baik sebelum mengernyit, lalu menatap pada Jaemin yang juga sedang menatapnya.

"Aku seperti tak asing dengan seseeorang yang kau lukis. Matanya terlihat familier."

Tentu saja, itu dirimu!!

Jaemin terkekeh, dia menatap pada lukisannya, pada kedua bola mata yang terinspirasi dari seseorang disampingnya. "Sunbae pernah bilang, melukis bukan hanya tentang sebuah ide, bukan hanya tentang kuas yang mencoret kanvas, bukan hanya tentang tangan yang bergerak lihai, tapi melukis juga tentang sebuah perasaan, sebuah jiwa dan perasaan yang menggebu untuk diungkapkan."

Suara Jaemin terdengar rendah, mengalun ditengah keheningan ruangan club lukis yang hanya terisi oleh mereka berdua. Kedua netra Jaemin bertatapan langsung dengan netra berbinar milik Renjun yang sangat indah.

Oh Tuhan, Jaemin ingin menangis. Dia ingin menangis melihat keindahan yang ada dihadapannya.

"Aku melukis ini dengan semua perasaan yang ku punya, dengan jiwaku yang menggebu dalam rasa senang dan hangat yang tercipta karenanya," Jaemin melanjutkan, "matanya. Kedua netra itu aku lukis akan kekaguman dan seluruh apresiasiku akan keindahannya."

Netra berbinar itu seolah menyedotnya untuk tenggelam dalam pusaran yang menakjubkan. Dada Jaemin terasa sesak pun dengan detak jantungnya yang meningkat. Tanpa sadar setetes air mata jatuh dari matanya membuat Renjun mengerjap, menatapnya dengan binaran terkejut.

"Kau menangis?"

Retoris. Jaemin hanya tersenyum dengan lelehan air mata yang datang kembali.

Tangan yang terlihat lebih mungil terulur pada pipinya, mengusap lelehan air mata dengan perlahan. "Mengapa kau menangis?"

"Aku hanya tak tahu bagaimana cara mengekspresikan kekaguman akan keindahan yang sedang aku lihat."

Renjun terlihat tertegun, tangan yang mengusap pipi Jaemin berhenti disana, menangkup sebelah pipi basah itu dengan lembut. Netranya membola, bergetar dengan binaran dan bintang yang sangat kentara.

Terlihat sangat indah, demi Tuhan!

Jaemin tersenyum lebar, air mata masih turun membasahi pipinya dan juga tangan Renjun. "Aku selalu ingin melihat bola mata itu, bisakah?"

Renjun kebingungan, terlihat dari wajahnya yang terlihat linglung, lelaki itu menjauhkan tangannya dari pipi Jaemin, berkedip berkali-kali dengan helaan napas.

"Aku tak mengerti." Renjun berbisik, "namun aku tak bisa mencopot mataku dan memberikannya padamu." Lelaki itu terkekeh akan perkataannya sendiri membuat Jaemin melakukan hal yang sama.

"Aku hanya ingin melihat binaran itu tetap ada disana, karena itu memang ditakdirkan untuk berada disana. Memperindah dan mempercantik seolah itu adalah apa yang seharusnya."

Renjun tersenyum dengan binaran mata yang semakin berkilau.

"Kau sangat pandai dalam berkata, rupanya."

Jaemin terkekeh, mengusap kedua pipinya yang basah. Mulai merapikan peralatan melukisnya karena hari sudah mulai gelap, dia mencoba menahan degup jantungnya yang selalu meningkat jika berada dalam jarak yang dekat dengan sosok pujaannya.

Mata Renjun masih berbinar saat dia melirik dan Jaemin harap akan selalu seperti itu.

Karena dia menyukai dan memuja mata itu, mata yang berbinar yang seolah terdapat bintang-bintang disana, terlihat cantik dan indah membuat dadanya sesak dalam kekaguman serta pujaan.

Karena dia menyukai dan memuja mata itu, mata yang berbinar yang seolah terdapat bintang-bintang disana, terlihat cantik dan indah membuat dadanya sesak dalam kekaguman serta pujaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini salah satu yang paling aku suka dari Renjun, ini!! Matanya!
Mata dia cantik banget, sampe pernah nangis aku liatnya (╥﹏╥)

Bogor, 18 Januari 2020

ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang