6. His Lips

7K 1.2K 372
                                    

Bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibirnya

Akhir-akhir ini Jaemin merasa seperti ada yang salah dengan dirinya.

Club melukis berjalan satu kali pertemuan dalam seminggu. Jadi dia bisa bertemu dengan Renjun dan menatap lelaki itu dengan leluasa hanya sekali dalam seminggu, sisanya hanyalah pertemuan biasa tanpa percakapan yang berarti karena kelas mereka yang terletak sangat jauh, belum lagi tingkatan kelas mereka yang berbeda, mempersulit mereka untuk bertemu.

Hal yang mengganggunya akhir-akhir adalah bagaimana dia selalu terbayang bibir kakak kelasnya.

Ini semua karena kejadian di ruang kesehatan saat dia menatap cukup lama pada bibir tipis itu. Dan sejak itu pula bibir kakak kelasnya selalu terbayang dalam benak.

Jaemin tak ingin dilabeli sebagai lelaki cabul, namun kadang pikiran dan hormon remajanya berkata lain.

Club berakhir sekitar 10 menit yang lalu, namun karena menyadari ponselnya tertinggal dia kembali mengunjungi ruangan yang seharusnya sudah kosong.

Ya seharusnya, karena ternyata dia mendapati si ketua club yang masih berada disana, sedang duduk dengan tangan yang bergerak mencoret kanvas menggunakan kuas yang dipegangnya.

Wajah itu terlihat serius, Jaemin melangkah perlahan, mencoba untuk tak menimbulkan suara yang signifikan. Dia berhasil berdiri disamping Renjun tanpa si empunya sadari.

Jaemin memperhatikan lukisan abstrak yang tak terlalu dia mengerti, lalu kembali pada wajah Renjun yang sangat serius, terlihat dari dahi yang mengerut dan bibir yang mengerucut.

Ah, bibir.

Renjun masih tak menyadari kehadirannya padahal dia berdiri lumayan dekat. Jaemin memperhatikan bibir merah itu dengan seksama, cahaya dari jendela tak terlalu cukup untuk menerangi wajah Renjun, keadaan ruangan pada sore hari lumayan gelap, namun entah mengapa meski di penglihatan bibir Renjun berwarna pucat, dia malah membayangkan bibir itu berwarna merah muda merekah dan basah seperti di ruang kesehatan dulu.

Bagaimana rasanya? Manis 'kah? Bagaimana pula dengan teksturnya? Lembut seperti jelly atau seperti marshmellow?

Jaemin penasaran.

"Mengapa kau ada disini?"

Suara Renjun menyentak lamunannya dari memperhatikan bibir itu, dia mengerjap saat Renjun mendongak, menatapnya dengan bingung.

"Ponselku tertinggal." Kakak kelasnya melirik sebuah tempat duduk yang biasa dia tempati dan mendapati ponsel yang tergeletak disana.

Ah, Jaemin belum ada niatan mengambil ponselnya karena terfokus pada pria dihadapannya.

"Kapan sikap cerobohmu akan berhenti, hm?" Renjun meliriknya jengkel membuat Jaemin terkekeh, dia tak ada niatan untuk membalas perkataan itu. Sebagai gantinya dia membungkuk, bertumpu pada lutut, mensejajarkan wajahnya dengan Renjun, sudut bibirnya terangkat.

"Saat kau sudah menjadi milikku."

Perkataan yang lancang. Lebih lancang lagi saat wajah Jaemin bergerak maju dengan bibir yang meraih bibir kakaknya kelasnya secara lembut, hanya menekan awalnya, dia ingin menunggu reaksi dari Renjun.

Dan di luar dugaan, Renjun tak menjauh ataupun melayangkan tamparan karena sudah dengan lancang mencium bibirnya, meski tubuh itu menegang namun tak ada hal yang kakak kelasnya lakukan.

Renjun seperti seolah mempersilahkan.

Kedua mata berbeda warna itu saling tatap, sebelum Jaemin menutup mata terlebih dahulu karena rasa malu yang luar biasa.

Bibirnya mulai bergerak, memangut secara perlahan dengan tangan yang merambat pada tengkuk si kakak kelas untuk lebih mendongak agar dia bisa bergerak leluasa.

Rasa bibir Renjun lebih manis dari bayangannya. Manis yang berbeda dari gula, cokelat ataupun permen.

Jaemin mengulum bibir bawah Renjun untuk dia sesap, tak ada pergerakan dari pria itu, Jaemin tak berharap lebih.

Dadanya bergemuruh dalam rasa senang, badannya meremang, kepalanya terasa pening. Dia bergerak semakin berani, tangannya merambat pada pipi berisi milik Renjun, mengusapnya pelan dengan ibu jari, lidah terjulur untuk menjilati bibir merah itu yang tanpa di duga Renjun membuka bibirnya, seolah mempersilahkan lidah Jaemin untuk masuk.

Sial! Jaemin ingin menangis.

Dengan tangan yang gemeter, dia menjauhkan wajahnya. Jaemin tak ingin bertindak terlalu jauh dan membuatnya menjadi rumit. Napasnya tersengal, dia membuka mata dan menemukan wajah Renjun yang memerah dengan napas yang sama tersengalnya. Bibir lelaki itu agak membengkak dengan warna yang lebih memerah dan basah, mengkilap.

Bibir termanis yang pernah Jaemin rasakan dan kini dia begitu menyukai bibir itu, sangat.

"Itu adalah kesempatan terakhirmu." Kelopak mata Renjun terbuka, terlihat sayu, suara lelaki itu terdengar serak.

Perkataannya merujuk pada Jaemin yang tak bertindak terlalu jauh.

Terkekeh pelan, badannya menegak. Jaemin menatap sosok didepannya dengan lembut. "Waktu bisa berkata lain, Renjun."

Itu adalah pertama kalinya Jaemin memanggil nama Renjun tanpa embel-embel formalitas.

"Aku tak bisa menjadi milikmu."

Jaemin tersenyum tipis. "Aku akan menyerahkan semuanya pada waktu."

Kenyataan yang ironis, namun itu tadi, Jaemin akan menyerahkan semuanya pada waktu, biarkan waktu yang bermain dengan perasaannya. Mungkin, hanya mungkin, akan ada waktu dimana saat Renjun menjadi miliknya. Saat dia bisa leluasa mencicipi bibir kesukaannya, saat Renjun menjadi miliknya, seluruhnya. Jaemin akan bergantung pada waktu meski itu berarti akan menyakitinya dalam harapan yang semu.

Menjilat bibir bawahnya sekilas, Jaemin menunduk, meraih bibir itu lagi untuk ia sesap terakhir kali.

Kali ini, dia tak bisa meminta Renjun untuk mempersilahkannya bertindak lancang dengan menciumnya lagi di lain waktu.

Jaemin menyukai bibir Renjun, sangat, dia menginginkan dan mendamba bibir itu untuk leluasa dia cium, untuk leluasa dia sesap dan lumat tanpa takut, namun ia tahu diri.

Karena realita mengejeknya, bahwa Renjun adalah milik orang lain.

Untuk sekarang.

Aku punya gif bibir Renjun yang uh, tapi gak bisa di upload karena ukurannya terlalu besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku punya gif bibir Renjun yang uh, tapi gak bisa di upload karena ukurannya terlalu besar.

Bogor, 21 Januari 2020

ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang