Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semuanya.
Jaemin menyukai semua hal yang ada pada diri seorang Huang Renjun.
Senyumnya, tawanya, suaranya, matanya, perhatiannya, bibirnya, semuanya. Marahnya, kesalnya, bentakannya, tubuhnya, dari ujung kepala sampai ujung kaki, Jaemin menyukai semuanya.
Kecuali, tangisannya.
Jaemin membenci tangisan Renjun.
"Lucas menyelingkuhiku." Adalah ucapan yang ia dapat saat membuka pintu apartemennya dimalam hari yang sedang hujan lebat.
Itu adalah hari terburuk sekaligus terindah yang pernah Jaemin dapat.
Terburuk, karena untuk pertama kalinya dia mendapati lelehan air mata kesedihan menghiasi mata kesukaannya. Renjun menangis, tersendat, dengan wajah merah yang basah, lelaki itu seperti kesusahan dalam mengambil napas. Belum lagi tubuhnya yang basah kuyup, semua tubuhnya basah dengan bibir kesukaannya yang memucat, dengan suara kesukaannya yang terdengar penuh kepiluan.
Jaemin marah, semua hal yang dia sukai dari Renjun berbeda tak seperti seharusnya.
Tanpa banyak kata, dia menarik Renjun untuk masuk kedalam apartemen, untuk ia peluk; mencoba menenangkan badan yang menggigil, bahan ia tak begitu peduli pada kausnya yang basah.
"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya."
"Maafkan aku, maafkan aku." Renjun merintih membuat Jaemin semakin erat memeluk tubuh bergetar itu, dagunya ia letakan pada rambut basah Renjun, tangannya mengusap punggung kecil itu untuk menenangkan, untuk ia harap memberi sebuah kenyamanan.
Jaemin mengetahui bahwa Lucas, kekasih dari si kakak kelas yang ia sukai bermain dibelakang Renjun, mengkhianati kesukaannya dengan berselingkuh. Dia pernah memperingatkan Renjun, memberi tahu hal ini, namun yang ia dapat adalah suara tawa dan gelengan kepala, Renjunnya tak percaya bahwa ia sedang diselingkuhi dan Jaemin tak bisa berbuat banyak, dia hanya mengangguk dan tersenyum.
Karena ia tahu, akan ada waktu dimana semuanya terungkap dan ia percaya, saat itu tiba, Renjun akan datang padanya.
Dan itu menjadi kenyataan.
Jika mengesampingkan segala hal yang terjadi pada Renjun, itu juga adalah hari terindah yang pernah Jaemin dapat.
Terindah, karena kakak kelasnya sedang berada dibawahnya, tak berdaya, menyerahkan seluruh tubuhnya untuk ia kuasai, untuk ia miliki, meski hanya untuk malam ini.
Bukan ia yang memulai, tapi Renjun. Bukan ia yang meminta, tapi Renjun. Dan bukan Jaemin pula yang memohon, tapi Renjun.
Jaemin mengetahui bahwa dia hanya menjadi pelampiasan atas apa yang sedang terjadi pada kakak kelasnya. Namun dia tak mempunyai pilihan, untuk kali ini dia akan menjadi jahat dengan mengambil kesempatan yang ada.