BAB 1

82 4 0
                                    


Lufi tidak pernah menyangka bahwa saat ini juga ia tengah bersanding dengan seorang wanita yang baru di kenalnya dua hari lalu dan itu pun langsung berjabat tangan dengan wali wanita itu untuk menikahinya.

Wanita pun terlihat canggung saat tiba tiba fotografer meminta mereka untuk saling berpelukan dan menghadap ke arah kamera dengan senyuman yang lebar sehingga semua orang percaya bahwa pengantin hari ini benar benar terlihat bahagia.

Namun ini sudah yang ketiga kalinya si fotografer naik ke atas panggung pelaminan untuk membuat sepasang sejoli itu terlihat indah ke dalam pose yang seharusnya terbilang romantis.

" Mbak, tolong kepalanya di sandarkan kepada dada suaminya"

Nalu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya ia mengakuti perintah dari fotografer tersebut. Ia menyandarkan kepala pada dada lufi dan lelaki itu menyentuh punggungnya, seolah olah mereka benar benar tengah berpelukan untuk saling menenangkan.

Ketika Nalu melangkah mundur untuk kembali duduk ke kursi singgasananya yaitu pelaminan, namun tiba tiba saja Lilis teman MAN  nya dulu datang bersama kekasihnya sambil menentang kotak kado yang tidak Nalu ketahui apa isinya. Gadis itu sibuk meminta foto dan dengan terpaksa Nalu harus merelakan bokongnya yang hampir saja menyentuh kursi pelaminan yang menurutnya empuk itu.

" Sama lakikmu lah." Tanpa izin dari si pemilik tubuh, Lilis langsung menarik lengan lufi dan mendekatkannya pada Nalu hingga proses poto pun selesai.

" Selamat ya bebeb..gak nyangka deh kau betol betol bisa nikah sama ustadz"
Lilis terkikik geli, lalu mengamit lengan kekasihnya yang sedari tadi hanya diam mengamatinya tanpa mengeluarkan sepatah kata protes pun untuk Lilis. " Kita turun dulu ya beb. Selama dan semoga lekas dapat momongan"

Nalu hanya mengaguk dan tersenyum untuk melepaskan kepergian Lilis.
Gaun Selayar khas Aceh yang ia pakai benar benar cukup berat dengan behan yang benar benar tebal. Belum lagi hiasan dan bedaknya yang amat tebal, membuat dirinya benar benar merasa bahwa ini bukan dirinya.

" Saya bantu duduk dek"
Hanya itu yang dapat lufi ucapkan. Lelaki itu langsung mengakat sebagian gaun selayar Nalu yang menyeret hingga lantai pelaminan.

Mereka kembali duduk di pelaminan dan kembali pula pada kebisuan yang sudah dari awal tercipta. Lufi pun begitu, ia berinisiatif memanggil Nalu dengan panggila dek karena memang seluruh keluarga Nalu memanggil wanita itu dengan sebutan yang begitu di karenakan Nalu memang anak bungsu dari lima bersaudara dan satu satunya pula anak perempuan di keluarga itu.

" Maafin saya ya ustadz.." Nalu kembali menunduk setelah menyampaikan kalimat itu. Pipinya yang memang di poles di make up yang kemerahan merahan mampu menutupi rona alami di keluar Nalu karena merasa malu sekaligus gugup.

Lufi tidak menjawab. Ia bahkan bingung untuk menanggapi perkataan Nalu, yang ia tahu ini semua terlalu mendadak dan ia cukup terkejut dengan statusnya yang tiba tiba berubah menjadi seorang suami tanpa di rencanakan.

~~~~~wulan ananda~~~~~~~

Lufi bersyukur ketika melihat Nalu yang meminta izin kepada tukang rias pengantin untuk ia menghapus make up nya karena ingin menunaikan sholat Dzuhur bersama suaminya yang telah usai mengambil wudhu terlebih dahulu dan dengan setia lufi menunggu Nalu yang tengah berwudhu.

" Yang lakik bisa nunggu di luar ya. Soalnya ini mau di make up ulang. Jadinya lama" perias itu bukan maksud mengusir lufi, hanya jika nanti tiba tiba lelaki itu bosan, ia bisa keluar sekedar untuk melihat kesibukan masing masing orang.

" Iya kak" jawabnya. Namun ia tak kunjung keluar melain malah duduk di tepi kasur yang sudah di perisapkan Nalu untuk da dan juga calon suaminya yang sekarang malah ia duduki dengan status yang tiba tiba menjadi suaminya tanpa ba-bi-bu.

Utusan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang