BAB 4

36 4 0
                                    

"  gam...bek le malho malho dalam berumah tangga !"  (" Nak, jangan lah bertengkar tengkar di dalam rumah tangga ")  Radiah, mamaknya lufi mengusap ngusap puncak kepala anaknya yang baru saja menyelesaikan sholat berjama'ah nya bersama di masjid tak jauh dari tambak.

" Nyan Mak...lufi tak akan lah bertengkar dengan Nalu"

" Istri kamu tuh, lagak juga." (" Istri kamu itu, cantik juga ")
Lufi tersenyum.

" Allah kasih lufi hadiah besar.."

Radiah mengaguk, " banyak banyak lah bersyukur kepada Allah."

Lufi mengaguk.

" Acara yang walimah dekat emak bulan depan beh?"

" Sudah sampai mana persiapannya mak ?"

" Alhamdulillah undangan udah tersebar semua, kita adakan acara di kota ini aja lah, emak sama Abah udah nyaman di sini !"

" Ya, suka hati mamak ajalah"

" Abang udah pulang ?" Nalu langsung menyalami tangan lufi dan lufi pun langsung memberikan usapkan lembut di kepala sang istri.

" Udah" pertanyaan Nalu memang sangat terlihat untuk sekedar basa basinya. Dan ya, radiah meminta Nalu untuk memanggil lufi dengan sebutan 'abang' dan lufi juga harus terbiasa memanggil Nalu dengan embel embel 'adek' sekalipun itu di depan umum.

" Abah bilang, Abah nunggu abang di dekat tambak yang ada pondoponya "

" Yaudah, Abang kesana dulu. Adek tinggal ?"

Nalu mengaguk " mau bantuin mamak masak makan siang"

Radiah dan lufi tersenyum bersamaan, ketika lufi melangkah menuju pendopo yang di maksud oleh pesan abahnya terhadap Nalu tadi. Radiah pun bergegas untuk terus mengajak Nalu menuju dapurnya.

" Adek bisa masak kan ?"

" Bisa mak, tapi enggak begitu pandai !"

" Mak ajarkan memasak makanan kesukaan lufi beh, kita masak cumi pedas dan ayam bakar bumbu"

" Iya mak ".

~~~~~~~~~wulan ananda~~~~~~~~

Nalu harus segera menyiapkan pakaiannya dan juga pakaian milik lufi ke dalam koper. Hari ini mereka harus pulang ke kampung miliknya karena acara mengunduh akan segera di laksanakan di keluarga lufi. Perjalanan jauh, mungkin sudah biasa bagi Nalu yang memang sudah sering mengikuti langkah kaki kemanapun lufi pergi, namun sebenarnya ia mengira bahwa mamaknya lufi akan mengadakan pesta di kampung halamannya yang masih dalam kabupaten Aceh Tamiang sama dengan kampungnya, namun nyatanya Radiah merayakan resepsi itu di kota besar Banda Aceh tempat di mana sang suami dan anaknya mengelolah suatu usaha.

" Dek udah selesai belum ?"

Nalu tidak menjawab, ia malah merebahkan kepalanya di atas lantai dengan tangan menjadi bantalnya. Cukup lelah ketika kemarin ia baru saja selesai ikut merayakan perpisahan anak kelas dua belas yang benar benar melelahkan ketika ia ikut menyiapkan perlengkapannya.

" Dek kok tiduran di lantai!"

" Bang, adek ngantuk !"

" Jangan tidur di lantai dong, ntar masuk angin "

Dengan berat hati, Nalu mencoba bangkit, kepalanya memang sangat pusing akibat kelelah kemarin.

" Kita mau berangkat sekarang?"

Lufi mengaguk, " Abang udah ambil mobilnya "

Nalu berjalan mengambil tas Selempangnya dan lufi langsung mengambil alih koper untuk di masukkan ke bagasi. Lufi tidak memiliki mobil dan mobil yang saat ini tentu milik yayasan yang khusus di gunakan untuk para pengajar jika memiliki sesuatu kepentingan. Walau niat awal ingin pulang dengan menggunakan bus, namun kepala yayasan memaksa untuk menggunakan mobil tersebut agar dapat bebas untuk beristirahat jika merasa kelelahan.

" Kalok adek tidur enggak apa apa ?"

" Gak apa apa, tidur aja"

Nalu mengaguk, lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi dan terlelap begitu saja.

Lufi maklum dengan keadaan Nalu yang tertidur begitu nyenyak di sepanjang jalan, ketika wanita itu memiringkan kepalanya, ia dapat melihat betapa ngembilnya pipi Nalu.

Entahlah.. tapi pikirannya malah kembali mengingat perkataan Niah, mamaknya Nalu yang mengatakan bahwa Nalu sempat mengeluh ketika mendekati bulan bulan pernikahan, ia merasa lengannya bertambah besar, paha dan betisnya juga yang membesar, serta pipinya yang terlihat begitu menyeramkan jika ia menggunakan hijab. Nalu akan ngomel ngomel sendiri kalau di tengah malam ia kelaparan dan dengan tidak ikhlas harus makan dengan akibat berat badannya yang akan naik, terlebih lagi jika ada orang lain yang mengatakan ia gemuk, Nalu kian uring uringan dengan niat ingin diet.

Dan sepertinya Nalu bertambah chubby. Ah..ia harus menahan mulutnya agar tidak mengatakan Nalu memiliki pipi lebih gembul dari sebelum mereka menikah atau kalau tidak, Nalu akan mengomel ngomel dan mengatakan dirinya ingin diet.

" Abang tolong berenti sebentar !"

Suara Nalu yang tiba tiba terbangun dari tidurnya membuat lufi terperanjat dan langsung mengerem mobilnya dengan cepat, hingga hampir saja kepala Nalu terbentur.

" Kenapa dek ?"

Nalu tidak menjawab, ia langsung turun dari mobil dan menuju selokan yang tak jauh dari tempat mereka berhenti.

Nalu muntah.

Ia bergegas ikut turun dan memijat mijat tengkuk milik Nalu.

" Kayaknya masuk angin !"

Setelah mencuci mulutnya dengan air mineral yang tadi lufi berikan, Nalu tak langsung bangkit melainkan malah terduduk lemas dengan hijabnya yang berantakan.

" Kita cari obat dulu ya ?"

Nalu menggeleng.

" Gak enak !"

" Jadi gimana dong? Muka adek pucat loh! Apa kita makan dulu?"

" Nanti yang ada malah muntah lagi!"

" Istirahat dulu ya ?"

" Ini udah nyampek mana bang ?"

" Kota Langsa !"

" Langsa ?"

Lufi mengaguk.

" Adek yang tidurnya kelamaan atau Abang yang ngebut !"

" Adek tidurnya kelamaan, ini bentar lagi Dzuhur "

~~~~~~~~wulan ananda~~~~~~~

Setelah memastikan Nalu yang kembali tertidur di kursinya, ia langsung menstater mobil dan menjalankannya. Ia sempat heran dengan Nalu yang memintanya menjalankan mobil setelah ia kembali tertidur lelap, karena ia benar benar tidak sanggup harus kembali muntah dengan isi perut yang sudah kosong.

Tapi syukurlah, istrinya tadi masih mau melaksanakan sholat Dzuhur berjama'ah disalah masjid raya yang mereka singgahi tadi, walaupun keadaan yang lemah dan sempoyongan, ia tidak mau meninggalkan sholat.

Setelah dua jam setengah menempuh perjalanan dari langsa menuju kampung halaman Nalu, ia dapat melihat banyaknya keluarga Nalu yang sudah menunggu kedatangannya.

" Fi, Nalu nya mana ?"

" Ketiduran bang, tadi mabuk di jalan !"

" Loh biasanya dia gak mabuk kok!" Ucap Niah. Buru buru ia buka pintu mobil dan benar adanya bahwa Nalu masih tertidur dengan wajah yang sedikit pucat.

" Masuk angin Mak, kemarin Nalu dan yang lainnya sibuk karena ada acara perpisahan anak kelas dua belas"

" Owalahh pantesan lah. Yaudah biar mamak bangunin !"

" Jangan Mak " cepat cepat lufi mencegah Niah yang sudah bersiap hendak menguncang bahu istrinya. " Biar lufi angkat aja. Kasian tadi Nalu lemas kali"


🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu.

Heiiii pue Haba ?

Apa kabar ?

Sudah baca Al Qur'an belum sayang ?

Jangan lupa kewajibannya terhadap Allah SWT ya..!

Vote dan komennya jangan lupa juga

Utusan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang