Apakah hidup dalam kesendirian itu menyenangkan??
Jika iya, apakah kamu mau hidup sendiri selamanya?
Jika tidak, apakah kamu mau hidup dikelilingi dengan orang orang yang selalu menyakitimu??
Apakah kehidupan itu hanya tentang kesendirian dan rasa penyesalan??
Tolong jawab pertanyaanku!
Aku ingin segera keluar dari kurungan yang selama ini menjerat hidupku,
Aku ingin melihat dunia luar yang mereka bilang menyenangkan,
Aku ingin merasakan kebahagiaan.
Siapapun kamu, tolong buat aku kembali tersenyum...
My diary, Saori~
Tulisan itu sudah lama tercetak dibuku diary . Tapi tak satupun dia mendapat jawaban atas semua pertanyaannya. Rasa kekecewaan dan penderitaan telah hidup abadi dalam jiwa gadis bersurai ungu muda itu.
Tok tok tok
Berkali kali Shun telah mengetuk pintu itu, namun sang pemilik tak kunjung membukanya. Dia sendiri tau kalau pemiliknya pasti tidak akan semudah itu membiarkan orang asing masuk kedalam rumahnya."Hei, Aku ini orang baik loh" Ucap Shun ketika melihat sharpie biru mengumpat dibalik kaca jendela. Tapi setelah shun mengatakan itu, Saori malah mengunci rumahnya. Shun menggelengkan kepalanya sesekali dia melempar senyum pada orang dibalik jendela.
"Aku berjanji tidak akan menyakitimu, Saori" Lagi lagi Shun mencoba membawa hikikomori keluar, meski dia tau kalau itu akan memakan waktu lama. Tapi dia yakin, karena dia tau bagaimana perasaan lawan bicaranya.
Kriett
Akhirnya pintu itu terbuka. Menampilkan sesosok gadis berambut ungu muda yang tengah menundukkan kepalanya. Dia diam saja memegangi gagang pintu, tampaknya dia lupa caranya menyambut tamu seperti dulu.
Shun tersenyum. "Bolehkah aku masuk?" Butuh beberapa menit untuk melihat saori mengangguk meskipun itu pelan.
Shun mulai melangkahkan kakinya. Pertama kali dia melihat rumah serapi ini. Dari mulai Lantai cream yang menamantulkan bayangannya, Kursi kayu yang nampak mengkilap, Deret buku yang terpajang sesuai warna juga menambah elok ruangan itu. Ternyata penampilan itu menipu. Dari luar rumah ini sangat berdebu, kotor, berkerak, bahkan bisa dibilang seperti tak layak ditinggali. Tapi, setelah shun masuk dia menyadari kalau melihat dari covernya saja itu salah.
Walaupun ukuran rumah Saori tak sebesar rumahnya, tapi shun merasa nyaman berada disini. Yang menambah shun kagum adalah foto saori dengan seorang gadis berambut kuning emas dan meraka tersenyum bersama. Melihat pertumbuhan Saori sekarang telah membuat shun merasa titik kebahagiaan Saori telah hilang, sebab sekarang dia tertutup dan jarang tersenyum.
"Bolehkah aku tanya?" Pertanyaan itu didiamkan oleh Saori. Dia masih menunduk semenjak membuka pintu sampai pintu itu ditutup oleh dirinya. "Kau punya adik?"
Seketika Saori langsung mendongak kaget. Matanya membulat, serta ekspresinya yang terkejut membuat Shun menyiritkan dahinya. "Ada yang salah?"
Dengan sigap Saori langsung mengambil foto segenap dengan bingkainya yang berdiri dimeja. Dia langsung membanting benda itu, sehingga jatuh kelantai dan pecah. Tak sampai disitu, Saori menangis sejadi jadinya. Shun jadi merasa bersalah karena telah membuat Saori menangis. Mendekati gadis ini ternyata sangat sulit. Jika dirinya saja tidak bisa, lalu bagaimana Seiya nantinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Dia Jodohku? [Hiatus Dulu]
FanfictionSaori sigadis pendiam secara tak sengaja mengenal Seiya sipria brandalan melalui tertukarnya buku Pr mereka. Sedikit demi sedikit Seiya mulai menyukai Saori, sedangkan Saori malah mencoba menghindar dari Seiya. Akankah mereka bersatu? Temukan semuan...