07. Lelah

46 4 3
                                    

"Selamat pagi tuan putri ku"

Sapaan lembut seorang wanita paruh baya yang sedang menata hidangan sarapan di meja makan. Menatap gadis cantik itu dengan senyuman hangat.

Gadis itu berjalan dengan senyum yang bisa saja mengalahkan sinar sang mentari pagi. Sungguh lengkungan yang sangat indah.

"Hai sayang, sini duduk di samping papa"

Tatapan pria itu tidak bisa di jelaskan dengan kata kata. Ia menatap gadis itu dengan senyum bangga di wajahnya.

"Mari kita mulai sarapannya. Jangan lama lama, nanti dingin makanannya" canda sang ibu

Mereka bertiga makan dengan tenang dan terlihat sangat menikmati. Sungguh keluarga yang sangat harmonis dan tentram.

-#-

Plak!!

Suara tamparan yang tidak di pungkiri cukup keras terdengar sangat lantang di ruang keluarga.

"Terus saja kau membantahku! Lihat saja bagaimana nasibmu nanti!"

Pria itu tampak sangat marah dan raut wajahnya tampak kesal dengan laki laki di depannya itu.

"Kenapa? Kenapa kau mengkhawatirkan nasib ku? Apa pedulinya kau terhadapku?!"

Ucap lelaki itu dengan nada santai namun tegas. Ia tersenyum walaupun pipinya terasa sangat perih dan panas.

"Kau benar benar anak kurang ajar! Beraninya kau berbicara seperti itu kepadaku, ayahmu sendiri!!"

"Ayah? Apa kau yakin? Kau yakin menyebut dirimu 'ayah' di depanku?!"

Kekehan kecil lelaki itu, sontak membuat amarah pria yang menyebut dirinya  'ayah' itu memuncak.

Ia marah, sangat sangat marah. Ia mengangkat tangan kanannya dan siap untuk

Plak!!
"Katakan--"
Plak!!
"Sekali--"
Plak!!
"Lagi--!!"
Plak!!

Semua orang yang ada di ruangan keluarga itu sontak terkejut dibuatnya. Tamparan bertubi tubi yang ia layangkan kepada anak satu satunya itu.

Asisten rumah tangga, supir, tukang kebun, dan bodyguard rumah itu hanya bisa tertunduk takut.

Suasana semakin panas dan menjadi tak karuan. Sang anak yang sudah terduduk lemas di lantai dengan darah yang ada di daerah bibir dan pipinya.

"Apa kau sudah puas?"
"Jika belum, tampar lagi saja aku sampai kau puas! Jika kau mau, bunuh saja sekalian"

Lelaki itu bangun dan pergi dari rumah itu menggunakan mobil sedan berwarna hitamnya itu. Dengan perasaan campur aduk, ia menyetir dengan kecepatan tinggi.

"Bima! Johan! Kemari!"

"Iya Tuan. Ada apa?"

"Jangan biarkan anak itu menemukan kebahagiaannya. Selain bersamaku, disini!"

"Baik Tuan"

-#-

Taman sekolah yang cukup luas dengan pohon pohon rindang menambah suasana yang sejuk dan nyaman.

Siapa pun yang ingin melepaskan semua beban, pasti tempat ini yang menjadi juaranya.

Seperti Valence yang sekarang sedang mencari sebuah inspirasi untuk karya di notebook miliknya.

Earphone yang senantiasa menggelantung di telinganya, dengan lantunan lagu yang merdu.

Ia membiarkan tangannya mengatur gerakan pensil yang ia pegang. Menari nari di atas kertas putih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FLOWER 🌺 ~ Kang YeosangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang