TALINA (On going)

Prolog

Teruntuk kamu,

Bagaimana kabarmu hari ini? Ku harap baik-baik saja. Andai saja aku tahu semua rencana tuhan, aku tidak akan se-khawatir ini dengan keadaan.

Bagaimana perihal hatimu? Aku tidak mengerti kenapa kau selalu memasang wajah sedih kala aku melihatmu. Semoga hatimu selalu dalam keadaan baik. Mungkin pikiranmu sendiri yang membuatnya tidak baik saja.

Memandangmu dari kejauhan, memperhatikanmu dalam diam, adalah dua hal yang setiap hari aku lakukan. Aku tidak mengerti mengapa tuhan membuat hatiku tertarik sekali denganmu. Beberapa kali kucoba memberanikan diri. Sayangnya beraniku belum cukup kala itu.

“Menyerah saja?”

Menyerah tidak pernah ada dalam kamus kehidupanku. Bahkan dalam keluargaku. Satu hal yang sangat aku yakini selalu membawa hal baik selama ini. Dan semoga terjadi dalam keyakinanku padamu ini.

Aku pernah berpikir bahwa tuhan menakdirkan kita layaknya matahari dan bulan. Ya, benar, tidak akan pernah bisa bersama dalam waktu dan tempat yang sama. Aku berpikir lebih jauh tentang ke-tidak-bisaan itu. Jika memang kita matahari dan bulan, aku akan menunggu saatnya Gerhana untuk bisa bersama. Dan aku tidak akan membuat kesempatan itu sia-sia.

Hai, bagaimana keadaan hatimu saat membaca ini? Kuharap sedang dalam kondisi baik meski selalu ada manusia yang membuat hati tidak baik-baik saja. Jika kau bertanya perihal bagaimana perasaanku ketika aku tau kau membaca ini, aku pasti akan sangat senang. Berbagi cerita perihal sebuah paradigma yang tidak seharusnya ada, mungkin saja pikiranmu bisa terbuka.

Menjadi penulis bukan sebuah pilihan. Aku hanya suka mengabadikan. Bodohkah aku dalam cerita ini? Ku pikir tidak. Aku ingin menjadi manusia yang bermanfaat untukmu. Salah satunya mengubah raut wajah datarmu menjadi sesuatu yang lebih indah untuk dilihat.