Kemahiran jarinya memainkan tuts pada piano seakan menghipnotis pendengarnya untuk tidak melakukan apapun. Nada-nada menenangkan yang keluar dari alat musik itu seperti membuat bumi sejenak berhenti berputar.
Elina Chandra, lahir dari pasangan Hannah dan Rasyid 19 tahun yang lalu. Rasyid merupakan seorang Musikus, sementara Hannah adalah seorang Dokter. Ternyata seorang dokter juga membutuhkan bidan saat akan melahirkan. Nama pemberian dari sang Ayah yang diambil dari bahasa sanskerta yang artinya wanita pintar yang istimewa. Hannah ingin sekali anaknya ini bisa menjadi seperti dirinya dimasa yang akan datang.
Elina tinggal bersama kedua orang tua dan satu Adiknya, Anissa putri, yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SMP. Elina biasa dipanggil 'kaka' oleh orang tua ataupun adiknya. Elina adalah lulusan terbaik ketiga di sekolah SMA nya dulu. Bakatnya bermain Piano tentu saja turun dari Ayahnya.
Sejak pertemuannya dengan Tama di perpustakaan satu minggu yang lalu, jika sedang dikampus, Elina sering berharap bisa berpapasan tanpa rencana dengan Tama. Ia ingin sekali berbincang dengan Tama dengan waktu yang lebih lama. Tama benar-benar membuat Elina penasaran. Jika pria lain yang bahkan tidak dia kenal selalu berusaha mendekatinya, Tama yang malah disapa olehnya malah seperti tidak tertarik padanya. Hal ini lah yang membuat Elina berpikir bahwa Tama tidak sama dengan banyak lelaki lain.
Elina berjalan menuju ruang laboratorium untuk mengikuti praktek kedokteran hari ini. Ditengah perjalanannya, tanpa sengaja ia melihat Tama yang sedang duduk Bersama Andre dan Randi dibangku taman. Tanpa pikir panjang, Elina menghampiri Tama yang tampak sedang asik dengan laptop bersama dua pria yang tidak Elina kenal.
Apa salahnya seorang wanita lebih dulu menyapa? Sekalian ajak ngobrol deh, semoga Tama ada waktu.
Batin Elina."Haii." Sapa Elina, berbarengan dengan menolehnya mereka bertiga. Andre dan Randi senyum-senyum melihat paras Elina yang cantik nan manis itu.
"Elina, haii."
Andre dan Randi spontan menyodorkan tangan kearah Elina seperti mengajak berkenalan saat Tama menyebutkan nama gadis cantik itu.
"Haii, gua Randi."
"Haii, gua Andre." Tidak perlu dideskripsikan, kalian mengerti bagaimana tingkah laki-laki pada umumnya ketika bertemu dengan gadis berparas cantik.
"Sore ini ada waktu?" Tanya Elina.
"Kosong sih, ada apa?"
"Ga ada apa-apa sih, Cuma pengen ngobrol aja. Nanti sore aku tunggu di kedai kopi di belakang kampus yah. Jangan lupa." Ucap Elina, setelah itu melanjutkan perjalanan nya ke ruang lab.
Aneh. Belum bilang setuju apa engga udah main pergi aja. Ucap Tama dalam hatinya.
"Anjirrrrr, itu siapa Tam? Ko lu dingin banget dah sama dia?" Tanya Andre penasaran sambil menepuk pundak Tama.
"Iya dah lu aneh, Tam. Masa cewe secantik itu lu cuekin." Tambah Randi.
"Dia Elina. Anak kedokteran. Gatau kapan pas kalian pada balik tuh gua ke perpus, and then dia kaya minta izin gitu buat duduk di pinggir gua karena kebetulan waktu itu perpus lagi penuh." Jawab Tama menjelaskan.
"Gilaaaa, baru sekali ketemu udah langsung diajak nongkrong aja. Pake pelet apaan lu? Hahaha." Ucap Andre seraya Andre dan Randi tertawa.
"Awas nanti lu dikecewain lagi, Tam. Hahaha." Ledek Randi sambil tertawa.
"Eh tapi gapapa, Ran, kali kalo dia kecewa lagi trus Tama yang dulu balik lagi." Andre juga ikut meledek Tama.
"Parah Tam, Andre becandanya gitu ya haha."
"Ah lu berdua sama aja. Dah ah gua cabut. Mau nemuin orang yang bakal ngecewain gua." Ucap Tama dengan nada seperti membalas ledekan mereka.
"jiaahhh dia marah, Ran. Hahaha." Mereka berdua tertawa melihat reaksi Tama.
Temuin jangan ya? Aneh banget si ngajak kaya gitu. Tapi gapapa deh, gua gamau bikin siapapun kecewa karena sikap gua. Tama berbicara pada dirinya sendiri.
Lima belas telah menit berlalu sejak ia tiba di kedai itu. Elina duduk tidak jauh dari pintu masuk. Ditemani musik santai dari Payung Teduh dan suara gerimis diluar kedai, kopi yang Elina perlahan meninggalkan suhu panasnya.
Tak lama kemudian, suara motor tua terdengar dari arah luar kedai. Elina tampak tidak asing dengan suara motor tua ini. Ia terlihat tersenyum gembira mendengar suara knalpot nya. Beberapa kali Elina mendengarnya di kampus. Ya, benar, itu Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
TALINA (On going)
Teen FictionAdalah sebuah perjalanan satu hati yang tertarik pada hati lain yang bahkan belum saling mengenal. Rasa ini tumbuh begitu saja. Sebuah cerita seorang wanita yang melihat satu titik berbeda pada seorang pria. "Tapi bagaimana caranya? Bukannya tidak l...