Selesai makan, Baekhyun tiba-tiba menyeret Chanyeol untuk masuk ke dalam Timezone dan memainkan beberapa permainan. Awalnya Chanyeol malas dan ingin pulang saja. Tapi begitu melihat raut antusias Baekhyun saat menyentuh mesin-mesin di dalam tempat itu, Chanyeol mengurungkan niatnya dan dengan setia mengikuti kemanapun Baekhyun pergi.Baekhyun menghentikan langkahnya di samping Hockey meja dan menatap Chanyeol.
"Ayo taruhan. Yang kalah mendapat pukulan di kening."
Chanyeol menatap datar Baekhyun, kemudian mengedikkan bahunya ringan. "Baiklah."Baekhyun sejenak bersorak senang sebelum menggesekkan kartunya untuk memulai permainan.
Dia sudah sering memainkan permainan ini bersama Luhan dan tidak pernah kalah. Jadi Baekhyun cukup percaya diri bahwa kali ini pun dia akan menang dari Chanyeol.
Namun sepertinya Baekhyun lupa jika Chanyeol adalah manusia ajaib yang tidak pernah gagal dalam hal apapun. Setelah beberapa saat bermain, Chanyeol mulai menunjukkan kemenangan yang telak.
Baekhyun menelan ludahnya kelu. Membayangkan jemari besar Chanyeol memukul keningnya yang mulus, Pasti sangat menyakitkan!
'tidak. Aku tidak boleh kalah begitu saja. Tidak bisaa!!'
Baekhyun mencoba untuk lebih fokus dan berusaha sebaik mungkin untuk tidak membiarkan Chanyeol memasukkan bola. Tapi sekeras apapun Baekhyun berusaha, pada akhirnya kemenangan tetap menjadi milik Chanyeol.
Baekhyun mendesah kecewa, sedangkan sang adik menunjukkan seringai menyebalkan atas kemenangannya.
Dengan berat hati, Baekhyun berjalan mendekat ke arah Chanyeol dan berdiri di hadapannya. Chanyeol ingin tertawa melihat tampang pasrah sang kakak. Tapi hukuman tetaplah hukuman. Baekhyun sendiri yang mengajaknya bertaruh.
"Kumohon jangan terlalu keras." Ujar Baekhyun dengan tampang memelas.
Chanyeol tersenyum manis. "Salahmu, kenapa mengajakku bertaruh.""Kau benar. Aku pasti sudah gila." Desah Baekhyun.
Chanyeol tergelak, kemudian mulai menyibakkan poni Baekhyun agar keningnya terlihat lebih jelas. Baekhyun sudah menutup matanya rapat, dan Chanyeol tidak bisa untuk tidak berfikir bahwa itu imut. Baekhyun dan dirinya jelas memiliki aura yang berbeda meski mereka saudara kandung. Dilihat dari sisi manapun, Baekhyun memang terlihat lebih manis apalagi dengan tubuhnya yang mungil. Sedangkan Chanyeol memiliki postur tubuh tinggi dan tegap, juga wajah yang tegas menurun dari sang ayah.
Chanyeol menggoda dengan berpura-pura meniup jarinya yang akan dia gunakan untuk memukul dahi Baekhyun. "Ah ah Park Chanyeol, aku akan membunuhmu jika sampai ada memar disana!" Pekik Baekhyun panik.
Chanyeol tertawa dan memposisikkan jarinya di depan kening Baekhyun yang semakin mengeratkan pejaman matanya.
"Kau siap?"
"Cepat lakukan saja!" Ucap Baekhyun gemas. Dia sebaik mungkin menyiapkan dirinya untuk merasakan sakit yang luar biasa.
"Aku akan menghitung sampai tiga."
"Park Chanyeol!"
"Satu.. Dua.." Chanyeol melebarkan senyumnya. ".... Tiiiiiiii."
Baekhyun mengkerut, namun setelah beberapa detik tidak ada yang terjadi. Malah suara tawa Chanyeol dan tepukan di kepalanya yang dia rasakan.
"Sudahlah, lupakan saja."
Baekhyun membuka matanya dan mengerjap. Chanyeol tidak jadi memukulnya?
"Ayo pulang sebelum Eomma sampai ke rumah lebih dulu."
Setelah mengatakan itu, Chanyeol melangkah lebih dulu. Meninggalkan Baekhyun yang masih tertegun di tempatnya.
"Ada apa dengannya?"
🍑🍑🍑
"AAAAARRGGGHHHH"
Chanyeol yang tengah bermain game di komputernya, langsung meninggalkannya begitu saja dan berlari ke dalam kamar Baekhyun.
Tidak mendapati kakaknya di ruangan itu, Chanyeol melangkah cepat ke arah kamar mandi. Membuka pintunya kasar. Disana, -Baekhyun dalam keadaan basah kuyup, mencoba menutupi bagian keran yang bocor dan menyemburkan banyak sekali air. Melihat hal itu Chanyeol tanpa sadar menghela nafas lega, -sekaligus kesal. Jantungnya bahkan masih berdegup kencang. Dia kira kakaknya yang ceroboh itu terluka karena berteriak sangat kencang.
"CHANYEOL, CEPAT BANTU AKU!!"
.
Baekhyun dan Chanyeol muncul di ruang makan bersamaan. Keduanya sudah berganti pakaian karena insiden keran bocor di kamar Baekhyun cukup untuk membuat seluruh tubuh menjadi basah kuyup. Chanyeol memasang ekspresi seperti biasa, sedangkan Baekhyun masih kesal karena kerannya tidak bisa di perbaiki hari ini juga. Besok juga hari libur, dan tidak ada tukang servis yang bekerja di hari itu.
"Sudah jangan kesal. Kan masih bisa pakai kamar mandi yang lain." Ujar sang Ibu.
Baekhyun masih menekuk wajahnya. "Menyusahkan. Aku jadi harus naik turun hanya untuk ke kamar mandi."
Melihat putra sulungnya merajuk, Ayah hanya bisa menggelengkan kepala. Terkadang dia gemas dengan Baekhyun. Dia adalah seorang kakak, namun perilakunya terkadang terlihat lebih kekanakan dari Chanyeol.
"Pakai kamar mandi Chanyeol yang paling dekat dengan kamarmu."
Baekhyun menatap Chanyeol yang menyantap makanannya dengan santai. Terlihat tidak keberatan sama sekali.
.
Hari libur adalah hari dimana Baekhyun bebas bangun siang tanpa harus menghadapi kemarahan sang Ibu. Namun karena hari ini dia memiliki janji mendesak dengan Luhan, maka mau tidak mau Baekhyun harus memaksa kedua matanya untuk terbuka tepat pukul Tujuh pagi.
Dengan sempoyongan, karena mengingat keran kamar mandinya belum di perbaiki, Baekhyun mengambil alat mandi dan melangkah keluar kamar. Masuk ke dalam kamar Chanyeol yang tidak terkunci seolah ruangan itu adalah miliknya sendiri. Lagipula yang Baekhyun tahu, Chanyeol tidak akan ada di kamarnya pada jam segini -khususnya di hari minggu. Adiknya itu pasti sedang berolahraga di suatu tempat dan baru akan kembali beberapa jam kemudian. Jadi Baekhyun tidak cemas akan menemukan sang adik dalam keadaan yang memalukan di dalam kamarnya.
Membutuhkan waktu 20 menit bagi Baekhyun menyelesaikan urusannya di dalam kamar mandi. Tubuhnya sudah segar, dan Baekhyun sudah sadar sepenuhnya. Setelah yakin tidak ada yang tertinggal di dalam kamar mandi Chanyeol, Baekhyun berniat kembali ke dalam kamarnya sendiri.
Begitu pintu terbuka, Tubuhnya mematung. Di hadapannya, Chanyeol berdiri dengan tubuh tegapnya yang terpampang nyata. Memamerkan otot perut dan juga bisepnya yang tidak pernah Baekhyun bayangkan akan melekat di tubuh sang adik.
"Kau sudah selesai?"
Baekhyun berkedip cepat. Bagaimana bisa dia terpana dengan tubuh adiknya sendiri.
"S-Sudah.."
Chanyeol mengernyit. "Kenapa wajahmu merah?"
"Oh!" Baekhyun menyentuh pipinya tanpa sadar. "A-Air! Air yang ku gunakan untuk mandi terlalu panas."
Chanyeol berdecak. "Lain kali hati-hati."
Baekhyun mengangguk kaku, kemudian tubuh Chanyeol melewatinya untuk masuk ke dalam kamar mandi. Saat itulah Baekhyun bisa bernafas dengan lega. Salah satu lengannya menyentuh dadanya yang berdegup kencang. "S-Sejak kapan dia memiliki tubuh seperti itu?" Gumamnya. Kemudian bayangan otot perut Chanyeol mengacaukan pikirannya lagi. Baekhyun menggeleng cepat dan buru-buru keluar dari kamar sang adik. Masuk ke dalam kamarnya sendiri sambil terus menggerutu tentang tubuh Chanyeol yang sialan sangat seksi.Mereka memang tidak pernah benar-benar melihat tubuh masing-masing semenjak tumbuh dewasa. Kamar mereka terpisah, dan bahkan Baekhyun tidak pernah mengikuti club renang yang Chanyeol ikuti sejak kecil. Baekhyun tidak suka berolahraga.
Berdiri di depan cermin, Baekhyun menatap pantulan dirinya sendiri dari atas hingga bawah sambil berkacak pinggang. Entah kenapa tiba-tiba saja dia merasa kesal. "Lihatlah tubuh itu! Apa aku bahkan pantas disebut seorang kakak?!"
TBC