SRETT
Baekhyun mendorong Chanyeol kuat. Setidaknya cukup kuat untuk membuat Chanyeol mundur beberapa langkah dan ciuman mereka otomatis terlepas.
Baekhyun menatap sang adik dengan pandangan tidak percaya. Nafasnya terengah, dan wajahnya memerah menahan emosi. Meski hanya sekedar menempel, tidakkah.. tidakkah Chanyeol sudah keterlaluan? Apa maksud dari semua ini? Mengapa Chanyeol terus melewati batas? Terlebih, Chanyeol melakukannya di tengah keramaian kantin! -Meskipun Baekhyun tidak menemukan alasan untuk Chanyeol melakukannya dalam keadaan sepi. Dan lagi, jika Chanyeol melakukan hal itu untuk meyakinkan semua orang akan hubungan mereka, Chanyeol masih bisa menggunakan cara lain. Tidak dengan ciuman!
Baekhyun, tanpa mengeluarkan sepatah katapun, berlari pergi. Melewati tubuh Jinyoung yang masih mematung di dekat pintu kantin.
Baekhyun harus pergi, atau dia tidak tahan dan berakhir memukul wajah Chanyeol. Chanyeol kan harus mengikuti olimpiade. Meskipun Chanyeol sudah keterlaluan padanya, Baekhyun tetap tidak akan membiarkan Chanyeol mengikuti Olimpiade dengan lebam di wajahnya.
Merasa tidak mungkin mengikuti pelajaran dengan Mood yang berantakan, Baekhyun mengambil tasnya dan izin pulang. Tidak sulit. Baekhyun hanya harus beralasan sakit dan kemudian diperbolehkan pulang begitu saja. Karena tidak membawa sepeda kesayangannya, Baekhyun terpaksa menggunakan Bus untuk pulang. Tidak mungkin Baekhyun menunggu Ibunya selesai dengan urusan Jinyoung di kantor guru hanya untuk menumpang pulang. Tidak, karena Ibunya pasti akan segera tahu Baekhyun sedang berbohong saat itu juga.
Sesampainya di rumah, Baekhyun membongkar isi lemari es dan membawa setumpuk makanan ringan ke dalam kamar. Baekhyun berencana mengurung dirinya dikamar sampai besok. Bahkan Baekhyun tidak akan turun untuk makan malam. Dia tidak ingin melihat wajah Chanyeol. Dia kesal, marah, jengkel dan geram setiap mengingat apa yang telah Chanyeol lakukan padanya di tengah kantin. Pasti fotonya sudah tersebar lagi. Luhan juga pasti sudah melihatnya.
Tanpa mengganti baju terlebih dahulu, Baekhyun merebahkan diri diatas tempat tidur. Kedua matanya menatap langit-langit kamar yang putih polos. Menatap lekat, kemudian membiarkan dirinya tenggelam dalam pikiran berkecamuk.
Merasa lelah, perlahan tapi pasti Baekhyun mulai terlelap dan menjemput alam mimpi.
.
Tok
Tok
Tok
Baekhyun terbangun oleh suara ketukan yang berasal dari pintu kamarnya. Awalnya Baekhyun tidak yakin apakah seseorang memang tengah mengetuk pintunya, atau hanya imajinasi semata. Namun begitu suara ketukan itu datang lagi, Baekhyun terlonjak bangun.
"Baekhyun, ini aku."
Tanpa sadar Baekhyun menghembuskan nafas lega begitu suara Jinyoung yang terdengar dari luar kamar. Kedua matanya melirik jam yang tergantung di dinding. Pukul dua siang. Itu berarti Chanyeol belum pulang dari sekolah.
Baekhyun bangkit, lalu melangkah ke arah pintu. Membukanya sedikit. Cukup untuk menunjukkan sebagian tubuh dan wajahnya.
"Hei, kau.. baik-baik saja? Maksudku.. uh, kau tahu? Kejadian di kantin tadi sedikit mengejutkan." Jinyoung menggaruk belakang kepalanya.
Sejenak, Baekhyun melipat bibirnya ke dalam. "Aku baik-baik saja. Hanya terkejut."
"Ya. Baguslah kalau begitu."
"Eomma.."
"Ibumu kembali ke kantor. Dia tidak melihat apa yang terjadi dikantin." Sambar Jinyoung cepat. Membuat Baekhyun tanpa sadar menghela nafas lega.
"Eomma dan Appa tidak akan pulang sampai tengah malam. Jika kau lapar, pesan makanan saja."
"Bagaimana denganmu? Ingin aku pesankan sekalian?" Tanya Jinyoung.
Baekhyun membuka pintu kamarnya sedikit lebih lebar sehingga pandangan Jinyoung secara otomatis mengarah pada tempat tidurnya yang penuh dengan makanan. "Oh!" Sentak Jinyoung. Lelaki itu menggaruk pelipisnya. Bingung harus memberikan reaksi seperti apa. "Itu bagus."
"Maaf tidak bisa menemanimu makan malam." Sesal Baekhyun.
"Tak apa, Baek. Aku mengerti kau butuh waktu untuk sendiri."
Untuk sejenak, Baekhyun terdiam dengan pandangan kosong sebelum kemudian memutuskan untuk menanyakan hal yang terus mengganggu pikirannya. "Jinyoung, menurutmu kenapa Chanyeol melakukan itu?"
Jinyoung bingung. Dia ingin mengatakan apa yang dia pikirkan dengan sejujur-jujurnya kepada Baekhyun, namun dia takut jika Baekhyun tidak bisa merima opininya dan justru membuat hubungan persaudaraan lelaki mungil itu dengan sang adik merenggang. Meskipun Chanyeol mengesalkan, Jinyoung tidak setega itu sampai merusak hubungan persaudaraan mereka.
"Itu.. mungkin Chanyeol hanya bercanda. Kau tahu sendiri saat kita kecil, dia suka sekali menciummu."
"Itu saat kecil." Desah Baekhyun sambil mengusap wajahnya kasar. "Jinyoung, bagaimana jika Chanyeol-"
"Tenanglah, Baekhyun. Aku yakin Chanyeol tidak seperti yang kau pikirkan."
Baekhyun menutup matanya. "Benar. Apa yang baru saja kupikirkan."
Jinyoung menarik senyum tipis. "Kau butuh istirahat. Jangan berpikir terlalu keras. Aku tidak mau kau sakit." Ujarnya sambil mengusap kepala Baekhyun. Membuat yang lebih mungil memincingkan matanya. "Hei, apa karena aku lebih pendek darimu kau merasa bebas menyentuh kepalaku?"
Jinyoung memberikan cengiran lebar. "Maaf. Terkadang aku lupa kau lebih tua dariku."
"Kau ini!" Seru Baekhyun seraya memukul lengan Jinyoung cukup keras.
.
Chanyeol tidak heran saat dirinya masuk ke rumah dan hanya menemukan Jinyoung di ruang TV. -Tengah menyantap sekotak Ayam goreng ditemani satu botol besar minuman bersoda. Pemuda seusianya itu langsung menyadari kehadiran Chanyeol dan menyapa singkat. "Sudah pulang."
"Hn.."
"Sepertinya Paman dan Bibi akan pulang larut. Jika kau lapar, pesan makanan saja." Seru Jinyoung pada Chanyeol yang sudah menaiki tangga.
"Aku tahu.." Tentu saja. Baekhyun tidak mungkin mau memasak. Kakaknya itu pasti sedang mengurung dirinya dikamar sampai suasana hatinya membaik, -seperti yang selalu dia lakukan setiap menghadapi masalah apapun.
Chanyeol memandang pintu kamar Baekhyun sebentar sebelum kemudian berbalik dan masuk kedalam kamarnya sendiri. Sedikitnya, dia merasa bersalah pada Baekhyun. Baekhyun pasti terkejut dicium tiba-tiba di tempat seramai itu. Terlebih, orang yang menciumnya adalah adiknya sendiri. Mungkin mereka sering saling mencium satu sama lain ketika masih kecil. Namun hal itu pasti terasa aneh jika mereka melakukannya setelah beranjak dewasa. Terlebih mereka sama-sama lelaki. Sedekat apapun hubungan mereka sebagai saudara, tetap saja itu.. aneh.
Chanyeol mengusap wajahnya kasar. Ya.. Bahkan dirinya sendiri menyadari bahwa itu aneh. Namun kenapa Chanyeol tetap melakukannya? Sungguh, Dia tidak tahu!
Memikirkannya saat ini, Chanyeol benar-benar tidak tahu. Dia hanya.. hanya.. ingin melakukannya! Itu saja! Chanyeol benar-benar hanya mengikuti apa yang tubuhnya inginkan lakukan. Benar-benar tidak bisa menahannya.
"Ini gila.." desahnya.
.
Setelah mandi dan berganti baju, Chanyeol keluar dari dalam kamar. Pertama-tama, yang dia lakukan adalah berdiri di depan pintu kamar Baekhyun. Tangannya terangkat ragu, namun tetap mengetuk beda berbahan kayu dihadapannya dengan pelan.
Tidak ada jawaban.
Chanyeol menarik nafas, kemudian menghembuskannya pelan. "Baekhyun.."
Masih tidak ada jawaban.
"Aku minta maaf untuk yang tadi siang."
Chanyeol tahu ini akan terjadi. Namun meski begitu, Chanyeol belum menyerah. "Jika kau keluar, aku mengizinkanmu untuk memukulku. Aku tidak akan memukul balik. Aku janji." Ujarnya tegas.
"Baekhyun.." kali ini Chanyeol melembutkan kembali nada suaranya. "Kau belum makan malam, kan? Ingin aku pesankan sesuatu? Kau mau pizza? Aku belikan pizza ya? tapi kau harus menghabiskannya sebelum ibu pulang.. hm?"
"...."
Chanyeol menghela nafas dan turun ke bawah untuk memesan makanan. Jinyoung sudah tidak terlihat dimanapun. Mungkin anak itu masuk ke dalam kamarnya atau sesuatu. Chanyeol juga tidak terlalu perduli.
Setelah memesan makanan untuknya, -dan satu loyang pizza untuk Baekhyun, Chanyeol menunggu beberapa saat dalam keheningan. Suasana dapur yang sepi, membuatnya merasa begitu kesepian tiba-tiba. Biasanya, jika Ibu mereka pulang larut, Baekhyun yang mendapat tugas memasak makan malam. Meski sebenarnya masakan Baekhyun biasa-biasa saja atau terkadang keasinan, Chanyeol tetap menghabiskannya tanpa banyak komentar. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk mengapresiasi kerja keras Baekhyun dalam hal memasak.
Disaat seperti ini, Chanyeol jadi sadar betapa pentingnya Baekhyun dalam hidupnya. Bayangkan jika tidak ada Baekhyun. Chanyeol mungkin akan merasakan kesepian seperti ini setiap hari.
Suara bel berbunyi nyaring tiba-tiba. Memecah lamunan Chanyeol. Itu pasti pesanannya datang.
Chanyeol lekas beranjak untuk membuka pintu. membayar makanannya, kemudian meletakkan miliknya ke atas meja makan. Setelah itu Chanyeol melenggang ke atas dan berhenti tepat di depan kamar Baekhyun. "Baek.." Chanyeol mengetuk pelan pintu kamar Baekhyun. "Aku tahu kau tidak mau melihatku untuk saat ini. Aku letakkan pizzanya disini. Kau harus memakannya. Ah, Jangan lupa menyembunyikannya saat Eomma pulang."
Chanyeol meletakkan kotak pizza berukuran besar itu tepat di depan pintu kamar Baekhyun. Menunggu beberapa saat, tidak terdengar pergerakan apapun di dalam kamar Baekhyun. Membuat Chanyeol menghela nafas kecewa dan memilih pergi ke bawah untuk memakan makan malamnya sendiri.
.
Setelah menyelesaikan makan malam dan menonton TV sebentar, Chanyeol kembali ke atas untuk tidur. Dia harus bangun pagi-pagi sekali karena mobil sekolah akan menjemputnya untuk pergi ke tempat digelarnya Olimpiade.
Langkah kaki Chanyeol tertahan begitu kedua matanya tak lagi mendapati kotak pizza yang dia letakkan didepan pintu kamar sang kakak. Tanpa bisa ditahan, sudut-sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis. Akhirnya, dengan perasaan lega luar biasa, Chanyeol masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Dia bisa tidur nyenyak malam ini.
TBC
Kalian juga jangan lupa makan malam:)