Baekhyun melangkah keluar dari ruang klub fotografi sambil melihat ponselnya. Terdapat satu pesan dari Chanyeol yang mengatakan bahwa dirinya baru selesai latihan basket dan meminta Baekhyun menunggu beberapa menit.
Setelah memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku, Baekhyun duduk di pinggir lantai koridor kemudian memeriksa keadaan kameranya.
"Baekhyun, apa yang kau lakukan disini?"
Kepala Baekhyun sontak mendongak dan menemukan teman satu klubnya berdiri menjulang di hadapannya.
"Eunwoo.. kau belum pulang?" Tanya Baekhyun.
Lelaki itu, -Eunwoo, ikut mendudukkan dirinya di samping Baekhyun. "Tadinya aku ingin pulang, tapi saat melihatmu sendirian disini dengan wajah minta di temani, aku jadi tidak tega."
Baekhyun mendengus, lengannya mendorong bahu Eunwoo main-main. Membuat remaja seusianya itu tertawa kecil. "Syuhh. Pulang sana. Siapa juga yang minta di temani." Usirnya.
Meski begitu, Eunwoo tetap duduk di tempatnya. Tidak pergi kemanapun, karena dia tahu Baekhyun tidak serius mengusirnya.
"Apa kau sudah mendapatkan tema untuk tugas minggu depan?" Tanya Eunwoo.
Helaan nafas panjang keluar dari sela bibir Baekhyun. "Tidak tahu. Rasanya aku mulai bosan dengan pemandangan alam."
"Kau ingin memotret yang lain?"
Baekhyun memiringkan kepalanya. "Kau punya ide?"
Eunwoo menaikkan kedua alisnya dengan senyum misterius. "Ikut denganku akhir pekan ini."
"Jika idemu berakhir sia-sia, aku akan memukul kepalamu dengan tongkat baseball." Dengus Baekhyun.
"Tenang saja. Serahkan semuanya padaku." Ujar Eunwoo sambil menepuk dadanya sombong.
"Baekhyun.."
Kedua orang yang duduk bersebelahan itu, menoleh ke arah sumber suara dan menemukan sosok Chanyeol tengah berjalan ke arah mereka.
Pakaian sekolah telah melekat kembali di tubuhnya. Mungkin Chanyeol membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum menemui Baekhyun.
Tatapan lelaki itu jatuh pada Eunwoo, kemudian bergeser pada lengan Baekhyun dan lelaki di sebelahnya yang tampak bersentuhan karena jarak keduanya yang terlalu dekat.
"Ayo pulang." Ucapnya datar.
Baekhyun berdiri, kemudian menepuk bagian belakang celananya meskipun sebenarnya tidak ada kotoran yang menempel disana karena lantainya tampak bersih-bersih saja.
"Kau sudah selesai?" Tanya Baekhyun. Kemudian tatapannya jatuh pada rambut basah Chanyeol. "Kau harus mengeringkan rambutmu dengan benar!" Dengusnya, sambil menyisir rambut Chanyeol ke belakang menggunakan tangannya.
Yang tidak Baekhyun duga adalah, Chanyeol menangkap tangannya kemudian memberikan kecupan ringan disana. Untuk sesaat, Baekhyun hanya bisa membeku di tempatnya berdiri.
"Kenapa tidak kau saja yang membantuku mengeringkannya?" Tanya Chanyeol dengan senyum manis. Diam-diam ekor matanya melirik ke arah Eunwoo untuk melihat reaksi apa yang di berikan lelaki itu.
Tepat seperti dugaannya, Eunwoo langsunh mengalihkan tatapannya ke arah lain sesaat setelah melihat adegan yang tersaji di depannya.
Chanyeol menarik sudut bibirnya singkat.
Berkedip beberapa saat, Baekhyun tersadar dan menarik cepat tangannya dari genggaman sang adik. "S-sebaiknya kita pulang sebelum gelap."
Entah kenapa, Baekhyun merasa ada yang aneh dengan dirinya. Kenapa juga dia harus merasa malu karena di perlakukan seperti itu oleh adiknya sendiri? Dia yakin saat ini wajah dan telinganya sudah merah tidak karuan.
Untuk menutupi itu, Baekhyun dengan cepat berbalik dan melangkah pergi. "Eunwoo, aku duluan!"
"O-oh, ya. Sampai jumpa." Sahut Eunwoo. Tatapannya beralih pada Chanyeol yang masih berdiri disana sambil menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Beberapa detik kemudian, lelaki tinggi itu mengikuti jejak Baekhyun. Meninggalkan Eunwoo seorang diri dengan wajah bertanya-tanya.
Apa Chanyeol baru saja mengintimidasinya melalui tatapan?
🍑🍑🍑🍑
"Kenapa kau melakukan itu?!" Omel Baekhyun sambil menggunakan helmnya.
"Memangnya kenapa? Bukankah itu hal yang wajar dilakukan sepasang kekasih?" Tanya Chanyeol acuh, sambil menghidupkan motornya.
Baekhyun mencibir, lantas naik ke atas motor Chanyeol. "Kukira kita hanya harus berpura-pura di hadapan para fansmu. Dan jelas Eunwoo tidak termasuk di dalamnya."
"Bisa saja dia mencurigai kita, kemudian menyebarkan isu."
"Eunwoo bukan orang yang seperti itu! Aku mengenalnya dengan baik."
"Benarkah? Kalian pasti sedekat itu sampai kau membelanya terus menerus."
Baekhyun mengernyitkan keningnya melihat tingkah Chanyeol. Meski tidak bisa melihat bagaimana raut wajahnya saat ini, Baekhyun tidak mungkin salah jika Chanyeol tampak membenci Eunwoo.
"Katakan. Apa kalian pernah bertengkar sebelumnya?" Tanya Baekhyun sambil memajukan wajahnya agar bisa melihat wajah Chanyeol. Namun saat itu juga Chanyeol mengelak dengan mendorong Baekhyun kembali ke belakang menggunakan bahunya.
"Tidak."
"Eeeyyy, kau berbohong. Lantas kenapa kau terlihat tidak menyukainya? Apa karena dia tampan? Kau merasa punya saingan?" Desak Baekhyun. "Eunwoo memang tampan sih. Dia tinggi dan Senyumnya manis.. Oh, benar! Aku dengar dia juga cukup pintar." Racau Baekhyun.
Chanyeol yang muak, menaikan kecepatan motornya secara tiba-tiba. Dia bisa mendengar pekikan sang kakak sebelum sepasang tangan ramping itu melingkari pinggangnya dengan erat. "YAKK PARK CHANYEOL!! PELANKAN MOTORNYA!!!"
Setelah beberapa saat menjalankan motornya seperti orang gila, Chanyeol akhirnya memutuskan untuk mengubahnya kembali pada kecepatan normal. Lagi pula, dia belum berniat dibunuh Ayahnya karena membuat sang kakak jantungan.
"Baekhyun."
Baekhyun yang masih sedikit kesal, hanya menjawab dengan deheman.
"Mau makan eskrim?"
Salah satu alis Baekhyun terangkat tinggi. "Kau sakit?"
"Tidak. Kenapa?"
"Kau sangat aneh. Apa kau tahu itu?" Tuding Baekhyun. "Sesaat bersikap mengesalkan, lalu tak lama kemudian berubah baik. Kau mungkin terjangkit virus atau semacamnya." Lanjutnya.
Chanyeol memutar bola matanya malas. "Mau makan Eskrim atau tidak?" Ulangnya.
"Tentu saja mau! Apa hal seperti itu perlu untuk di pertanyakan?"
Diam-diam, Chanyeol tersenyum geli mendengar jawaban sang kakak. "Baiklah, Ayo makan eskrim yang banyak!"
.
"Wooaaahhh, dari mana kau tahu ada tempat sebagus ini?" Tanya Baekhyun sambil menatap takjub pemandangan yang ada di depannya.
Saat ini mereka tengah berada di rooftop sebuah restoran. Tempatnya tidak jauh dari rumah mereka, namun Baekhyun bahkan tidak pernah mendengar tentang tempat ini sebelumnya. Jadi bagaimana Chanyeol yang introfert itu bisa tahu?
"Aku mencarinya di internet." Jawab Chanyeol.
Baekhyun mengalihkan perhatiannya sejenak ke arah sang adik yang tengah melihat-lihat buku menu. "Kenapa? Kau sengaja mencari tempat bagus untuk mentraktirku?"
"Hn.." Jawab Chanyeol tanpa menatap Baekhyun sama sekali. Lelaki yang lebih muda dua tahun darinya itu kemudian memanggil pelayan. Membuat Baekhyun mendengus pelan, kemudian berbalik lagi untuk menatap pemandangan Seoul yang tampak sangat indah dari tempat setinggi ini. "Ya, terserah. Tapi sepertinya pemandangannya akan lebih indah saat malam hari."
"Selanjutnya kita pergi saat malam hari." Sahut Chanyeol. Rupanya lelaki itu sudah selesai memesan makanan.
Baekhyun berjalan ke arah Chanyeol, kemudian duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan sang adik. "Ada apa denganmu? Kau sangat baik padaku akhir-akhir ini."
Keduanya saling bertatapan untuk beberapa saat, sebelum Chanyeol mengangkat kedua bahunya ringan. "Hadiah..?"
Kening Baekhyun berkerut. "Hadiah untuk?"
"Karena kau sudah membantuku.. mungkin."
"Ah.." Baekhyun menganggukkan kepalanya mengerti. "Kau beruntung karena aku bukan tipe orang yang suka meminta hal-hal aneh."
"Mari kita anggap begitu." Jawab Chanyeol, tidak ingin memperpanjang ocehan Baekhyun. "Aku akan mengikuti olimpiade matematika." Sambungnya, berbarengan dengan datangnya pelayan yang membawakan pesanan mereka. Baekhyun menunggu hingga pelayan selesai menata makanan di atas meja dan pergi sebelum mengeluarkan suaranya. "Benarkah? Kapan kau berangkat?"
Jujur, Baekhyun tidak terkejut dengan hal seperti ini. Chanyeol sering mengikuti lomba, baik itu dalam bidang akademik maupun non akademik. Adiknya itu akan pergi beberapa hari dari rumah, kemudian pulang dengan membawa kemenangan yang membuat seluruh keluarga mereka bangga.
"Lusa. Aku akan berangkat lusa."
Baekhyun mengangguk sambil mencicipi eskrim miliknya. "Semoga berhasil, kalau begitu."
"Hanya itu?" Tanya Chanyeol.
Baekhyun mengangkat sebelah alisnya, kemudian dilihatnya Chanyeol memajukan wajah dengan bibir mengerucut. "Bagaimana dengan ciuman penyemangat?"
Baekhyun tersenyum manis. "Mau mati?"
Chanyeol berdecak. Menarik kembali kepalanya ke belakang. "Kau benar-benar kekasih yang buruk."
"Well, aku kakak yang baik."
TBC
Selamat malam minggu Guys💃