Gadis berambut sebahu itu berjalan terburu-buru setelah turun dari bis yang ia tumpangi tadi. Hari ini adalah hari petama masuk kuliah dan memulai ospek di kampusnya. Ia diterima di salah satu kampus negeri di Jakarta, setelah berkutat dengan ujian-ujian yang melelahkan, akhirnya Aura dapat diterima di kampus impiannya dengan jurusan yang ia sukai. Dengan pakaian hitam putih, Aura memasuki gerbang kampusnya memulai hari baru sebagai seorang mahasiswa.
"Heh lo yang rambut sebahu!" teriak salah satu kakak tingkatnya di pinggir lapangan. Aura menghentikan langkahnya menatap kakak tingkatnya bertanya.
"5S-nya mana?! Masih maba juga lo!" bentak salah satu temannya, Aura mendesah malas kemudian memaksakan senyumnya melewati kakak tingkatnya yang terlihat arogan itu.
"Misi kak," pamitnya kemudian masuk ke barisan kelompoknya.
Kegiatan Ospek hari ini tidak terlalu melelahkan, hanya diisi oleh beberapa pemateri yang menjelaskan seluk beluk kampus dan pembawa acara yang ramah dan menyenangkan. Aura menikmati masa ospeknya sejauh ini, tidak ada perpeloncoan, tidak ada tugas yang aneh-aneh, dan sedikit senioritas yang selalu membawa-bawa kata 5S, Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santuy.
Saat istirahat tiba, Aura duduk di taman depan gedung fakultasnya, Aura hanya memakan bekalnya dan duduk seorang diri. Sulit baginya untuk berinteraksi dengan orang baru, terlebih lagi, sejauh ini ia belum berkenalan dengan siapapun.
"Ekhm ...gue boleh duduk disini?"
Aura membalikan badanya melihat seorang pemuda yang tinggi berwajah Asia yang kental dengan kulit sawo matang tersenyum dengan eye's smilenya. Aura mengangkat alis tak menjawab menatap pemuda itu dingin.
"Oh maaf kalo gue ganggu, tapi sendirian di sini juga gak baik loh. Tau gak? Kata kating-kating taman ini dulunya–"
"Penting gue denger kata kating lo?" tanya Aura memutus ucapan pemuda di depannya itu.
Pemuda itu mengerjap tersadar menatap gadis di depannya kagum. Kemudian bertepuk tangan, Aura memutar bola matanya malas menanggapi pemuda aneh di depannya.
"Gini, eum ...nama lo siapa?"
"Aura."
"Nah iya Aura, gue Sena. Satu jurusan sama lo, Biologi. Lo inget kan kita baru aja milih ketua angkatan dan gue itu ketua angkatannya. Lo inget gue sekarang?"
"Ya, terus?" tanya Aura datar.
Sena mengusap tengkuknya bingung. "Gue ...mau nemenin lo, soalnya lo kaya ngga berbaur sama anak-anak. Kali aja kalo lo ada masalah lo bisa kasih tau gue," jawabnya salah tingkah. Sena Sanjaya baru salah tingkah di depan gadis yang baru saja ia kenal, pemuda yang selalu membuat para wanita salah tingkah kini tidak bisa berkutik di depan Aura Akashi.
"Ya pokoknya gue duduk di sini," putusnya kemudian duduk di sebelah Aura yang masih cuek tak terusik menikmati makannya. Sena meliriknya menunggu protesnya tetapi Aura tak memerotes, Sena menghela napas mulai membuka bakalnya.
"Lo anak SNM atau SBM?" tanya Sena di sela makan siang mereka.
"SBM," jawab gadis itu.
"Oh selamat anda adalah orang-orang yang berjuang sangat keras."
"Lo juga SBM?" tanya Aura, Sena merasa senang karena percakapan mereka mulai 2 arah.
"Gue ujian mandiri, SBM gue gagal di kedokteran UGM,"
"Waw Selamat, anda adalah orang-orang yang berduit," balas Aura, Sena tertawa mendengar balasan sarkas gadis itu. Ia tidak tersinggung sama sekali. Yah, memang biaya masuk untuk jalur mandiri cukup besar, belum dengan uang pangkalnya sebesar 20 juta dan UKT yang tak sedikit. Tak salah jika Aura menganggap ia adalah orang berduit.
"Dih receh."
"Mon maap nih ye, gue orang berduit gak main recehan tapi dolar," jawab Sena masih tertawa.
"Dolar gak laku di Indonesia, musnah aja lo sana," balas Aura datar. Sena tersenyum kemudian menutup bekalnya.
"Istirahatnya mau abis, yuk masuk keburu telat nanti," ajak Sena. Aura menutup kotak bekalnya memasukannya ke paperbag kecil berwarna hitam, kemudian bangun mengikuti Sena masuk ke gedung itu.
"Aura!!" panggil seorang gadis yang berlari ke arah Aura dan Sena.
Sena berbalik melihat gadis yang memanggil Aura. Matanya membelalak mengetahui orang itu.
Putri menghentikan langkahnya mengernyit bingung mendapati Aura yang bersama Sena. "Lah Sena, lo satu jurusan sama temen gue?" tanyanya sambil menghampiri temannya itu.
"Lo kenal dia?" tanya Sena menunjuk Aura.
"Dia temen kecil gue, tetanggan kita," jawab Putri.
Aura menatap Putri dan Sena bergantian. "Kalian saling kenal?"
"Ok biar gue kenalin. Aura ini Sena sobat gue pas SMA, Sena ini Aura temen gue dari TK, dari zaman kita masih suka milih-milih qoutes kalo jajan permen ki*s, atau balapan naik sepeda ngejar anjing Pak Parto," jelas Putri, yang ditanggapi dengan tawa Sena sedangkan Aura menatap Putri datar.
"Mana ada temen yang ninggalin temennya sendiri, padahal janjinya mau berangkat bareng," ucap gadis itu ketus, Putri tertawa menampakan giginya yang rapi, meringis saat Aura menatapnya kesal.
"Yah maaf, abis si Panca nyusul gua sih, lumayankan hemat ongkos," jawab gadis itu. Aura mendengus sinis dan jawaban sahabatnya itu.
"Siapa Panca? Gebetan lo?"
"Eumm ...Panca itu temen kita juga, gue, putri sama Panca udah temenan dari SMA kelas 10," jawab Sena karena tak ingin menjadi pot bunga diantara kedua gadis yang ternyata bersahabat ini.
"Nah iya, sorry deh Ra, gue traktir Seblak Majul deh pulang dari sini, sekalian nongkrong sama Sena sama Panca, ehh ada Marcel juga," bujuk Putri, memang niat awal ia ke fakultas MIPA adalah untuk menemui sahabatnya yang sedang marah karena ditinggal ke kampus duluan olehnya.
"Nah iya, lo join kita-kita aja," seru Sena semangat.
Aura memicingkan matanya sinis, kemudian menghela napas. "Lo yang bayar," putusnya. Putri memekik senang memeluk lengan gadis itu dan langsung di tepis Aura.
"Ok Sena sama Panca tau tempatnya, gue langsung nunggu disana aja. Lo bareng mereka," putus Putri kemudian berbalik meninggalkan Sena dan Aura.
Sena melirik gadis disebelahnya, mengulum bibir menahan senyum. Ia harus mengenalkan Aura pada Panca nanti yang kebetulan satu jurusan dengannya juga.
"Yuk masuk," ucap Aura sembari melangkah mendahului masuk ke gedung fakultasnya.
Sena menatap punggung gadis berambut sebahu itu, "Manis banget sih lo, Ra, jadi gemes."
****
Hai... Selamat menikmati kisah baru aku, selamat masuk ke dunia perkuliahan teman-teman.
"Vote dan komenmu sangat berarti untuk karyaku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurasentris
Romance(Slow Update) Ini kisah tentang rasa yang tak pernah ada tetapi memaksa masuk tanpa mengetuk. Tentang logika akan cinta yang sebenernya hanya bualan biasa, yang hanya ada di setiap persimpangan kehidupan. Tentang persahabatan tanpa perasaan yang mus...